Sepulang sekolah, siswa dan siswi berbondong-bondong untuk pergi dari sekolah. Namun, bagi mereka yang mengikuti ekskul pada hari itu, mereka harus berkumpul dan menjalankan aktivitas ekskul.
Namun, tidak sedikit dari mereka yang bolos ekskul karena mereka mau iseng atau bagaimana. Entah apa yang merasuki mereka. Biasanya mereka pulang menggunakan sepeda terbang mereka.
Para guru pulang dengan mobil terbang mereka. Terkadang, mereka pulang dengan angkot beroda. Bahkan, sebagian guru memilih untuk pulang menggunakan RT (Rail Train) di Bandung.
Reita memilih pulang sendirian karena kelima temannya sedang keluyuran di tempat Cihampelas. Reita sedikit serius dengan pelajaran sekolahnya meskipun ia tidak diperlakukan dengan baik oleh berbagai pihak.
Pada akhirnya, Reita dihukum oleh Pak Anton untuk mengerjakan soal Fisika dari kelas 10 dan kelas 11. Ini membuat beban Reita meningkat dengan pesat. Belum lagi ia kena hukum ibunya sendiri.
Ini membuatnya harus menghindari kejadian tiada akhlaknya. Reita harus pulang secepatnya agar cewek cabe-cabean tidak menghampirinya. Kalau sampai Reita digodain oleh cewek cabe-cabean, maka ia akan dinikahi oleh cewek yang merayunya.
Menghindari saja tidak bisa. Maka dari itu, ia harus meladeni mereka.
^****^
Setelah sampai di rumahnya, ia segera memarkirkan sepedanya agar sepedanya tidak jalan sendiri. Banyak kasus sepeda terbang menerbangkannya secara otomatis. Ini membuat macet satu kota.
Reita pun memasuki rumah dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Ia masuk dan dan menutup pintu rumahnya. Ia tidak lupa memberi salam pada ibunya. Ibunya menghampirinya sambil mengenakan celemeknya saat memasak.
"Reita! Sudah pulang yah!" Panggil Bu Miyoko sambil memeluk Reita.
Reita tidak mengeluh karena ia selalu dipeluk oleh ibunya sendiri. Sejak kecil, Reita selalu dipeluk ibunya
"Ibu! Aku sudah dewasa! Masa mau dipeluk terus?" Keluh Reita menahan diri untuk melepaskan pelukannya.
"Walaupun kamu sudah besar, kamu adalah anak ibu," jawab Bu Miyoko melepaskan pelukannya.
Reita menyerah. Ia tidak akan melawan ibunya lagi. Ibunya sangat memperhatikan Reita karena Reita adalah salah satu anak bagi Ibu Miyoko. Dengan tekad rumah tangganya, membuat Reita bisa masuk SMAN 2 Bandung.
"BTW. Gimana sekolahnya?" Tanya Bu Miyoko.
Reita menjawab, "Yah ... gak buruk juga. Cuman, capek aja."
Bu Miyoko memberikan perhatian pada Reita. Meskipun begitu, Bu Miyoko tidak melupakan sesuatu yang penting. Suara yang menggema di dalam dapur itu adalah suara api di dalam kompor.
Bu Miyoko kembali ke dapur dan memanggang sesuatu yang lezat. Ia memasak nasi padang beserta lauk pauknya. Reita menuju ke ruang makan untuk menyantap masakan Bu Miyoko.
Reita melahap makanan dengan pelan tanpa kecemasan sekalipun. Karena itu, Reita menikmati makanan itu. Reita sangat menyukai masakan Indonesia meskipun ia memiliki darah Orang Jepang.
Setelah makan, Reita mencuci piringnya. Tidak hanya 1 piring, beberapa panci dan lainnya ia cuci. Ini dilakukan agar mengurangi beban Bu Miyoko yang cukup besar itu.
"Ibu. Aku mandi dulu." pamit Reita segera mengambil handuk di luar ruangan.
"Iya. Setelah mandi, temani aku dulu yah!" Pesan Bu Miyoko pada Reita.
Reita memahami itu. Ia mandi di kamar mandi karena aktivitas sekolah yang melelahkan itu. Reita mandi 2 kali sehari agar tubuhnya menjadi bersih setiap saat. Tidak seperti orang lain yang mandi hanya sekali sehari. Itu pun hanya untuk pergi ke sekolah.
Karena kelas SMAN 2 Bandung sampai jam 15, Reita merasakan lelah karena aktivitas sekolah yang melelahkan itu. Jadi, ia mandi untuk menyegarkan tubuhnya lagi.
