Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 13 - Time skip

Chapter 13 - Time skip

Mungkin untuk kesabaran aku bisa dikatakan cukup pantas menyandang gelar orang yang sabar. Ini sudah berlalu 8 tahun, sekarang umurku memasuki tahun ke 15. Sudah tak terasa, benarkan?

Kenapa aku bilang soal kesabaran? Itu karena selama 8 tahun aku memendam ambisiku, balas dendam. Sekarang aku tau siapa di balik semua ini. Kerajaan Mierdia, kerajaan yang berada di tengah-tengah benua.

Selama 8 tahun ini aku tidak hidup hanya dengan santai-santai saja. Aku selama ini terus meningkatkan level. Seperti sekarang.

Ribuan serigala sudah berdiri di depanku, semuanya rata-rata berlevel 50.

Aku tak takut sama sekali karena aku yakin dengan kemampuan ku.

Semua serigala itu menyerbu ku secara bersamaan, perlu diperhatikan... itu bukanlah serigala biasa, tepatnya... shadow wolf.

Mereka tiba-tiba hilang dalam kegelapan malam. Semua skill pasif lalu bereaksi.

Tangan ku bergerak sendiri, satu persatu shadow wolf berhasil ku tebas dengan pedang ku.

Serigala terus-terusan muncul dari bayangan, namun berkat skill auto reflex, satu goresan pun tidak mendarat di tubuhku.

Jika di lihat mungkin aku sedang melakukan break dance. Dengan lincah aku menghindar, melompat, menendang dan memukul shadow wolf yang langsung hancur berkeping-keping ketika menyentuh tanganku.

"Holy light!"

Cahaya yang amat terang menerangi kegelapan malam. Semua serigala tidak akan bisa menyatu dengan kegelapan lagi.

Aku lalu mengaliri pedang ku dengan api, bukan api biasa yang berwarna merah atau oranye tapi api putih.

"Bersiaplah menjadi abu!"

Slash... Slash... Slash...

Dengan gerakan yang sangat cepat, aku menebas satu persatu shadow wolf yang masih tersisa. Hanya dengan sedikit menyentuh api ku, shadow wolf langsung terbakar menjadi abu.

<>

<>

<>

<>

Aku hanya tersenyum puas dengan item dan skill yang kudapat.

Nama: Zaried Scaland

Ras : Manusia

Level : 157

Title : Mercyless, Frozen heart

Hp : 20.500

Mp : 20.500

Str : 432

Int : 420

Vit : 420

Agi : 700

PS : 1432

Skill :

*Interpretation Lv max,

*Instigate Lv max,

*Bad feeling Lv max,

*Stealth Lv max,

*All resistance Lv max,

*LungeLv max,

*Automatic reflex Lv max,

*Detection Lv max,

*Regeneration Lv 6,

*Sword user Lv 7,

*Illusion Lv 5

*Survival Lv 7,

*Eagle sight Lv 8

Unique skill :

*Wrath sang penguasa kemarahan.

*Appraisal,

*Storage space,

*Elemantal control,

*Reincarnation maker,

*God's eye,

*Soul eater

Apakah dengan status seperti ini sudah cukup?

Apakah aku bisa memulai untuk membalas dendam? Aku sudah terlalu lama menunggu.

"Mierdia...! Akan ku hancurkan kerajaan itu!"

Kerajaan Mierdia hanya sebuah kerajaan busuk yang menindas dan memeras rakyatnya sendiri. Kerajaan dengan embel-embel kerajaan dengan pasukan tempur terkuat. Heh... akan aku pecundangi kerajaan itu.

Aku tau bahwa kerajaan Mierdia memulai ekspedisinya kembali ke hutan besar Darciel beberapa tahun lalu. Entah bagaimana perkembangannya, terpenting mereka masih kesulitan menghadapi monster-monster kuat di sana.

Selama 8 tahun aku tinggal bersama Lena di desa kelahirannya. Kami tinggal di sana beberapa tahun kemudian pindah lagi.

Sekarang kami ada di kota Orro, kerajaan Letizia. Kerajaan dengan berbagai ras hidup berdampingan di sini. Kenapa aku menyebutnya begitu? Karena masih ada beberapa ras yang rasis terhadap satu sama lain.

