Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 14 - Persiapan raid

Chapter 14 - Persiapan raid

Pada pagi harinya aku pergi ke guild untuk melaporkan quest yang aku jalani kemarin, aku tak sendiri, Lena menemani ku.

"Kenapa kau ikut? Kau akan tau bagaimana nantinya kan?"

"Aku hanya memastikan kau tidak membuat keributan!?"

Dia sangat tak suka jika aku membunuh orang meskipun itu adalah orang jahat. Seperti kejadian di desa nya beberapa tahun lalu. Dia sempat sangat kecewa padaku, tapi untungnya dia bisa sedikit mengerti dengan apa yang kulakukan.

Jalan pikiran cewek ini terlalu misterius.

"Tenang saja, aku akan menahan diri!"

"Kau tak bisa dipercaya!"

Kehadiran Lena itu sebenarnya tidak ada gunanya. Dia hanya malah menghambat ku, tapi dia adalah orang yang selalu membantu ku saat kesulitan. Jadi, aku terlalu punya utang yang harus dibayar.

Dan Lena adalah orang yang sangat kuat.

Kami akhirnya sampai di guild, semua tatapan menusuk langsung tertuju padaku. Ini adalah hal yang paling aku benci, aku sangat ingin menghabisi mereka.

"Lena, jangan selalu suka dekat-dekat dengan anak muda yang payah ini! Ayo kita buat party untuk melakukan Raid dungeon!" Kata salah satu dari mereka dengan perisai besar di punggungnya.

"Ahh... maaf, tapi aku harus selalu bersamanya!" Tolak Lena dengan halus.

Lena terus memperlakukanku seperti anak kecil, mentang-mentang dia lebih tua dariku.

Aku terus berjalan ke meja resepsionis untuk melaporkan quest kemarin tanpa mempedulikan lebih banyak orang di sini.

"Lyra, aku ingin mengambil imbalan ku!"

Seorang gadis dengan rambut panjang berwarna perak, juga telinga panjangnya. Yah, dia seorang elf.

"Apa ada kesulitan saat kau menjalankan quest?"

"Bukan masalah yang berarti, hanya ada serangan shadow wolf dengan level belasan. Tidak terlalu berpengaruh!"

Aku lalu menyerahkan kartu petualang ku. Dengan kartu itu, semua yang aku lakukan akan tercatat, seperti berapa banyak monster yang sudah kubunuh.

Tapi, dengan skill illusion, aku memanipulasi nya agar tampak biasa saja. Aku juga menggunakan skill illusion pada status ku, antisipasi pada orang yang memiliki skill appraisal atau sejenisnya.

"Tidak ada yang aneh, ini imbalan mu, 10 koin tembaga!"

"Terima kasih."

Aku pun mengambil uang itu dan menyimpannya, saat aku hendak pergi Lyra menghentikanku.

"Zarie, apa kau tak ingin naik menjadi petualang rank bronze? Kau sudah memenuhi persyaratan agar bisa naik!?"

Aku menatap Lyra sejenak, dia selalu menawari ku untuk bisa naik rank, namun aku selalu menolaknya. Mungkin dia prihatin dengan ku, soalnya petualang yang sengakatan dengan ku rank nya rata-rata sudah rank silver.

"Kau sudah tau jawaban ku, Lyra?"

"Kenapa alasan mu selalu menolak?"

"Kalau ditanya soal itu bagaimana aku menjawabnya, ya? Emm... begini saja, menjadi petualang rank rendah itu menyenangkan, aku bisa menjalani quest dengan santai."

"Aku tak tau jalan pikiranmu," jawab Lyra tersenyum kecut.

Tampaknya Lena masih berurusan dengan orang-orang tidak berguna itu, aku jadi langsung saja ke papan pengumuman untuk mengambil quest selanjutnya.

Aku berjalan ke papan, lagi-lagi tatapan sinis selalu kudapatkan. Skill bad feeling ku aktif, ada orang yang berniat menjegal ku supaya aku terjatuh.

Aku sedikit bingung, kenapa sangat klise?

Maksudku, kenapa ada orang yang begitu sombong dengan kemampuannya, dan bisa menindas orang yang di bawahnya. Mereka hanya sekumpulan orang bersumbu pendek.

