Vallerie Haven tengah duduk didepan meja bartender dengan sebotol minuman beralkohol dihadapannya dengan pakaian seksi yang begitu menggoda. Kewarasannya hampir hilang karena minuman memabukkan itu. Duduk menyendiri dengan tak memperdulikan orang lain disekitarnya.
"Tambah satu botol lagi," pintanya pada seorang bartender yang menggelengkan kepala kuat.
"Kamu sudah mabuk."
"Aku baik-baik saja. Berikan minuman itu padaku," teriak Vallerie lagi. Dengan sangat terpaksa, pria itu memberi satu botol minuman lagi pada Vallerie.
Ini baru botol kedua sebenarnya, tapi karena Vallerie bukan tipe wanita yang kuat dengan minuman semacam itu, akhirnya kewarasan Vallerie lambat laun mulai hilang. Digantikan dengan segala bayangan gila yang ada dalam benaknya.
Bukan tanpa alasan Vallerie berada dalam bar itu. Ia patah hati.
Sebelumnya Vallerie adalah wanita rumahan. Menyandang status seorang istri dari Alfa Aldebaran. Menjadi wanita paling bahagia yang sangat mempercayai seratus persen apa yang diucapkan suaminya.
Namun naas, ketika dirinya sedang berkunjung kerumah orang tuanya, Alfa justru bermain api dibelakan Vallerie. Dan dengan mata kepala sendiri, Vallerie melihat Alfa bercumbu diatas ranjangnya.
Wanita mana yang tidak murka melihat suami yang paling dikasihi justru membuat hatinya hancur berkeping-keping dengan pengkhianatannya. Tapi Vallerie masih mencoba mengabaikan itu semua. Justru dirinyalah yang meminta maaf pada Alfa untuk meninggalkan wanita itu dan kembali padanya.
"Kamu terlalu biasa untukku yang luar biasa. Aku butuh wanita yang tak membuatku malu jika dibawa kemana-mana." Alfa berkata dengan tatapan sinisnya. Tak memperdulikan Vallerie yang tengah memohon padanya untuk kembali.
"Lihatlah dirimu. Tak ada secuilpun dibanding dia."
Itulah kata-kata yang paling menyakitkan yang pernah didengar Vallerie seumur hidupnya. Ditambah lagi orang yang mengatakan hal tersebut adalah suaminya sendiri.
Jika bisa, Vallerie ingin sekali lompat dari gedung apartemennya saat itu. Namun ia kembali berpikir, kalau dia mati tentu saja Alfa akan tertawa kencang dan dengan bebas melenggang dengan segala dosanya. Vallerie tak mau hal itu terjadi.
Dengan dendam yang sudah mengakar didalam dadanya, Vallerie berniat untuk balas dendam terhadap Alfa dan selingkuhannya.
"Kau tunggu saja pembalasanku, sialan." Vallerie berucap dengan suara keras. Namun tentu saja tak ada yang mendengarnya disana. Semua orang tak perduli dengan kondisinya saat ini.
"Oh Tuhan, jika kau kirimkan seorang laki-laki untukku sekarang-siapapun dia, aku akan menciumnya. Dan akanku habiskan malam yang dingin ini bersamanya."
Ucapan penuh tekad itu diucapkan oleh seorang Vallerie Haven sebelum kembali meneguk minumannya dengan barbar.
Sudah dua bulan ini dirinya mengurung diri dirumah. Menangisi nasib sialnya yang ditinggal pergi oleh suami yang begitu dicintainya. Ketika Vallerie berusaha untuk baik-baik saja, sebuah kabar didapatnya dari Alfa. Ternyata pria itu baru saja menikahi selingkuhannya sehari setelah sah menyandang status duda.
"Alfa brengsek," maki Vallerie. "Benar kata Papa, dia bukanlah laki-laki yang baik. Bodohnya aku percaya begitu saja dengan mulut manisnya."
Disisi lain Bar, ada sebuah ruangan eksklusif yang hanya dihuni oleh anggota VIP. Semuanya rata-rata adalah bos besar yang sedang mencari kesenangan dan menghilangkan penatnya pekerjaan.
Malam ini hanya ada dua orang didalam ruangan itu. Salah satunya adalah Dru Davidson. Pria dengan kriteria tampan, mapan dan jantan itu menjadi incaran wanita yang datang kesana.
"Kau kalah dalam permainan, jadi kau harus mendapatkan hukumanmu."
Dru langsung mendengus kesal mendengar tantangan itu. Ia merasa seperti anak kecil yang harus dihukum ketika kalah dalam permainan.
"Tiduri wanita itu," tunjuk Alexander pada dinding kaca yang dapat melihat langsung kearah luar. Mereka bisa melihat orang-orang gila yang tengah bergoyang dilantai dansa sana. Dan kali ini, Alex menunjuk seorang wanita yang duduk sendirian dimeja bar-dengan pakaian sexi tentunya.
Disekeliling wanita itu tampak banyak pria hidung belang yang mengincarnya. Namun seperti tak berani kendekati karena wanita itu terlihat berbicara sendiri sejak tadi-layaknya orang gila. Tunggu! Namanya juga orang mabuk dengan kewarasan yang sangat minim, mohon dimaklumi saja. Hei, ternyata diam-diam Dru memperhatikan wanita itu dari dalam sana.
