Gerbang desa dibuka. Semua orang yang tadinya beraktivitas di luar langsung mengunci rapat-rapat pintu rumahnya
Sekelompok orang yang kelihatan sekumpulan prajurit menunggangi kuda terlihat jelas.
Apa mereka pasukan kerajaan?
Meskipun tertutup dengan zirah, aku tau persis ekspresi apa yang mereka buat. Ekspresi penuh kebengisan.
Tiba-tiba di depan mereka seorang anak kecil tiba-tiba berlari dan kemudian tersandung. Sontak itu mengejutkan kudanya.
"Hoi, kau mau cari mati?" Kata prajurit itu berusaha menenangkan kudanya.
Seorang wanita paruh baya langsung datang mendekap anak kecil itu. "Maaf, dia tak sengaja." Kata wanita itu, dia kemudian langsung minggir dari jalan mereka.
Aku terus mengawasi gerombolan orang itu dari atas atap. Lena yang berada di samping ku tak bisa menenangkan dirinya, dia ingin segera terjun menemui para prajurit itu.
"Tenanglah... kita lihat kondisinya dulu!"
Appraisal!
Hmm... mereka hanya sekelompok orang dengan level sekitar 20-an ke atas. Tapi, berani menjajah desa ini.
Saat mereka melihat semua makanan yang menumpuk di balai desa, mereka kelihatan sangat tak puas padahal itu sudah sangat banyak.
"Hanya segini? Apa yang kalian lakukan selama seminggu, Hah?" Bentak salah seorang prajurit.
Salah satu perwakilan dari penduduk, dia sepertinya Kepala desa.
"Maaf, tapi hanya ini yang bisa kami temukan. Hutan Rokan sudah sangat sulit untuk menemukan hewan dan buah-buahan."
"Omong kosong!" Kata prajurit itu mengeluarkan bola api dan langsung menghanguskan salah satu rumah.
"Apa kalian ingin aku meratakan desa ini?"
Beberapa penduduk langsung berdatangan, mereka langsung bersujud di depan para prajurit.
"Maafkan kami, tapi memang hanya itu yang bisa kami berikan. Hasil panen kami sudah kami berikan bulan lalu, begitu juga dengan semua harta kami. Tolong jangan bakar rumah-rumah kami!"
Lena tak bisa menahan dirinya lagi, dengan cepat dia sudah berada di depan para penduduk.
"Apa maksud kalian? Kalian sudah mendapatkannya, sebaiknya cepat pergi!"
"Seorang gadis... Kau lumayan juga,mau ikut bersama kami?" Kata prajurit itu menatap tubuh Lena dari atas ke bawah.
Terlalu berbasa-basi, kenapa Lena tidak langsung membereskannya?
"Pergi, aku tidak ingin menyakiti kalian!?" Lena mengeluarkan pisaunya.
Para prajurit itu saling berpandangan. "Hahahaha... sudah, gadis cantik sepertimu tak pantas memegang benda yang berbahaya!"
Salah seorang prajurit turun dari kuda. Dia mendekati Lena.
"Ayo ikut saja bersa——akhhhh..."
Prajurit itu kesakitan karena, yah... Wey tiba-tiba melesat dengan cepat dan menggigit prajurit itu.
"Wey, sudah! Lepaskan dia!" Kata Lena berusaha menghentikan Wey yang menggigit prajurit itu hingga zirah nya hancur.
Para prajurit yang lain sangat terkejut melihat seekor wyvern tiba-tiba datang. Wyvern adalah monster yang langka dan hanya ada di hutan besar Darciel.
"Ke-napa bisa ada seekor wyvern?"
"Tenang, wyvern itu masih kecil. Kita bisa membunuhnya."
Ada yang ketakutan, ada yang meremehkan. Apa mereka tidak memiliki skill sejenis dengan appraisal. Padahal status yang dimiliki Wey jauh lebih besar dari pada mereka.
"Wey, tenang... aku tak apa-apa, tak perlu marah!"
Lena membawa Wey menjauh dari mereka.
Sekarang para prajurit itu tampak ragu. Dengan kedatangan Wey saja sudah membuat mereka ingin segera pergi, apalagi jika aku ikut campur?
"Pergi, kalian masih ingin di sini?" Ancam Lena pada mereka.
"Cihhh... masa bodoh, serang!"
Mereka semua maju hendak menginjak-nginjak Lena dan Wey dengan kuda-kudanya.
Aku hendak ikut campur, tapi sepertinya tak perlu. Wey sudah mengurus mereka.
Zrrrtttttttttttt...
Wey menyerang mereka dengan listrik dengan tegangan yang tinggi, mereka semua tak ada yang sanggup menahannya.
"Sebaiknya kalian pergi atau kalian akan mendapatkan luka yang lebih serius."
Semuanya penduduk tampak lebih berani, mereka sekarang ikut membantu Lena mengusir mereka.
Sekarang menjalankan bagian ku.
Lena terlalu baik. Dia membiarkan mereka semua lolos begitu saja setelah apa yang mereka lakukan pada desa kelahirannya. Menurutku hanya dengan sebuah setruman membuat mereka jera, ada kemungkinan mereka mengulangi perbuatannya.
Aku pun mengejar mereka, dengan stealth keberadaan ku tidak akan bisa disadari.
"Lena, sebenarnya kau ini makhluk apa? Kau terlalu bagus sebagai manusia, seharusnya kau itu seorang malaikat. Maaf, Lena... aku tidak bisa menepati janji ku. Aku punya cara tersendiri untuk melindungi penduduk desa."
Huh... aku menarik nafas dalam-dalam. Kedua belati di tanganku sudah kupegang dengan erat.
Saatnya menjadi malaikat kematian.