^****^
Setelah mandi, ia ganti baju di kamarnya. Ia segera mengenakan pakaiannya yang sudah disetrika oleh Bu Miyoko, ibunya sendiri. Reita ingin sekali belajar. Karena dihukum Bu Miyoko, dia tidak boleh belajar.
"Reita! Kemarilah!" Panggil Bu Miyoko pada Reita yang sedang berada di kamarnya. Ia segera membuka pintu dan meninggalkan kamarnya. Ia tidak lupa membawa bukunya untuk belajar nanti.
Kalau sampai Bu Miyoko mengantuk, ia bisa lanjut belajar lagi. Namun, ia harus diam karena ia akan dimarahi Bu Miyoko lagi. Omelan emak-emak lebih mengerikan daripada bencana alam yang membunuh korban bencana.
Sudah pernah kejadian. Reita pernah begadang untuk membaca Light Novel yang diterbitkan di Indonesia. Karena ketahuan, bukunya disita dan diberikan kepada tetangga yang membutuhkan.
Jadi, Reita kehilangan bukunya untuk selama-lamanya.
Itu merupakan pengalaman Reita yang cukup menyedihkan. Jadi, ia harus membelinya lagi untuk mengoleksikan Light Novel. Harga Light Novel di Indonesia memang murah. Tapi, harus mengurangi tabungan Reita yang sedikit itu.
Karena itu, Reita harus menyembunyikan Light Novel-nya di dalam bajunya. Kalau ibunya sudah tertidur, dia akan menjaga ibunya dan membaca bukunya. Tidak boleh ada suara apapun. Hanya sebuah keheningan di ruang tengah.
Pada saat Reita pergi ke ruang guru, ia melihat ibunya yang berpakaian seperti ibu pembantu. Tidak hanya itu, dari segi pakaian yang sederhana dan tubuhnya yang menonjol. Reita tidak nyaman dengan ibunya.
Ia terdiam sambil menahan bukunya agar tidak terjatuh. Namun, apa daya. Ibunya seperti ibu-ibu yang sangat luar binasa dan menawan. Banyak lelaki yang menginginkan hal yang seperti itu.
Ibunya berubah menjadi seorang pembantu di film sinetron. Dia juga tidak mengenakan pakaian dalam, sehingga banyak cowok yang jomblo dari seluruh Indonesia ingin mendapatkan ibu seperti Bu Miyoko.
Reita terkejut luar biasa. Dia,melihat ibunya yang sudah ketularan Virus Sinetron, sehingga ia selalu menonton sinetron setiap malam. Apalagi malam minggu sekalipun. Itu sudah jadi rutinitas Bu Miyoko.
Dengan kejutan dari ibunya, buku yang di dalam baju Reita terjatuh melalui celana pendek Reita dan membuat suara kecil seisi kota Bandung.
Ibunya melihat buku Reita yang bersembunyi terjatuh ke lantai. Ia melihat buku pelajaran Reita yang tergeletak di lantai. Bu Miyoko mengambilnya dan membaca dengan sekejap.
Reita hanya mematung karena sifat ibunya yang cukup nyeleneh. Karena itu, ia tidak bisa memperbaiki sifat ibu yang sudah tertular virus Sinetron Indosiar. Sudah banyak ibu-ibu yang sudah kerasukan Sinetron Indosiar. Udah Sinetron Azab, Sinetron Kisah Nyata lagi.
"Tuh kan! Sudah dibilangin malah ngeyel. Makanya, jangan belajar! Temani ibu nonton sinetron!" Tegur ibunya memegang buku pelajaran Reita.
Reita hanya terdiam sambil meratapi nasib yang sial itu. Karena tingkah ibunya, ia sudah tidak punya ide lagi untuk menghindar. Ia sudah tamat riwayatnya.
"Habislah aku! Aku akan ketularan virus Sinetron nih. Lagian kualitasnya sampai 144p juga," gumam Reita pada dirinya sendiri.
Reita hanya mematuhi perintahnya Bu Miyoko. Ia mendekat ke Bu Miyoko di sofa. Ia pun dipeluk ibunya dari belakang, sehingga bau emak yang wangi menyebar ke pelukan yang hangat itu.
"Buset! Gue gak bisa melepaskan pelukan ini! Emak ini terlalu kuat. Gak bisa lepas pelukannya," lanjut Reita gak bisa melepaskan pelukannya.
"Yuk! Sekarang nonton Sinetron, yuk! Kita nonton sinetron sampai pagi," usul ibunya tidak mau melepaskan pelukan Reita.
