Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 11 - Orang yang terlalu baik

Chapter 11 - Orang yang terlalu baik

Tak bisa disangka, aku kira aku akan selalu sendirian di sini, tapi kenyataannya aku bisa mendapatkan teman. Entah aku bisa menyebutnya teman atau tidak yang jelas Lena... yah dia menyuruh memanggil dengan nama Lena saja. Berjanji akan membantuku untuk membuat perhitungan pada manusia.

Setelah Lena mendengarkan semua ceritaku, tanpa kuminta dia langsung menawarkan diri. Itu pun dengan syarat, aku tidak boleh membunuh orang lain selain otak di balik pembunuhan orang tuaku.

Aku kira Lena orang nya terlalu baik. Kebaikan hatinya itu mungkin bisa dimanfaatkan oleh orang lain nantinya.

"Hei, kenapa aku tidak boleh membunuh orang lain. Bagaimana jika dia dulu yang berniat membunuhku, apa aku hanya diam saja?"

Aku bertanya untuk menghilangkan kebosanan. Kami sudah berjalan cukup lama dari tadi dan tidak pernah bertukar kata, itu membuatku sedikit aneh.

Lena hanya tersenyum mendengar pertanyaan ku. "Dengar Rie... belum tentu mereka berniat membunuhmu. Sebagai contoh, para prajurit yang kau lawan itu apakah memang punya dendam pribadi denganmu?"

"Aku tidak tau!"

"Nah... mereka itu hanya menjalankan perintah. Itu bukan murni keinginan mereka sendiri, kan? Juga, apa kau tidak memikirkan bagaimana nasib keluarga nya yang ditinggalkan, mengetahui sosok suami atau ayah yang mereka banggakan tidak pernah kembali setelah bekerja dengan keras untuk menafkahi mereka."

"Lalu, apa mereka juga berpikir bahwa masih ada anak yang tidak tau apa-apa saat mereka membunuh orang tuaku?"

Lena terdiam, dia sampai berhenti berjalan. Namun, Lena juga tersenyum simpul. "Jika pikiranmu seperti itu, perang pasti akan terus berlanjut. Ada kalanya kita perlu memaafkan musuh kita. Yah... aku tidak bisa menyalahkanmu, dendam ternyata sesuatu yang menakutkan!?"

"Kau terlalu baik Lena! Kadang kita juga harus membedakan mana musuh yang harus dikasihani dan mana yang tidak."

Aku terus berdebat dengan Lena sepanjang perjalanan. Karena sudah lama berjalan, kami memutuskan untuk beristirahat sebentar. Kami memilih sebuah pohon besar untuk berteduh.

Sesuatu terbang ke arahku dengan cepat, itu adalah Wey.

Aku sangat bersyukur dia masih hidup. Ini berkat Lena, dia menyembuhkan Wey.

Karena dia lebih dulu di dunia ini, tentu saja skill yang dia kuasai pasti bervariasi dan banyak.

Way yang besarnya sudah menyamai diriku langsung hinggap di bahuku.

"Kau terlalu berat sekarang, duduklah sendiri!"

Dengan ekspresi yang memelas, Wey turun dari bahuku.

Sejak kapan kadal ini terlalu sensitif?

Lena tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Biarlah, lihat Wey jadi sedih kan? Sini kau boleh hinggap di tubuhku!?"

Secepat kilat Wey langsung hinggap di bahu Lena. Wey juga terlihat senang bisa dekat dengan cewek cantik.

Ahhh... kadal penghianat!

"Ada apa? Kau cemburu?" Ledek Lena dengan terus menerus menyentuh pipiku.

"Hentikan itu...! Jangan perlakuan ku seperti anak kecil! Mungkin aku kelihatan seperti anak kecil, tapi umurku sudah 16 tahun dan tambah di dunia ini selama 7 tahun, berarti umurku sekarang 23 tahun. Aku bukan anak-anak!"

"Tubuhmu masih anak-anak!?

"Ahhh... terserah!"

Aku berbalik dan langsung pergi meninggalkan Lena.

"Kemana?"

"Bukan urusanmu!"

Aku memutuskan untuk pergi berburu saja untuk menghilangkan rasa kesal ini.

Dari lokasiku berada ada hutan kecil, seharusnya di sana ada hewan normal, bukan monster. Rasa hewan normal lebih baik ketimbang monster.

Aku melompat dari dahan pohon ke dahan pohon lainnya, tapi aku tak menemukan satu hewan pun.

"Kemana perginya semua hewan?"

Selanjutnya aku menggunakan detection, tapi hasilnya tetap nihil. Hutan ini benar-benar tidak ada penghuninya.

"Apa terjadi sesuatu pada hutan ini?"

Semua hewan tidak mungkin bisa hilang secara tiba-tiba, pasti ada penyebabnya. Bisa saja ada perburuan hewan besar-besaran.

Aku naik ke pohon paling tinggi untuk menyelidiki sesuatu. Dan benar... beberapa kilometer dari sini sepertinya ada pemukiman, mungkin mereka yang sudah menghabiskan hewan-hewan di hutan ini.

<>

Hah...? Skill baru? Tidak buruk juga.

Karena aku tidak bisa menemukan hewan sama sekali, aku berganti dengan buah-buahan yang bisa dimakan. Dan hasilnya sama.

"Sebenarnya untuk apa mereka mengeksploitasi hutan ini secara besar-besaran? Mereka sudah salah karena merusak ekosistem di hutan ini!"

