"hanya bersama nenekku." Jawa Ern singkat tanpa berani melihat lawan bicaranya.
"bisakah kau menatapku saat kita mengobrol?" sadar kalimatnya salah justin segera membenarkan. "maksudku kau seharusnya melihatku saat kita mengobrol. Bisakah?"
"oh tuhan! Justin menyadari sikapku. Sial" kata ern dalam batinnya.
"aku hanya tidak terbiasa." Ucap ern bingung setelahnya.
"baiklah terserah kau saja." justin pasrah ia menjawab tanpa melihat ern.
Bus berhenti. Keduanya segera beranjak dan memasuki bus. ern yang berada di depan mencari kursi yang kosong dan nyaman untuk bersender. Dapat. Ia menduduki kursi itu yang berada di paling pojok belakang dan ia memilih menempel pada jendela. Cukup hangat. Bus mulai melaju. Matanya memandang jalan yang mulai padat. Namun sayang ia merasakan seseorang duduk di sampingnya.
"hem jika begini aku tak bisa menikmati suasana duduk di pojok sendiri." Batinnya mengumpat kesal.
"harusnya aku memakai jaket yang lebih tebal."
Justin!
"jangan menengok ern. itu akan menambah detak jantungmu meningkat." Batinnya berucap demikian. Ern mencoba rileks dengan memandang kembali di luar jendela.
Sedetik kemudian justin bersender pada pundak ern begitu saja. "tolong bangunkan aku jika sudah sampai di sekolah."
Ern mematung tak percaya. jantungnya hampir copot. Sentuhan pada pundaknya membuat persaannya meleleh.
"tenangkan dirimu ern! jangan sampai justin mendengar detak jantungmu yang tak waras itu. ya tuhan." Ern membatin. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Membuat dirinya senyaman mungkin.
Roda bus masih terus berputar melewati pertokoan dan beberapa gedung tinggi. Butiran putih itu masih terus mengiringi perjalanan ern bersama justin. ern bersyukur atas keberadaan justin. ia merasa hatinya lebih tenang sekarang. sedikit mengurangi fikirannya tentang kemampuannya meramalkan hal buruk. Semoga saja justin bisa membuat kutukan pada dirinya hilang selama lamanya. Entah apa ern menyebutnya. Namun itu serasa kutukan. Ia benci jika harus merasakan kesakitan seseorang. Firasat buruk yang membuat sesuatu terjadi dengan celaka serta malang. Tapi disisi lain ia takut jika justin akan terkena firasat buruknya kemudian nyawa justin…
Ern tersentak saat bus mengerem mendadak.
"oh maafkan aku kawan. Hampir saja aku lupa berhenti di sekolahmu." Ucap pria gendut itu dengan suara besarnya.
Beberapa penumpang berbondong bonding turun. Sementara ern susah payah membangunkan justin.
"mau sampai kapan kau akan tidur seperti ini. pundakku pegal."
"oh sudah sampai ya." ucap justin dengan suara setengah sadar. Ia mulai berdiri dan berjalan keluar bus. bahkan ia tak sadar dengan keberadaan ern.
"bisa bisanya dia bersikap demikian. Hem dasar." Ern mengumpat lirih dan keluar dari bus.
Ern berjalan menggerak gerakan leher dan meminjat pundaknya. Sedikit kesal. tapi dalam hati ern bahagia.
"memangnya kepalaku seberat itu ya?" tanya justin tertawa kecil melihat tindakan ern.
"kau fikir perjalanan dari halte sampai sekolah tidak lama?" tanya ern dengan wajah kesalnya.
Justin malah menutup mulutnya untuk menahan tawa. setidaknya ia bisa melihat wajah menggemaskan ern saat seperti ini.
"jika kau mau kau boleh membalas tindakanku dengan sama seperti tindakanku." Justin berhenti berjalan dan membirkan ern berjalan sendiri. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya.
"kapanpun kau mau."
Mendengar kalimat itu ern menggeleng dan tersenyum. justin melihatnya dari belakang.
"aku yakin saat ini ia pasti tersenyum." ucapnya dengan sombong.
…
Jam sekolah tiba lebih awal mengingat pelajaran hari ini tidak terlalu banyak. Justin segera menuju bangku ern.
"kau tidak lupa kan aku akan kerumahmu?" tanya justin antusias.
