Chereads / Hidup Beralaskan Duri / Chapter 3 - Teman Tapi Benci

Chapter 3 - Teman Tapi Benci

Cinta dan teman. Banyak cinta mengacaukan pertemanan. Tapi terlalu naif rasanya jika menyalahkan cinta. Karena cinta hanya sebuah kata yang mengandung banyak rasa. Bukankah cinta itu indah? Tapi mengapa menyakitkan? Cinta ini tidak salah, hanya waktu saja yang tidak tepat.

~~~

Begitu pun Anton, dia tidak salah memiliki perasaan cinta terhadap perempuan yang saat ini menjadi kekasih temannya. Perasaannya terlalu tulus. Banyak sekali yang dipertimbangkan olehnya. Tapi apa daya, kini ia harus menanggung luka karena tidak menyatakan perasaannya terlebih dulu sehingga Pricilla berpaling darinya.

Sebenarnya, perempuan itu sangat mudah ditebak. Hanya saja, banyak laki-laki di luar sana yang masih tidak peka terhadap gerak tubuh pasangannya. Wanita itu tidak ingin menyatakan, tapi ingin mendengar.

Sebagian wanita terkadang gengsi untuk menyatakan perasaannya terlebih dulu. Tidak ada yang tahu, mungkin sebenarnya waktu itu Pricilla pun mempunyai perasaan pada Anton. Sayang, Anton tidak memulainya duluan.

~~~

"Kring .... Kring .... Kring," suara telepon rumah Anton berdering dan membuat ia terkejut.

"Halo," tanya Anton.

"Halo Ton, waduh kamu kemana saja sih dihubungi lewat HP enggak bisa terus?" omel Riadi

"Oh tadi HP gue mati Bro lupa isi baterai," alasan Anton

Aasan lupa mengisi baterai tidak akan terjadi pada Anton. Selama ini, Anton selalu membawa HP kemana pun ia pergi. Maka dari itu, Riadi rasanya tidak percaya dengan alasan Anton.

Riadi menelepon Anton untuk mengajaknya pergi ke bioskop bersama Pricilla. Namun Anton menolak dengan alasan ia harus mengantar ibunya ke supermarket.

*Tiga jam sebelum Riadi menelepon*

Mungkin amarah ini sudah terlalu dalam di hati Anton. Memendam kekecewaan, terhadap teman yang sangat dekat dari dulu adalah satu hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Anton. Mungkin dulu kebencian itu tidak beralasan, hanya perasaan iri saja. Tapi kali ini, Riadi sangat membuat hati dan perasaan Anton terluka.

Anton benar-benar mencintai Pricilla. Dia tidak ada keberanian mengungkapkan itu semua. Sekarang Anton tidak tahu harus apa kan perasaan itu.

Di dalam file memori HP Anton, banyak sekali kenangan bersama Pricilla. Foto-foto, chat, voice note dan semacamnya. Pertemanan itu sangat berarti bagi Anton. Dia berharap suatu saat punya keberanian menyatakan perasaannya pada Pricilla.

"ARGH~~," teriak Anton sambil membanting Handphone miliknya. Sontak teriakan itu membuat Ibu Rani orang tua Anton mendatangi kamarnya.

"Ada apa ini Anton?" tanya ibu Rani penasaran.

Anton tergeletak lemas di atas sofa yang berada di kamarnya. Dengan tatapan kosong, ia tidak mendengar suara ibunya yang membuka pintu kamar.

'Apa yang salah dengan perasaan ini Tuhan? Kenapa Engkau membiarkan wanita yang aku cintai, mencintai orang lain?'

Rintihan suara hati Anton begitu menyayat perasaan yang ada di dalam lubuk hati yang paling dalam.

