"Yaa Tuhan. Terima kasih karena Engkau telah mengabulkan doaku dengan begitu cepat. Aku tidak menyangka sama sekali. Aku tahu Engkau Maha Murah, tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau Kau akan mengabulkan doaku sesingkat ini."
Khalid terpana lantas melambaikan tangannya meminta wanita paruh baya itu mendekat. wanita itu mengangguk lalu memenuhi panggilan Khalid. ia menundukkan wajahnya, menyembunyikan air mata yang sejak tadi mengalir di pipinya.
"Apakah aku boleh tahu, doa apa yang kau ucapkan dan dikabulkan dengan begitu cepatnya? Selama ini aku merasa aku selalu gagal dalam doaku."
Ibu paruh baya menatap Khalid lalu mengangguk. ia ingat beberapa menit lalu suaminya marah karena makan siangnya dihabiskan oleh anaknya. Suaminya baru pulang kerja dan membawa tiga bungkus soto ayam yang akan ia makan bersama dua rekan kerja yang kebetulan ia bawa ke rumah. Suaminya meletakkan soto ayam di meja makan dan memintanya untuk menatanya di meja makan agar kedua teman yang ia bawa ke rumah bisa makan setelah melakukan salat duhur.
Ibu paruh baya itu menuruti perintah suaminya. Ia segera melangkah ke dapur untuk mengambil piring, namun saat ia pergi, dua orang anaknya yang membawa teman sekolah mengambil soto ayam milik bapaknya dan mengajak teman-temannya makan bersama di kamar. Saat suaminya tahu, suaminya marah dan memintanya untuk mengganti tanpa mau tahu bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki uang.
"Saya baru saja berdoa agar diberi tiga bungkus soto untuk menjamu teman suami saya, Tuan."
Wanita itu menceritakan semua peristiwa yang dialaminya dengan runtut tanpa terselip sedikitpun. Khalid menatap wanita di hadapannya dengan trenyuh. Ia menunduk, menyembunyikan kesedihannya mendengar nasib yang dialami wanita di hadapannya. Ia segera mengambil dompet di sakunya dan menarik beberapa lembar uang ratusan ribu dan puluhan ribu, uang kembalian soto dan menyerahkan kepada wanita itu.
"Ambil ini untuk memenuhi kebutuhan keluargamu. Semoga bisa membantu meringankan bebanmu"
Wanita paruh baya di hadapan Khalid segera menjatuhkan tubuhnya, bersujud di atas tanah sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada Khalid.
"Terima kasih, Tuan. Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan Tuan dengan memenangkan sayembara yang akan dilakukan oleh Sultan."
Khalid mengerutkan keningnya, mencoba menelaah perkataan wanita yang sekarang berdiri di atas kedua lututnya sambil mengangkat kedua tangannya.
"Katakan apa maksud perkataanmu! Sayembara? Sayembara apa?"
"Tuan belum mendengar kalau Sultan mengadakan sayembara yang bertujuan untuk menyeleksi jodoh putri Mawar Jingga?"
"Putri Mawar Jingga? Apakah putri itu selalu memakasi penutup wajah berwarna orang dan selalu menolong orang yang lemah?"
Wanita di hadapan Khalid terpana. Ia memang pernah mendengar bahwa putri raja selalu memakai penutup wajah berwarna orang demi menyembunyikan identitas dan wajahnya agar tidak dikenal oleh siapapun tapi ia sendiri belum pernah melihat bagaimana putri sultan selama ini.
"Seperti kabar yang disiarkan orang-orang memang seperti itu, Tuan. Tapi aku belum pernah melihat putri secara langsung."
Khalid terpana menatap wajah wanita paruh baya di hadapannya. Banyak sekali yang ia ingin tahu dari wanita itu, namun ia harus memupus keinginannya karena suami wanita itu menyusulnya dan memandang Khalid dan istrinya secara bergantian dengan ekspresi yang sangat tidak bersahabat.
"Jadi seperti ini kelakuanmu di belakangku?"
Wanita paruh baya di hadapan Khalid segera membalikkan badannya dan mendekati suaminya. Belum sampai ia kepada laki-laki yang sedang berkacak pinggang, sebuah tamparan mendarat di wajahnya. suaminya yang kesal sama sekali tidak mentolerir kelakuan istrinya yang sedang berdua-duaan dengan Khalid. wajahnya menampakkan emosi yang luar biasa.