"tentu saja aku tidak lupa."
"bagus."
Keduanya berjalan membaur dengan ramainya anak kelas lain yang juga sudah berakhir jam pelajaran hari ini.
mereka berjalan melewati lapangan. Keduanya ssma sama membisu. lelah karena pelajaran hari ini menyulitkan.
Beberapa saat mereka berpapasan dengan gadis gadis manja. ern menyadari tatapan mereka. benci dan kesal. mereka yang tertarik pada justin menyoroti mata ern dengan sinis.
"dunia ini sudah terbalik yah? nenek sihir berjalan dengan pria tampan."
Salah satu ketua dari geng manja itu berucap dan teman temannya menertawakan dengan penuh ejekan terhadap ern.
"tak usah memikirkan mereka." ucap justin dengan santai namun ia melirik gadis gadis itu dengan perasaan meluap.
keduanya berjalan cepat memasuki bus. bus melaju diiringi tawa gadis gadis itu dengan tak sopan. Mata ern langsung mendapati kursinya kemudian menubrukkan diri. Wajahnya tampak kesal. namun ia hanya diam dan menyembunyikan sedikit rambutnya di belakang telinga.
"aku bisa saja mengancam mereka untuk tidak mengganggumu." Ucap justin bernada sedikit emosi seraya duduk di samping ern.
"entahlah." Jawab ern melihat di luar jendela. "aku sudah terbiasa dengan mereka."
"lihat tanganku." Justin menunjukkan kepalan tangannya kepada ern yang hanya melihat sekilas lalu membiarkan justin mengoceh lagi.
"rasanya sangat gatal. Ingin memukuli satu satu dari mereka." justin terdiam sebentar. Ia ingat betul bagaimana pertamakali memasuki sekolah barunya.
"kau tau tidak? aku hampir mati berdiri ketika mereka pertama kali bertemu denganku. Mereka semua mengerumuniku dengan suara histeris." Justin berhenti pada kalimatnya. Ia melihat ern yang tak meresponnya.
"itu sangat menjijikan. dan kau tau? Bau parfum mereka. ohh sial itu membuatku muntah." Mata justin melirik ern.
"kau bilang tak usah memikirkan mereka." ucap ern tanpa melihat justin.
"benar juga ya! ah sudahlah." Justin menyenderkan punggungnya. Tangannya merogoh sesuatu pada celana jeansnya. Sedikit kesusahan namun ia berhasil menariknya. Membuka bungkusnya dan mengunyahnya. Suara mulutnya terdengar oleh telinga ern.
"apa kau mau permen karet?" tanya justin sambil memperlihatkan permen karet yang masih terbungkus di tangannya.
"terimakasih." Jawab ern lirih dengan menunduk.
"tapi aku tidak menyukai permen karet." Ucap ern dengan matanya yang memperhatikan mulut justin. rasanya justin menikmati sekali permen karet pada mulutnya. ern teringat saat pertama kali ia melihat justin mengunyah dengan seperti itu.
"alasannya?" tanya justin penasaran. ia mengerutkan keningnya di depan ern.
Melihat wajah justin sedekat ini. perasaan ern ingin memilikinya. Sungguh ia jatuh cinta pada pria yang duduk di sampingnya.
"karenaaa.." ern memikirkan jawabannya. Sebenarnya ia hanya malu menerima permen karet itu.
"aku malas mengunyahnya." Jawabnya asal dengan matanya yang melihat ke atas sekilas. Mendengar jawaban dari ern. justin menghentikan gerakan mulutnya.
"mengunyah permen karet saja kau malas?" tanya justin dengan nada menyindir.
"heh ya ampun kau ini aneh." lanjut justin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. kemudian ia melanjutkan mengunyah permen karet pada mulutnya.
Ern tak mempedulikan pernyataan justin yang menganggapnya aneh. namun dalam hati ern tertawa melihat erkspresi justin.
Beberapa menit berlalu mereka berdua tak lagi bercakap. Ern sibuk memandangi di luar jendela. Sementara justin sibuk mengunyah permen karetnya. Bus berhenti di halte. Justin turun terlebih dulu di ikuti ern di belakangnya. Hawa dingin mulai terasa lagi. ern membenarkan mantelnya. Mereka berjalan bebarengan menuju rumah ern.