Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 16 - Misi dari Raja

Chapter 16 - Misi dari Raja

"Orang ini menyusahkan!"

Aku terpaksa membawa orang dengan zirah full plate ini, zirah nya hanya menambah beban tubuhnya. Aku dengan masa bodoh melemparkannya dari gendongan ku.

"Appraisal!"

<>

Monster jenis semut tadi agak aneh. Soalnya di lapisan pertama, monster dalam jumlah sebesar itu sungguh mustahil. Ada pun dungeon ini selalu dijelajahi. Dan tak pernah ada laporan serangan monster dalam jumlah puluhan ribu.

Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil memikirkan alasan yang tepat nanti jika sudah berkumpul.

"Sebentar... mereka mungkin juga mati, kan?"

Jika kelompok kami mengalami kesulitan seperti ini, apa kelompok lain juga mengalaminya?

Entahlah... yang terpenting habisi semua monster dan dapatkan banyak skill. Itu tujuanku datang ke dungeon ini.

Untuk itu aku menonaktifkan beberapa skill supaya tidak terlalu gampang aku mengalahkannya.

Untuk tadi? Ahh... itu terdesak.

Aku lalu membuka menu shop untuk melihat daftar skill. Aku ingat bahwa Sp-ku sudah 1000 lebih, coba jika ada skill yang bagus aku akan membelinya.

"Hmm... harganya lebih dari 800, seperti biasa sistem ini ingin memerasku."

Setiap harga skill selalu berubah-ubah, kadang naik, kadang turun. Aku benar-benar dipermainkan.

"Copy?"

Salah satu skill yang aku anggap menarik dan kelihatan berguna.

<>

Skill yang sangat OP. Baiklah aku beli ini.

<>

Nampaknya ada monster yang mendekat ke arah ku.

"Aku coba sebentar skill ini!?"

<>

Monster tadi yang hendak mendekati ku langsung tercabik-cabik ketika terkena benang yang aku keluarkan.

"Aku bahkan bisa membuatnya lebih kuat?!"

Ini adalah skill yang aku copy dari laba-laba.

Skill ini lebih hebat dari yang kuduga.

.

.

.

.

Kerajaan Mierdia.

Hari-hari pangeran Kerald berjalan seperti biasanya, dia terus berlatih untuk meningkatkan kekuatannya. Kerald hanya menurut tanpa tahu kenapa dia disuruh untuk menjadi kuat, padahal dalam pikirannya dunia dalam keadaan damai dan tidak ada tanda-tanda akan terjadi peperangan.

Sungguh pemikiran yang naif.

Sekarang Kerald berada di sebuah arena yang besar. Bayangkan saja seperti Colloseum.

Dengan pedang berwarna putih bersih, Kerald menghadapi puluhan orang di depannya.

"Kami siap pangeran!" Kata salah satu dari mereka.

Kerald mengangguk, genggaman pada pedangnya dia perkuat.

Beberapa dari menyerang Kerald lebih dulu. Dia hanya diam.

"Light step. Sword dance!"

Dengan satu langkah dan satu ayunan pedang yang pelan, Kerald dengan sangat cepat sudah membelakangi mereka.

Tanpa diketahui kenapa, mereka tiba-tiba tumbang.

Belum sampai di situ, beberapa serangan sihir dilesatkan ke arah Kerald yang kurang fokus.

"Fire ball!

"Wind Slash!"

"Water bomb!"

"Electric shock!"

Ledakan-ledakan besar terjadi di arena dengan kepulan asap yang menutupi seluruhnya.

"Apa berhasil?"

"Kalian harus berjuang lebih keras! Wind slash!"

Angin yang sangat kencang seketika membuat asap langsung menghilang. Nampak Kerald yang masih berdiri tanpa ada luka yang berarti.

"Paralize!" Teriak lantang Kerald.

Semua orang langsung tersungkur ke lantai arena. Mereka benar-benar tidak bisa bergerak, tubuhnya serasa membawa beban puluhan ton.

"Cukup!" Teriak seseorang dari luar arena.

Kerald langsung menonaktifkan skill nya.

"Tuan... ada sebuah kabar!?" Katanya melesat ke dalam arena.

Dia lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Raut wajah Kerald langsung berubah dengan cepat.

