Dru menganggap ciuman yang diberikan Vallerie adalah tanda jika wanita itu mau menghabiskan waktu bersamanya malam ini. Sudah terlalu lama pula ia tak menyalurkan hasratnya sejak kepergian sang istri. Seharunya ini tidak akan dianggap sebagai pengkhianatankan?
Laki-laki yang sudah terlanjur terbakar hasrat sejak pertama melihat Vallerie itu langsung menarik tangan wanita itu meninggalkan meja Bartender. Tarikannya begitu agresif dan disertai rasa yang menggebu.
Tak dihiraukannya lagi orang-orang yang dengan penuh semangat memanggil namanya. Saat ini ia hanya menginginkan Vallerie berada dibawah kungkungannya dan berbagi kehangatan diatas ranjang.
Dru membukakan pintu mobilnya untuk Vallerie. Wanita itu menatap Dru beberapa saat sampai akhirnya bertanya, "Kita mau kemana?" Vallerie yang tengah menahan pusing akibat menahan hasrat yang sudah kepalang tanggung dan pengaruh minuman beralkohol yang sudah ia konsumsi sejak tadi mengikuti Dru dengan sempoyongan.
"Kesuatu tempat yang bisa membuat kamu lupa akan sakit hatimu."
Sambil mengemudi, Dru menahan untuk tak menggoda wanita yang duduk disampingnya. Namun ia tak lagi dapat mengontrol hasratnya ketika mobil yang ia kendarai melambat dan akhirnya berhenti dilampu merah. Dru langsung menyerbu bibir seksi dengan lipstik berwarna merah yang sangat menantangnya itu.
Dru juga menggoda Vellerie dengan memainkan jari telunjuknya disekitaran paha yang tak tertutup. Ya, wanita yang duduk disampingnya itu selain cantik, juga sangat seksi dengan pakaian mininya. Sialnya, ternyata wanita itu tak mengenakan celana dalam dan semakin membuat Dru menggila.
Menikmati permainan Dru, Vallerie memejamkan matanya ketika ada yang menelusup masuk tanpa permisi disekitaran pangkal pahanya. Bahkan hal semacam ini sudah lama tak ia rasakan dari suaminya. Ralat, dari mantan suaminya.
Lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau, dan Dru kembali menjalankan mobilnya. Namun satu tangan yang terbebas masih merajai pangkal paha milik Vallerie. Beruntung ini sudah lewat tengah malam dan jalanan sudah terbilang sepi.
Desahan-desahan kecil keluar dari mulut mungilnya. Membuat Dru semakin semangat untuk masuk kedalam bagian yang begitu menggodanya. Mencari titik-titik yang bisa membuat wanita itu terus gelisah dan akhirnya mencapai puncak meski dengan permainan tangannya saja.
'Shit..' umpat Vallerie dalam hati. Dengan tangan saja pria itu mampu membuatnya menggila.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai. Dru membawa Vallerie ke Apartemennya. Tak ada orang lain disana selain mereka berdua membuat keduanya bisa 'bermain' sepuasnya.
Ketika pintu Apartemen tertutup, dengan satu kali hentakan Dru menarik Vallerie sehingga wanita itu langsung menabrak tubuh kekarnya. Ia langsung melumat habis bibir yang sejak tadi ingin dilahapnya.
Dru terus menggiring wanita dalam pelukannya itu kesebuah ruangan dimana dirinya biasa memejamkan mata tanpa melepaskan pagutannya. Ia semakin menekan tubuh Vallerie disebalik pintu yang baru saja ditutupnya dengan sangat keras.
Tak hanya diam, Vallerie juga membalas dengan sama ganasnya. Ia mengalungkan tangannya dileher Dru sambil sesekali menarik rambut lurus pria itu saking gemasnya.
Ketika bibir Dru menelusuri rahang serta leher jenjangnya, Vallerie tak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan lenguhannya. Hal itu semakin menjadi bahan bakar Dru untuk setiap permainan pria itu. Tak ada satu bagian tubuh Vallerie yang tak terjamah oleh tangan kekar Dru dan juga bibir seksinya.
Dru mencoba untuk membuka dress super ketat milik Vallerie, namun tak jua bisa terbuka dan entah dimana pula pengaitnya. Dru yang tak sabaran langsung merobek dress itu dan langsung terbelah menjadi dua.
Vallerie cukup terkejut dan refleks menutupi buah dada dengan kedua tangannya. Namun tentu saja Dru tak membiarkan hal itu. Ia segera menyingkirkan tangan Vallerie dan menikmati pemandangan indah dihadapannya ini.
Dibagian dada yang begitu terbuka, dengan mudah Dru mengaksesnya. Bagian tubuh yang bulat nan padat itu membuat Dru yakin jika ia tak salah membawa wanita ini keatas ranjangnya. Selain tubuh yang pas didalam genggamannya, wanita ini juga berhasil membuatnya begitu bergairah malam ini.
Dru kembali mengarahkan bibirnya pada bibir Vallerie. Dibawah sana ia merasakan jejak basah milik Vallerie. Wanita itu sudah mencapai puncaknya tadi saat mereka dalam perjalanan, membuat Dru tersenyum puas disela pagutannya.
"Kenapa tersenyum?" tanya Vallerie dengan napas tersengal tapi terus bergerak gelisah karena jemari Dru masih menggodanya dibawah sana.
"Karena kamu begitu-" Dru menarik kepalanya dan mengamati Vallerie. Mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana wanita ini dimatanya. "Seksi."