Kami tinggal di kota Orro berkerja sebagai petualang. Yah, bisa ditebak aku sedang melakukan quest solo untuk memburu shadow wolf yang selalu memangsa ternak penduduk.

Aku kebablasan dan menyerbu sarang dari kawanannya. Padahal quest nya hanya memastikan ternak tidak ada yang dimangsa. Aku sepertinya terlalu bersemangat.

Aku baru menjadi petualang, baru beberapa bulan yang lalu setelah aku menginjak umur 15 tahun. Jadi jangan heran jika rank petualang ku masih rendah, lagi pula peringkat seperti itu tidak penting, kalau aku mau... aku bisa membuat kerusuhan di kota Orro bahkan menghancurkannya.

Ngomong-ngomong aku baru rank copper, rank pemula. Aku tidak punya tujuan untuk meningkatkan rank ku, toh sebentar lagi akan pindah lagi untuk menjalankan ambisi ku.

"Aku harus membawa beberapa mayat shadow wolf sebagai bukti ke guild. Tapi... lagi-lagi aku tidak menyisakannya. Apa aku harus mereinkarnasinya?"

Buang-buang waktu dan itu sangat boros terhadap mana, aku tidak mau pingsan kehabisan mana.

"Aku buat laporan saja bahwa tidak ada penyerangan shadow wolf."

Yah... pikirkan saja besok, ini sudah malam. aku ingin segera pulang.

Aku lupa sesuatu. Berkat skill interpretation, aku memprediksi bahwa reinkarnator lain tersebar di seluruh dunia, yah... mereka adalah teman-teman sekelas ku.

Itu baru prediksi, mungkin dari 30 orang siswa di kelas tidak semuanya yang berinkarnasi. Namun, jika mereka memang benar dan secara kebetulan lahir di keluarga kerajaan. Aku tak akan ragu jika suatu saat harus berbeda prinsip dan tujuan.

"God,s eye!"

Ini adalah salah satu skill baru yang aku dapatkan. Skill ini bisa membuatku melihat apa saja dalam jarak yang sangat jauh, sesuai namanya, kan? Aku akan dengan mudah melacak orang lain dan masih banyak lagi kegunaannya.

Untuk sekarang skill ini aku gunakan untuk terus mengawasi apa yang sedang terjadi di hutan besar Darciel.

"Mereka... sudah bertahun-tahun mereka cukup gigih. Aku sudah berbaik hati membiarkannya. Apa aku harus membereskannya?"

Aku terlalu berbaik hati telah membiarkan mereka menginjak-nginjak tempat kelahiran ku. Sepertinya memang harus... yah, buat rumor hutan kematian Darciel menyebar lagi.

"Akan kubebaskan kalian dari tugas. Lightning Strike!"

Langit malam hutan besar Darciel yang awalnya berbintang secara tiba-tiba berubah berawan. Mereka semua bingung atas perubahan cuaca yang tiba-tiba.

"Mungkin tak akan bisa menghabisi kalian semua, tapi... itu sudah cukup!"

Dengan God's eye aku bisa melihat dengan jelas wajah ketakutan dan ketidaktahuan dengan apa yang baru saja terjadi.

Teman-teman mereka mati tersambar petir satu per satu.

"Rasanya puas melihat mereka!"

God's eye aku geserkan ke kerajaan Mierdia, tepatnya di ibu kota, dia tempat kediaman raja. Mungkin bisa saja aku langsung membunuhnya tanpa bisa diketahui siapa pun. Tapi, aku tidak akan puas.

Aku ingin secara langsung melihat wajah ketakutannya. Aku ingin mereka melihat anak kecil yang keluarga direnggut dengan paksa yang akan menjadi malaikat kematiannya.

"Arghh... mataku, selalu saja seperti ini!"

Skill ini terlalu memberatkan tubuhku, setiap kali aku menggunakannya mataku akan langsung berdarah dan kepalaku yang sangat pusing.

"Sepertinya sudah cukup kegiatan mata-matanya. Kema, aku tak sabar bertemu denganmu!