"Kau tidak bercanda, kan?" Tanya Kerald yang masih belum bisa percaya.

"Saya tak akan berani melakukannya."

"Cih..."

Kerald pergi secepat kilat.

( Rize sudah kembali, kuharap ada kabar bagus darinya!? )

Kerald kemudian telah sampai di tempat yang diberitahukan orang tadi, ruang singgasana.

Kerald membuka pintu depan pelan.

"Ayahanda, apa ada kabar baik?"

Tidak ada basa basi sama sekali. Kerald tak pandai membaca suasana, di ruangan itu hawanya sangat berbeda.

"Anakku, begini—"

"Rize, bagaimana misinya? Apa menemukan sesuatu?" Perhatiannya langsung teralihkan ketika melihat orang yang sudah melatihnya dari kecil.

"Pangeran...?"

"Ada apa sebenarnya? Tidak ada hal yang buruk, kan?"

"Misi ini gagal. Pasukan komandan Rize dibantai!" Kata seseorang di samping raja dengan tongkat seperti penyihir.

"Apa benar, Rize?"

"Saya sangat menyesalkan hal ini, tapi itu benar," jawab Rize menunduk.

"Siapa yang melakukan hal sekejam itu?" Kerald berteriak marah.

Orang dengan pakaian penyihir berjalan mendekati Kerald dan Rize.

"Kami pun tak tahu, langit yang awalnya cerah dalam sekejap berubah gelap dan petir mulai menyambar-nyambar. Dan tanpa di sadari, semua orang di sana sudah mati kecuali saya."

"Apa maksudnya itu, Rize?"

"Sepertinya itu adalah ulah seseorang?" Jawab sang penyihir menjelaskan.

"Apakah itu mungkin?"

"Ya... pangeran. Saya mengira dia punya skill penglihatan jarak jauh. Dia lalu menggunakan skill dalam skala besar untuk menghabisi pasukan komandan Kerald. Saya kira dia lah yang selama ini telah menghabisi semua pasukan kita. Yang jelas, orang itu bisa menjadi ancaman bagi kita!" Kata penyihir itu sangat serius.

( Orang dengan kekuatan sebesar itu? Apa dia seorang reinkarnator. Kata Ariel, aku harus curiga pada seseorang dengan kemampuan yang di atas wajar )

"Lalu, bagaimana sekarang?" Tanya Kerald kepada penyihir.

"Tenang saja pangeran. Saya sudah melacaknya, menurut saya serangan itu harusnya dilancarkan dari tempat tak jauh dari hutan Darciel. Dan lokasi paling dekat dari sana adalah kota Orro, kerajaan Letizia. Seharusnya pelakunya tinggal di sana!?"

"Dengar anakku... kau ke sanalah dan cari pelakunya. Dia harus dihukum seberat-beratnya karena telah mengusik kerajaan kita, kau mengerti, kan?"

"Raja... apa tak masalah mengirim putra kita melakukan misi ini. Itu terlalu berbahaya!" Kata seorang wanita paruh baya, dia sang ratu.

"Aku percaya dengan anakku!"

"Tenang saja, misi ini pasti akan berhasil. Orang itu pasti akan kutangkap!" Kata Kerald sangat percaya diri.

"Kau boleh membawa beberapa orang yang kau pilih!?"

"Baik... orang sekejam itu memang tidak boleh dibiarkan berkeliaran seenaknya!?"

Penyihir itu mengepalkan sesuatu pada Kerald.

"Apa ini?"

"Gunakan itu jika keadaan mendesak!"

Pertemuan pertama antara para reinkarnator. Akan jadi reuni yang mengharukan atau pertempuran yang berdarah?

Di sisi lain, Zaried masih terus menjelajahi dungeon untuk mendapatkan lebih banyak skill dan tidak tahu bahwa sebentar lagi dirinya akan diburu.

Di kota Orro pun ada reinkarnator, dan dia kenal cukup dekat dengan Kiya meskipun Kiya tak pernah mempedulikannya dan Kema. Siapa yang akan dibelanya?

( Jika aku harus bertarung dengan teman ku sendiri aku tak peduli, di dunia ini kehidupan ku sudah berbeda. Aku tak boleh menyamakan dengan di bumi! )