Dalam sekali hentakan, Dru mengangkat tubuh Vallerie kedalam gendongannya. Membuat Vallerie mengapit tubuh Dru dengan kedua kakinya. Diremasnya bokong Vallerie sembari menjelajahi leher jenjang wanita itu lagi.
Dibawanya Vallerie ke atas ranjang dengan sangat lembut. Dru menjauh dari tubuh yang sudah pasrah disana. Sembari melepas dengan cepat dan membuang jas serta kemeja yang masih melekat ditubuhnya kesegala arah dengan terus menatap Vallerie.
Dengan kesadaran yang masih tersisa, Vallerie mengamati setiap gerakan lelaki itu ketika melepas pakaiannya. Otot liatnya terlihat begitu seksi dan Vallerie ingin segera direngkuh kedalam pelukannya.
"Lihat apa?" tanya Dru saat kembali keatas ranjangnya dengan suara serak. Tatapan keduanya bertemu. Disangga tubuhnya dengan kedua lengan agar tak benar-benar menindih Vallerie.
"Kamu."
"Sentuhlah jika kamu menginginkannya."
Tanpa disuruh untuk yang kedua kalinya, Vallerie langsung menelusuri dada kekar pria yang kini mendominasinya. Setiap otot yang terlihat dan bisa dirasakan secara langsung oleh Vallerie membuatnya begitu berhasrat. Membuat Dru semakin bergetar karena sentuhan itu.
Dru pun tak tinggal diam. Ia mencium bibir Vallerie yang terasa begitu manis untuknya. Mencecap setiap kenikmatan yang berasal dari bibir nan lembut itu. Mencium habis-habisan setiap permukaan yang bisa digapai oleh bibirnya. Tak ada yang absen dari sentuhan bibir Dru. Kening, kelopak mata, hidung, pipi, bahkan sampai dada Vallerie pun tak luput dari ciumannya.
Desahan Vallerie seperti bahan bakar untuk Dru semakin mengeksplorasi atas tubuh indah Vallerie. Tak pernah sebelumnya ia menemukan teman ONS nya seperti wanita yang saat ini menggeliat gelisah dibawahnya. Begitu indah untuk ia nikmati.
Saat bibirnya terdiam lama dibagian favoritnya, tangan Dru kembali berpetualang dibawah sana dan melanjutkan sesuatu yang sempat tertunda. Dengan lihai Dru kembali menyentuh titik-titik terlarang yang semakin membuat Vallerie mengapit tangannya dibawah sana dengan kedua pahanya.
Untuk kedua kalinya malam ini, Vallerie kambali mencapai puncaknya hanya dengan permainan tangan Dru yang sangat gila menurutnya. Pria itu sangat pintar mencari titik dimana Vallerie akan semakin basah dibawah sana.
Dengan seringaian diwajah tampannya karena berhasil membuat Vallerie terkulai lemas karena puncaknya, kini giliran Dru yang memposisikan diri diantara kedua paha Vallerie yang terbuka. Matanya menatap pusat tubuh Vallerie hingga wanita itu merasa hasratnya kembali menyala tapi juga malu karena lelaki itu menatapnya terlalu intens disana.
"Kamu milikku malam ini," ucap Dru sambil memasuki Vallerie dan geraman langsung keluar disela-sela giginya yang terkatup rapat.
Katanya wanita ini sudah memiliki suami, tapi kenapa masih sesempit ini dan membuatnya hampir mencapai puncak hanya dengan seperti ini saja? Tidak, Dru tidak ingin sampai dengan semudah itu. Ia akan membuktikan betapa jantan dirinya dan bahkan bisa bertahan sampai wanita itu melambai menyerah karena tak kuat menyeimbanginya.
"Damn, you're so tight," desah Dru saat berhasil masuk dalam satu hentakan keras.
Tangan Vallerie yang awalnya meremas bahu Dru, kini turun menelusuri dada bidang lelaki itu. Ia mengangkat kepalanya dan memberikan kissmark disana, membuat Dru kembali menggeram saat Vallerie menggigit dadanya dengan sensual.
"Kamu harus bayar janji yang sudah kamu ucapkan tadi," ucap Vallerie dengan mata tertutup, lalu dibukanya lagi dan mendapati wajah Dru yang semakin mendekat padanya. Dan ia bisa merasakan bagaimana hembusan nafas pria yang bahkan belum ia ketahui namanya.
"Janji yang mana?"
"Janji kalau kamu mau membantuku melupakan rasa sakit hatiku."
Tak perlu banyak berkata-kata, bibir Dru kembali menyapu bibir Vallerie dengan cumbuannya. Ia akan membuktikan perkataannya tadi. Dibawah sana ia pun bergerak memainkan iramanya. Keduanya saling menerima dan menyentuh satu sama lain. Pria itu mencari titik penting dimana Vallerie bisa semakin mendesah dengan suara seksinya. Menjadi bahan bakar tersendiri untuknya ketika mandengar seruan tersebut dari bibir Vallerie.
Mendengar suara napas yang semakin memburu dari bibir wanita yang masih berada dibawahnya membuat Dru memacu iramanya semakin cepat. Vallerie mencapai puncaknya terlebih dahulu saat Dru menekan pusat tubuhnya dalam-dalam dan iapun menyusulnya tak lama kemudian.
Setelah pelepasannya, Dru terkulai disamping Vallerie. Ia menatap lamat-lamat dua bola mata indah milik Vallerie yang juga tengah menatapnya. Tanpa berkata, Dru memberikan sebuah kecupan singkat dan keduanya saling melemparkan senyum sebelum akhirnya tertidur. Saling berpelukan setelah melewati malam panjang yang begitu indah untuk mereka.
To Be Continue