Kalau aku mau aku bisa saja menendang kakinya sampai terputus. Tapi, itu tidak mungkin, Lena bisa marah padaku nanti.

Alhasil aku pura-pura tak tau, dan menghindarinya. Jadinya dia sangat kesal.

"Aku senang kau menahan diri!"

Suara di kepala ku... ahhhhh... menyebalkan, Lena bahkan punya skill telepati. Sebenarnya berapa banyak skill yang dia punya?

Aku sangat ingin melampaui kekuatannya.

"Ohh, Zari, mau bentuk party?"

Pemuda dengan rambut hitam dan mata cokelat berpakaian ala-ala penyihir, yah dia seseorang dengan spesialisasi sihir. Namanya Radky.

"Aku menolak. Bentuk saja party dengan petualang rank setingkat dengan mu, aku itu rank rendahan," kata ku sambil terus melihat-lihat quest yang sesuai.

"Kok kau betah, ya dengan julukan eternal copper?! Kau tak ada niatan untuk naik rank? Kemampuan mu itu setingkat dengan rank gold, kau tau?"

"Aku tidak peduli!"

Radky adalah petualang seangkatan dengan ku, kami mendaftar pada saat yang sama. Namun, rank kami berbeda.

"Oi, oi... apa-apaan pedang keren mu itu?! Mana mungkin rank Cooper bisa memilikinya!"

Aku adalah pengguna pedang, dan pedang yang aku bawa itu adalah soul killer. Pedang yang aku dapatkan kemarin.

Radky lalu melihat-lihat pedang itu dari dekat, mata nya sangat berkaca-kaca.

Sepertinya aku salah membawa pedang ini. Dan Radky terlalu menilai ku sangat tinggi. Kami pernah melaksanakan quest bersama dan dia melihat sedikit kemampuan ku.

"Ini hanya pedang biasa, hanya bentuk nya saja yang kelihatan sangat keren."

"Ya... ya... kau itu selalu berbohong!"

Aku tidak peduli dia percaya atau tidak.

"Guild akan melakukan Raid. Apa kau tidak mau berpartisipasi?"

"Apa rank copper seperti ku bisa ikut?"

"Ini bukan soal rank kawan, tapi kemampuan. Kemampuanmu itu sudah diakui!"

Aku sudah tau soal Raid, tapi pura-pura tak tahu.

"Baiklah, akan kupikirkan lagi."

"Hey, kau tak mendengar berita tentang kemunculan ribuan kawanan shadow wolf baru-baru ini?"

Ahhh... aku sangat ingin membungkam mulutnya, dia selalu mengajak ku bicara. Padahal aku ingin segera pergi.

"Kenapa?"

"Katanya ada orang yang melihat seseorang menghabisi kawanan serigala itu sendirian. Apalagi katanya level rata shadow wolf itu level 50 dan dilakukan pada malam hari, bukannya itu gila. Melawan shadow wolf pada malam hari."

Apa maksudnya? Ada orang yang melihat ku saat menghabisi serigala itu. Tapi, skill detection tidak mendeteksi siapa pun.

Huh... apa ada orang yang sanggup memblokir detection?

Dan kenapa dia tidak memberitakan tentang identitasnya juga jika dia memang melihat ku?

Ohh... bagus sekali, satu orang lagi yang akan berpotensi merepotkan ku di masa depan.

"Kau terlalu percaya kabar angin!"

"Itu—"

"Ahhh... sudahlah, aku muak mendengar ocehan mu. Aku setuju dengan ikut Raid, kapan itu dilakukan?"

"Emmm.... besok!"

"Sudah, aku mau kembali untuk menyiapkan semuanya."

"Sampai jumpa besok!"

Aku ingin menghabisinya, tapi entah kenapa aku kasihan padanya. seharusnya, aku tidak bisa merasakan rasa seperti itu dengan title baru ku, Frozen heart.

Lagi-lagi, aku selalu bertemu dengan orang-orang yang bisa merepotkanku nantinya. Ya... ada kemungkinan Radky akan membuat ku repot.

God's eye!

Selain bisa melihat jarak jauh, skill ini juga bisa melihat masa depan. Semakin jauh masa depan yang kulihat semakin tinggi Mp yang dikonsumsi.

Aku hanya tersenyum, Raid dungeon itu... itu lebih menarik dari yang ku kira.