"Rayu dia sepuluh menit. Lalu kau ajak dia tidur bersamamu. Jika kau tak mampu melakukan seperti apa yang aku minta, maka selama enam bulan kedepan, semua pesananku disini kau yang bayar."
"Bangsat," maki Dru tanpa bisa mengontrolnya namun tetap mengakui kekalahannya.
Terdengar tawa puas dari Alex ketika mendengar umpatan Dru yang sedang bergerak menjauhinya. Meski dirinya adalah incaran wanita, tapi harus menuruti permintaan konyol Alex adalah hal yang paling menyebalkan baginya.
Begitu keluar dari ruang eksklusif, Dru berjalan mendekati wanita yang ditunjuk Alex. Ada pula beberapa wanita mendekatinya, dengan terang-terangan mengajaknya minum bersama. Tapi Dru menolaknya dan terus mendekati wanita yang duduk sendirian itu.
Disana tampak pula seorang pria sedang menatap minat pada sang wanita. Dengan tatapan galak dan seolah-olah mengatakan jika 'wanita ini adalah milikku', Dru berhasil menyingkirkan lawannya hanya dengan tatapan matanya yang tajam.
"Hai," sapa Dru yang sudah berdiri disisi wanita seksi itu. Saking dekatnya ia berdiri, lengan keduanya saling bersentuhan.
Wanita itu langsung menoleh padanya dan terkejut. Tapi tak juga mengusir laki-laki asing yang datang kepadanya. "Hai."
Dan Dru bisa merasakan jika wanita itu gugup. "Sendirian?"
"Yeah, seperti yang kamu lihat."
"Tidak takut diculik?" Dru memanggil Bartender untuk menyediakan minuman untuknya.
"Diculik?"
"Iya, wanita secantik kamu sendirian. Nanti bisa diculik sama-"
"Laki-laki seperti kamu?" Vallerie menyandarkan kepalanya diatas lengan yang sudah terjulur diatas meja yang ada dihadapannya. Menatap Dru dengan polosnya, membuat lelaki itu semakin gemas.
Dru hanya meringis mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut wanita yang sudah sangat ingin didekapnya itu. Ia melirik kearah Vallerie dan hendak menjawab ucapannya, namun didahului oleh wanita itu lagi.
"Kenapa? Salah kalau aku disini?" tanyanya lagi dengan mata sayu.
Dru menggeleng sambil menyesap minumannya. "Tidak. Hanya saja wanita seperti kamu tidak pantas sendirian."
Oh shit, mulut lelaki disebelahnya ini sungguh manis sekali. Tapi efek patah hati masih mendominasi membuatnya menggelengkan kepala. Kedua tangannya ditumpu diatas meja dan Vallerie menopang pipinya dengan kedua tangannya.
"Benarkah?" tanya Vallerie terdengar seperti orang merajuk. "Buktinya Alfa meninggalkan aku sendirian dan lebih memilih perempuan itu."
"Tandanya dia tidak baik untuk kamu. Laki-laki brengsek akan menjadi jodoh wanita berengsek pula. Jadi kamu layak mendapat yang lebih baik."
Dru menyentuh pipi Vallerie dengan lembut. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk disampingnya, benar-benar sangat cantik. Membuat Dru semakin terpana karenanya.
'Thanks, Lex. Entah kau sengaja atau tidak, tapi dia yang tepat untukku malam ini. Setiap hari sekalipun kau minta aku membayarkan pesananmu, rasanya tidak masalah jika aku benar-benar bisa membawanya kedalam pelukanku malam ini dan selamanya.'
"Karena dia adalah suamiku."
"Oya?" tanya Dru yang tak bisa mneyembunyikan wajah terkejutnya.
Baru saja ia selesai mengucapkan kata terima kasih pada Alex, dan rasanya ia ingin sekali memaki pria itu. "Masih jadi suami?" tanyanya lagi.
"Sudah cerai. Bahkan dia sudah menikah lagi tepat satu hari perceraian kami."
"Bedebah."
Dengan penasaran, Vallerie melipat tangannya diatas meja dan ia menyandarkan wajahnya disana. Memandang Dru yang baru saja memaki mantan suaminya. "Kamu siapa?"
"Aku seseorang yang dikirim Tuhan untuk menemanimu dan menyembuhkan rasa sakit hatimu." Dru kembali menyentuh wajah Vallerie dan berhenti tepat dibibir ranum yang sejak tadi meggoda hasratnya.
Memang benar, buaya akan selalu mengeluarkan kata-kata manisnya. Namun... Dru adalah laki-laki pertama yang datang padanya malam ini dan Vallerie teringat akan janjinya.
Tanpa sadar, Vallerie mengangkat kepalanya lalu menarik wajah Dru mendekat. Memberikan ciumannya dan memupuskan jarak antara mereka.
Dan Dru menganggap itu adalah sebuah pertanda jika wanita yang menciumnya akan menemaninya malam ini.
Ciuman itu menjadi awal untuk Dru dan Vallerie malam ini dan malam-malam selanjutnya.
To Be Continue..