Aku kembali ke tempat kami beristirahat dengan tangan hampa. Juga, aku akan memberitahukan temuanku ini pada Lena.

Mungkin desa itu adalah desa Lena berasal. Di ceritanya dia tidak menyebutkan secara spesifik tempatnya berasal.

"Lena? Ada yang tidak beres di sini, ehh...? Di mana dia?"

Kenapa selalu seperti ini? Aku tinggal sedikit dia sudah raib dan tiba-tiba ada di belakangku menodongkan sebuah pisau. Skill Bad feeling dan detection tak berguna di hadapannya.

Sebenarnya skill apa yang dimiliki Lena? Semua skill ku seakan tak berguna jika menghadapinya.

Lena itu sangat kuat, tapi dia tidak mau menyakiti orang lain, dia rela diperlakukan buruk tanpa ada niatan untuk membalas padahal punya kekuatan yang cukup. Karena kebaikan hatinya, tapi menurutku itu sangat naif.

Heh... aku ragu bisa menepati janjiku padanya. Aku juga ingin melihat bagaimana Lena marah, tapi... apakah itu mungkin? Siapa tau.

"Dorrrrrr..."

"Ahhhhh... Lena, apa maksudmu?" Aku dikejutkan Lena dari belakang.

"Kenapa tadi kau pergi?"

"Bukan urusanmu! Ahhh... kenapa skill deteksi tidak bekerja?"

Aku sangat frustasi dengan ini. Semua skill ku tidak ada yang berguna.

"Sampai kapan pun, semua skill mu tidak akan berguna padaku!" Kata Lena membusungkan dadanya.

"Cih..."

"Sudah... ayo kita lanjutkan perjalanan, Wey ayo pergi!"

Arah kami berjalan adalah mendekati desa itu, apa tujuan Lena adalah ke desa itu?

"Yap... benar, kita akan ke desa itu!"

Aku dengan cepat berdiri menghadang Lena. Aku tak habis pikir, sebanyak apa skill yang Lena miliki

"Kau punya skill pembaca pikiran?"

"Entahlah. Aku hanya menebak. Sekarang minggir atau mau ku gendong saja?"

"JANGAN MENGANGGAP KU SEBAGAI ANAK KECIL!"

.

.

.

.

Akhirnya kami sudah sampai di depan gerbang desa itu, gerbang yang hanya terbuat dari kayu. Terlihat seseorang dari pos penjaga di atas gerbang kayu itu. Dia kelihatan terkejut ketika melihat kami, bukan karena Wey. Aku menyuruh Wey untuk mengawasi kami dari jauh.

"Lena? Apa itu kau?" Kata penjaga.

"Ya... aku pulang!"

"Tapi, kenapa bisa? Kami mendengar kabar bahwa kau mati terjatuh dari tebing."

"Karena anak ini," kata Lena mengelus-elus kepalaku.

Aku hanya diam dan mengangguk-ngangguk.

"Benarkah? Siapa namamu?"

Penjaga itu turun, lalu dia berjongkok untuk menyelaraskan tinggi denganku, tak lupa kepalaku dipegangnya. Ahhh... semoga aku cepat besar, tak tahan aku diperlakukan seperti ini.

"Zaried... Zaried Scaland."

"Di mana kedua orang tuaku? Tanya Lena memotong pembicaraan kami.

Kenapa dia masih memikirkan keadaan orang tuanya? Padahal dia sudah dijual, orang tuanya tak peduli sedikit pun pada dirinya.

Ekspresi penjaga itu berubah, dia sekarang tak berani menatap Lena lagi. "Mereka pindah ke kota!"

Ekspresi Lena hanya biasa saja, tapi aku tau dia sedikit sedih.

"Oh... begitu ya... hah, pada akhirnya orang tuaku menyusulku. Tapi, aku malah kembali ke sini... hahaha, aneh," Kata Lena tersenyum. Itu adalah sebuah senyuman yang dipaksakan.

Kenapa ada orang seperti Lena? Dia sudah dicampakkan, dia hanya dianggap barang. Tapi... kenapa dia tetap mengkhawatirkan orang tuanya yang berhati busuk.

Aku memegang tangannya, "Kau tak perlu memikirkan mereka!"

Lena merespon dengan anggukan pelan.

Setelah itu kami di izinkan masuk ke desa. Lena menyarankan agar langsung menuju rumahnya.

"Kau terlalu optimis! Mungkin orang tuamu sudah menjual rumahnya."

"Itu tidak mungkin! Pasti masih ada." Lena tetap bersikeras.

Saat dalam perjalanan, tepatnya saat melewati balai desa banyak sekali buah-buahan dan hewan buruan yang menggunung. Yah... sesuai dugaanku.

"Pak... Apa acara persembahan dewa?" Tanya Lena pada orang yang kebetulan lewat.

Untuk persembahan tidak mungkin sebanyak ini.

Aku sedikit bisa memahami keadaan desa ini hanya dalam sekali lihat.

Menurut hipotesis ku, desa ini bukan melakukan persembahan. Yang paling masuk akal adalah di jajah. Yah... semacam di jajah desa lain atau perampok.

Orang tadi pun tidak menjawab pertanyaan Lena, dia malah pergi menjauh.

Itu menjadi semakin jelas.

Skill detection bereaksi, itu menangkap sinyal bahwa ada segerombolan orang berkuda datang dengan cepat ke sini.

Apakah itu mereka?

"Lena, kita harus bersembunyi! Stealth!