Riadi tidak pernah tahu betapa menderitanya Anton saat mendengar bahwa ia akan mendekati Pricilla. Hingga akhirnya, mereka berpacaran. Pindah dari kampus adalah keputusan yang sangat berat bagi Anton. Di satu sisi, dia tidak ingin pindah. Tapi keadaan memaksanya untuk pergi jauh dari kehidupan Riadi dan Pricilla. Dan, kebetulan orang tua Anton akan pindah ke luar Yogyakarta.

~~~

"Ton, kenapa sih harus pindah segala?" tanya Riadi

yang mengunjungi kediaman Anton setelah mendapat kabar bahwa Anton akan pindah.

"Gue harus ikut orang tua gue Bro! Kenapa? lo enggak bisa ya tanpa gue hah?" tawa kecil Anton yang berusaha meredakan Riadi.

Anton sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Sementara Riadi terus mengikuti Anton yang bolak-balik lemari mengambil baju.

"Anton ....," teriak Riadi. Anton menatap Riadi penuh amarah. Anton duduk dan mencoba membuat Riadi mengerti dengan keputusannya itu.

Saat akan mencoba menjelaskan, suara ketukan pintu depan terdengar.

"Anton .... Anton ....," Anton tahu itu suara Pricilla.

'Kok suara Pricilla?' suara hati Riadi.

Anton pergi membukakan pintu. Riadi menunggu di kamar dengan wajah penasaran. Ia mengintip lewat gorden jendela kamar Anton. Benar, itu Pricilla.

'Kok bisa Pricilla tahu rumah Anton?' banyak sekali pertanyaan-pertanyaan Riadi yang mulai bermunculan di dalam hatinya.

Selama ini, Anton tidak pernah memberitahukan tentang pertemanannya dengan Pricilla. Dia tahu jika Anton memperkenalkan Pricilla pada Riadi, ia takut akan kehilangan Pricilla. Dia tidak pernah menyangka bahwa Riadi akan bertemu Pricilla secepat ini.

"Anton, kamu jangan pergi! Aku mohon Ton!" rengek Pricilla

"Pricilla, Aku harus pergi." jawab Anton.

Riadi melihat Pricilla dan Anton berbicara di depan pintu rumah. Mereka tampak akrab. Riadi enggan menemui mereka. Kemudian Anton mengajak Pricilla masuk. Riadi langsung duduk kembali di atas kasur.

"Riadi?" tanya Pricilla saat ia masuk kamar Anton.

Anton menggaruk kepala dan siap dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Anton mengajak Pricilla duduk. Anton berharap, Riadi dan Pricilla mau mendengarkan penjelasannya.

"Ada apa ini sebenarnya Ton?" tanya Riadi tanpa basa-basi.

"Dengerin gue dulu Bro, ini hanya kesalahpahaman saja" jawab Anton.

"Kamu tidak pernah bilang kalau kamu kenal dengan Riadi, Ton!" ujar Pricilla dengan nada sedikit tinggi.

"Sebenarnya gue mau kenalin kalian, tapi kalian keburu saling kenal. Jadi, gue rasa lebih baik gue tidak ikut campur lagi. Toh, kalian juga sudah berpacaran kan?" alasan Anton membuat bingung Pricilla dan Riadi.

"Gini, deh. Dari pada kita ributin hal sepele kayak gini, mending kalian nikmatin waktu satu minggu ini sebelum gue pindah. Gue mau punya kenangan sama kalian berdua" Anton merangkul Pricilla dan Riadi, guna mencairkan suasana.

'Aku yakin, ada yang Anton sembunyikan dariku. Tapi apa?' pertanyaan dalam hati Riadi memang sulit untuk dijawab dengan kata-kata.

Anton mencoba mencairkan suasana dengan memulai percakapan tentang hubungan Riadi dan Pricilla.

"Oh ya ngomong-ngomong, selamat ya atas hubungan kalian. Gue ikut seneng dengernya." ujar Anton.

"Iya makasih Bro" Riadi menepuk pundak Anton.

Riadi dan Pricilla, membantu Anton membereskan barang-barang yang akan dibawa.

Mereka saling menatap satu sama lain. Seolah merasa aneh dengan sikap Anton. Kemudian Pricilla bertanya soal kedekatan Anton dan Riadi. Wanita cantik itu terkejut ketika mendengar bahwa Riadi dan Anton berteman sejak SMA.

Mereka bercanda dan tertawa pada hari itu. Wajah mereka sangat gembira, tapi isi hati mereka kacau. Setelah selesai beres-beres, Riadi dan Pricilla pamit untuk pulang.

Anton kembali sendiri dalam kamarnya. Kamar yang banyak sekali kenangan bersama Riadi. Anton sebenarnya menyayangi Riadi, tapi kebenciannya lebih besar dari rasa sayangnya. Ini adalah keputusan terberat Anton untuk meninggalkan sahabat dan wanita yang ia cintai.

'Dia temanku, tapi Aku benci dia' ujar Anton dalam hati.

Satu batang rokok menemani Anton yang sedang duduk di ruang tamu dengan membiarkan televisi menyala. Wajahnya yang menatap tajam ke arah televisi, dan suara riuh nyaring dari acara televisi yang sedang berlangsung. Itu semua tidak menghiraukan pikiran Anton. Dia terus memikirkan Pricilla dan Riadi.

Anton kehilangan sosok Pricilla. Wanita yang sudah menjadi teman itu, kini berpaling darinya. Di dalam lubuk hatinya, ia sangat ingin mengatakan semua kelakuan buruk Riadi. Tapi Anton, tidak punya keberanian karena Pricilla sudah mencintai Riadi.