"Aku hanya sedang menjelaskan kalau Sultan sedang menyelenggarakan sayembara, suamiku. Siapa tahu, dia yang baik hati akan memenangkan sayembara dan berhasil menjadi suami sultan."
"Aku tidak ada urusan apapun dengan laki-laki ini. sekarang kembalikan semua yang kau terima darinya! Aku sama sekali tidak sudi menerima apapun dari laki-laki seperti dia."
Wanita itu memandang Khalid yang hanya diam menyaksikan pertengkaran sepasang suami istri itu. ia mengulurkan plastik dan uang kepada Khalid tanpa bicara apapun. Khalid yang melihat nasib wanita paruh baya yang sedang dianiaya suaminya merasa iba. Ia segera berdiri dan menghampiri laki-laki yang baru saja menampar istrinya, lalu memegang kerah baju laki-laki di hadapannya dengan ekspresi yang sangat dingin.
"Aku, Khalid Kusuma Wardhana sama sekali tidak suka melihat laki-laki yang menganiaya istrinya. Kau seharusnya malu melihat bagaimana wanitamu berjuang demi mendapatkan apa yang kau inginkan tanpa memikirkan perasaannya sendiri. Kalau kau masih bersikap kasar seperti itu, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkanmu. Mematahkan tangan dan kakimu serta akan membawa istrimu agar dia tinggal di rumah orang tuaku."
Laki-laki di hadapan Khalid menganga. Ia sama sekali tidak tahu kalau laki-laki yang sejak tadi berdua dengan istrinya adalah bos di kantornya. Selama ini ia selalu mendengar nama Khalid Kusuma Wardhana, CEO di perusahaan tempatnya bekerja, namun ia belum pernah melihat bagaimana rupa atasannya.
Laki-laki dalam cengkeraman Khalid bergetar. ia menangkupkan kedua tangannya dan memohon ampun atas apa yang ia lakukan pada istrinya.
"Ampun, Tuan. Saya tidak akan mengulangi lagi perbuatanku pada istriku"
"Bukan hanya pada istrimu tapi juga pada anak-anakmu. Apakah selama ini kau selalu memperlakukan mereka dengan kasar seperti tadi?"
Laki-laki di hadapan Khalid diam. Ia takut apabila mengakui semua perbuatannya, Khalid akan membalas perlakuannya dan memecatnya dari perusahaan. Selama ini ia memang menganggap wanita yang sudah dinikahinya sebagai pembantu di rumahnya. Ia perlakukan keluarganya dengan buruk namun ia selalu bersikap baik pada siapapun.
Khalid menghempaskan laki-laki yang dicengkeramnya hingga dia jatuh tersungkur di hadapan Khalid. istrinya menjerit histeris melihat nasib suaminya yang malang oleh dorongan Khalid yang sangat keras. Laki-laki di hadapan Khalid yang sudah mendengar bagaimana tuannya selalu berbuat kasar kepada siapapun hanya bisa menyatukan kedua tangannya meminta maaf atas kesalahan yang sudah ia perbuat.
"Ma-maafkan saya, Tuan. Aku janji tidak akan mengulang semua kesalahan ini lagi"
"Bukan padaku seharusnya kau meminta maaf. Mintalah maaf pada istrimu dan berjanjilah padanya kalau kau tidak akan mengulangi perbuatan burukmu"
Laki-laki itu diam, memandang istrinya lalu memandang Khalid sesaat. Perlahan ia dekati istrinya dan mengulurkan kedua tangannya.
"Maafkan aku, Mel. Suamimu ini memang selalu kasar padamu. Aku janji tidak akan mengulangi perbuatanku yang buruk padamu. Aku janji akan menjadi suami yang baik untukmu."
"Huh, bukan hanya menjadi suami yang baik. Aku ingin kau juga menjadi ayah yang baik bagi anak-anakmu. Tidak kasar pada mereka dan sayangi mereka karena mereka yang akan menangisimu saat kau mati. Bukan teman-teman yang selama ini selalu kau banggakan"
Wanita paruh baya di hadapan Khalid mengungkapkan semua kekesalannya pada suaminya. Ia berterima kasih pada Khalid karena sudah menjadi pahlawan yang menolong dirinya dari kesewenang-wenangan suaminya.