"Janganlah, Bu! Masa mau nonton sinetron sampai pagi? Lagipula, aku harus sekolah juga," cekal Reita menolak keputusan ibunya.
"Karena kamu menjadi warga +62 yang dibilangin malah ngeyel, kamu harus temani Ibu begadang nonton sinetron. Kalau kamu ketiduran di kelas, bilang aja habis nonton sinetron. Nanti, kamu bisa dapat pelajaran khusus di sekolah," jelas Bu Miyoko sembari mencium aroma Reita.
"Aku menyerah. Aku akan ikut begadang sama ibu," pasrah Reita melihat kelakuan ibunya.
Reita tidak bisa melanggar peraturan ibunya. Karena takut dikutuk menjadi uang Tupperware di adegan Sinetron, Reita tidak bisa
Jadi, Reita harus nonton Sinetron bersama ibunya. Ia juga tidak bisa belajar karena waktunya tersita untuk menonton Sinetron. Reita hanya menonton adegan sinetron karena tubuh ibunya sangat luar binasa.
Kebanyakan sinetron itu adalah adegan pacaran di SMA, percintaan yang tidak setia, perkelahian untuk merebutkan satu cewek, azab untuk orang yang jahat, dan orang baik yang tersakiti oleh orang jahat.
Reita tidak terbiasa untuk menonton adegan sinetron yang sudah menghipnotis anak bangsa. Tidak hanya emak-emak, bahkan anak kecil saja sudah berani nonton sinetron. Jadi, pada saat masuk SMA, sudah mahir dalam mencari pacar.
Tidak heran banyak anak Indonesia lebih memilih tontonan Sinetron daripada tontonan kartun. Tidak banyak yang menonton kartun yang populer. Contohnya, Spongeboy Retanglepants.
Jam 1 pagi, Reita sudah tertidur di pangkuan ibunya. Bu Miyoko sedang asyik begadang nonton sinetron karena terlena dengan alur yang tidak masuk akal.
Sudah 3 sinetron dalam semalam Bu Miyoko tonton habis. Reita sudah tertidur duluan karena tidak tahan dengan adegan sinetron yang sangat nyeleneh. SMA adalah jaman pacaran.
Karena Reita sudah tertidur duluan, Bu Miyoko menunda sinetron pada saat ditayangkan iklan, ibunya membawanya ke kamar dan menidurkannya. Setelah itu, ia menonton sinetron lagi sampai pagi harinya.
^****^
Pada pagi yang cerah, matahari yang terbit dari Timur, cahaya matahari memasuki kamar Reita. Karena sinar matahari yang menyengat itu, Reita terbangun karena lupa menutup gorden kemarin sore.
Reita segera bangun dari tidurnya karena merasakan cahaya matahari yang menyilaukan matanya. Ia mengucek mata sambil berdiri dari tempat tidurnya. Ia segera mengecek virtual phone yang terletak di nakas dekta tempat tidurnya.
[Selasa, 5 Agustus]
[Bandung, Jawa Barat]
[Jam 06:30]
"Tidak! Udah jam 6 lewat 30! Cepat-cepat-cepat!" Reita segera sadar secara paksa dan segera mengambil handuknya untuk mandi.
Ia terburu-buru karena ia harus pergi ke sekolah sebelum terlambat di sekolah. Reita tidak mau terlambat lagi karena Reita sudah jera untuk terlambat ke sekolah. Hukuman dari kepala sekolah pun tiada akhlaknya.
Udah kesiangan gara-gara sinetron, tidak belajar tadi malam lagi.
Ia segera pergi ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya dengan cepat. Setelah itu, ia pergi ke kamar dan berpakaian selama 5 menit lamanya. Tak lama kemudian, ia segera meninggalkan rumahnya tanpa sarapan. Ibunya tertidur pulas karena sudah begadang nonton sinetron.
Ia tidak akan sadar dengan anaknya yang tidak ada dirumah karena sudah telat ke sekolah. Karena hukuman itu, Reita jadi bangun kesiangan karena disuruh nonton sinetron larut malam.
Reita mempercepat laju sepedanya agar sampai di Cihampelas. Ia tidak tahu apakah dia sampai tepat waktu atau terlambat karena laju sepeda terbangnya tidak secepat mobil terbang.
Pada bel yang berbunyi pada jam 7 pagi, semua siswa dan siswi yang terlambat, dilarang memasuki lingkungan sekolah. Mereka gak ngapa-ngapain selama 20 menit untuk konten EluTube. Setelah 20 menit, mereka dihukum untuk lari satu sekolah sampai jam 8.