.
.
.
.
"Akhirnya selesai."
Aku bingung, jika mereka memang benar adalah prajurit kerajaan... kenapa mereka bersikap seolah-olah adalah penjahat. Penyalahgunaan kekuasaan atau ini adalah suruhan?
Yang jelas tindakan mereka tidak bisa dimaafkan. Mereka sudah memeras desa itu habis-habisan.
Aku harus segera kembali, Lena pasti akan curiga.
Desa sudah kembali normal, para penduduk mulai membersihkan kekacauan yang ada seperti kebakaran tadi.
Aku melihat Lena berbicara dengan para penduduk. Sepertinya dia belum menyadari aku sempat menghilang.
"Rie, kau dari mana?" Tegur Lena.
"Urusan dengan perut!"
Apakah alasan ini cukup atau tidak, aku tidak tau. Lena juga bisa saja memiliki skill pembaca pikiran.
"Benarkah?"
"Terserah mau percaya atau tidak!"
"Hei, tunggu... apa yang ada di tanganmu? Itu darah, kan?" Kata Lena langsung menarik tangan kiri ku untuk mengeceknya.
Gawat... aku tidak merasakan sama sekali jika aku sempat tergores. Ini akibat skill pain resistance.
Sepertinya aku akan langsung ketahuan. Dia pasti kecewa denganku.
.
.
.
.
Kerajaan Mierdia.
Setelah pertunangannya dengan pangeran Kerald, Ariel sekarang sering berkunjung untuk sekedar bermain dengan Kerald, begitu lah dalihnya. Tapi, kenyataannya Ariel atau Areka hanya ingin menghabiskan waktu dengan teman lamanya.
"Bagaimana perkembangan mu?" Tanya Ariel penuh semangat setelah melihat Kerald latihan berpedang.
"Bagaimana apa nya?"
"Kau ingin meningkatkan skill berpedang mu sampai max?"
"Seharusnya kau sudah tau, kan? Skill akan meningkat jika digunakan terus menerus," jawab Kerald mengipasi dirinya dengan telapak tangan.
Wush...
Hembusan angin tiba-tiba datang, sontak itu membuat Kerald terkejut. Rupanya itu adalah perbuatan Ariel yang tersenyum pada Kerald.
"Kenapa kau tidak memilih penguasaan elemen? Lihat aku menguasai elemen angin!?"
"Hah... apa penguasaan elemen bisa dibeli juga?" Tanya Kerald polos.
"Tentu saja, dasar bodoh! Hah... sebenarnya apa yang kau lakukan selama beberapa tahun ini? Jangan bilang kau menikmati waktu-waktu mu menjadi pangeran, tanpa mencoba mencari tau bagaimana sistem di dunia ini!?"
"Yah... memang begitu, hehehe," jawab Kerald cengengesan.
"Kau tak sepantasnya seperti itu, kau tau... mungkin teman-teman kita nasibnya lebih buruk?! Siapa tau ada yang berinkarnasi bukan sebagai manusia?!"
"Ya... sepertinya aku terlalu menikmati."
Ariel lalu mengeluarkan sebuah buku dari storage space.
"Sebaiknya kau baca sejarah dunia ini! Aku yakin kau tak pernah mencari tau bagaimana keadaan dunia ini sebenarnya," kata Ariel menyodorkan buku yang sangat tebal itu.
"Ahh... iya, iya... kenapa kau bisa tahan dengan yang namanya membaca?"
Menurut buku itu, dunia ini hanya terdiri dari dua benua, yaitu benua manusia yang terletak di barat dan benua iblis yang terletak di timur. Kedua benua ini terpaut jauh oleh samudra yang sangat luas. Di samudra pun ada ribuan pulau-pulau kecil. Dan ada satu pulau yang istimewa, itu adalah pulau naga yang terletak di tengah-tengah samudera. Untuk pergi ke sana sangat mustahil, saking mustahil-nya ada yang menganggap pulau naga hanya sebatas dongeng.
"Aku pernah diajari sejarah dunia ini...tapi—"
"Baca!"
Dari kejauhan tampak beberapa prajurit berbicara dengan orang yang selama ini menjadi lawan tanding Kerald.
"Bagaimana persiapannya, apakah sudah 100%?"
"Semua hal yang kita butuhkan sudah ada. Kapan pun kita bisa memulai misinya!"
"Bagus... kita tidak boleh gagal seperti sebelum-sebelumnya!"
Ariel dengan salah satu skill pendengaran miliknya menguping apa yang mereka bicarakan.
( Apa yang mereka rencanakan, aku jadi penasaran ) Batin Ariel.
Ariel lalu langsung menarik tangan Kerald untuk mendekat. Dengan sedikit kode, Kerald mengerti apa kemauan Ariel.
"Rize, apa kalian akan melakukan misi yang penting?" Tanya Kerald.
Mereka semua menjadi terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Kerald.
"Ohh, pangeran... ya, kami akan melakukan ekspedisi ke hutan besar Darciel."
"Hutan besar Darciel?" Kerald merasa nama tempat itu sangat asing.
Ariel langsung menepuk jidatnya.
( Sebenarnya apa yang dipelajari oleh Kema selama ini? Dia bahkan tidak tau tentang hutan Darciel. Dan apa maksudnya dengan ekspedisi? Mereka mau mengantar nyawa. Di sana hanya ada monster-monster yang kuat tanpa ada sesuatu yang berharga. Atau mereka jangan-jangan ingin mencari portal teleportasi? )
"Hutan yang ada di ujung benua. Kami, di sana untuk menemukan sumber daya yang baru." Jawab Rize.
( Omong kosong! Mereka... apa mereka ingin menyerang bangsa iblis?)