Reita sudah sampai di sekolah. Ia masih menyisakan Ketigax di dalam sepedanya. Itu sudah cukup untuk pulang pergi selama 2 hari kedepan.
Nafasnya sudah terengah-engah karena ia harus lebih cepat untuk menaiki bukit yang menanjak. Belum lagi ia harus putar ke sana kemari untuk ke SMAN 2 Bandung.
Namun, gerbang sekolah sudah ditutup. Jadi, Reita dipastikan dihukum lagi. Reita sudah tidak bisa masuk ke kelas lagi. Sudah beberapa kali Reita terlambat ke sekolah. Alasannya pasti banyak. Udah sok belajar sampai larut malam, sepedanya rusak, lupa isi Ketigax dan lain sebagainya.
Karena hukuman ibunya, ia harus terkena hukuman yang terus berlanjut. Hukuman Reita masih berlanjut. Ia sering dihukum dengan cara yang tiada akhlaknya, seperti disuruh pacaran, keluyuran di kota selama 3 jam, nonton Sinetron Kumenangis, disuruh bersihkan genteng, dan lain sebagainya.
Tak lama kemudian, ada seorang guru disiplin yang menghampiri orang terlambat seperti Reita. Orang itu berperawakan gemuk, berkacamata, berambut rapi, berjanggut pendek, dan tenaga yang besar.
Guru Disiplin, Pak Bagus Lestari (orang Medan), sekaligus Guru Piket yang berjaga di depan gerbang. Dia mengajar Geografi di kelas 12. Ia memiliki suara yang cukup lantang. Namun, kebaikannya tetap ada.
"Telat terus! Kenapa pulak banyak yang telat?" Tanya Pak Bagus
Ia pun menghampiri orang yang telat di sekolah. Reita terkena amarah dari Pak Bagus. Sudah beberapa kali ia kena marah Pak Bagus karena telat ke sekolah.
"Kamu!" Pak Bagus menunjuk salah satu siswa.
"Saya telat karena macet, Pak."
"Kenapa pulak macet? Gak ada macet di Bandung ku tengok," cekal Pak Bagus.
"Macetnya karena ada yang main Titokku," jawab siswa itu.
Pak Bagus menjawab, "Alasan terus!"
"Kamu Chelsea! Kenapa kamu telat?! Asik kali kamu telat ku tengok!" Tunjuk Pak Bagus pada cewek cantik.
Ia menjawab, "Aku lagi ke rumah sakit tadi." dengan gestur yang alay seperti Selly.
"Kenapa? Kenapa pulak kamu mau dirumah sakit?" Tanya Pak Bagus
"Aku mo ditabrak, Pak! Pas mau nyebrang, aku keknya mo ditabrak. Setelah ditabrak mobil, aku dibawa ke rumah sakit dan diberi selotip di lutut. Abis itu, aku ke sekolah. Gitu deh ceritanya," cerita Chelsea tanpa pikir panjang.
"Sinetron terus!" Teriak Pak Bagus di telinga Chelsea.
Pak Bagus mendengar alasan yang tidak masuk akal lagi. Ia selalu mendapatkan alasan yang tidak masuk akal. Dan dia melihat Reita yang terlambat tadi. Ia menghampiri Reita dengan perawakan yang agak seram.
"Reita! Reita! Kenapa pulak kamu telat lagi? Dah sering lihat kamu telat ku tengok," ceramah Pak Bagus di depan Reita.
"Aku telat karena ... nonton Sinetron, Pak," jawab Reita terbata-bata.
"Alasan terus! Gak usah alasan lagi! Capek aku tengok alasan kamu itu." Pak Bagus sudah stres mendengar alasan terlambat sekolah.
"Sekarang, kalian dihukum untuk berdiri di lapangan sampai jam 12! Yang kabur, harus dipanggil pacarnya untuk menjelaskan tingkah laku kalian ini," jelas Pak Bagus kepada siswa siswi dengan suara lantang
Mereka segera memasuki ke lapangan sekolah setelah mendengar penjelasan dari Pak Bagus. Mereka segera mematuhi hukuman dari Pak Bagus karena mereka tidak mau mendengar bacotan dari Pak Bagus yang suaranya keras itu.
Reita hanya menghela nafasnya sambil berdiri di lapangan. Dia hanya menerima hukuman yang mengalir sampai jauh. Ia hanya menunggu beberapa saat sebelum waktu menunjukkan jam 12 siang.