Reita melihat 5 temannya yang bertemu dengan ibunya di halte bis. Mereka berkumpul di dalam sebuah halte bis pada saat mereka ingin pulang sekolah. Mereka ingin menyampaikan sesuatu pada ibu Reita, Bu Miyoko.
Reita menghampiri mereka. Reita melajukan sepeda terbangnya kepada halte bis itu. Ia tidak melanggar peraturan selam mengendarai sepeda. Kalau memberi isyarat sent kiri malah ke kanan, akan terkena hukuman dari polisi untuk bermain Titokku dan denda sebesar Rp, 200.000,00.
"Ibu," panggil Reita menghampiri Bu Miyoko.
Ibu Reita menyahut Reita dengan lambaian tangannya. Kelima teman Reita melihat Reita dan berlarian meninggalkan halte bus dan segera menuju ke arah Reita.
"Reita!" Kelima teman itu menghampiri Reita dan memeluk Reita.
"Apaan sih? Jangan peluk aku! Sakit tahu!" Keluh Reita dipeluk kelima temannya.
Mereka tidak mau mendengarkan Reita. Mereka sangat keras kepala. Kalau diperintah tidak boleh, maka ia akan melakukan perintah boleh. Kebanyakan orang Indonesia memiliki sifat seperti itu.
"Reita. Pulang sama-sama, yuk!" Ajak ibunya.
"Ayo! Kita pulang bareng sama tante syantik ini," lanjut Zeni kepada Reita.
"Sepedanya dilipat saja," saran ibunya mengenai sepeda Reita.
"Tidak bisa! Soalnya, ini sepeda yang gak bisa dilipat. Kalau mau dilipat, harus bayar Rp.100.000,00 dulu buat bisa dilipat," jelas Reita mengenai sepedanya yang mata duitan.
"Apakah kamu mau meninggalkan ibu disini?" Tanya ibunya.
"Tidak! Hanya saja, aku ingin sepeda dulu. Biar sehat," jelas Reita niat bersepeda.
"Reita! Jangan durhaka sama ibumu! Entar kamu dikutuk jadi Patung Dinosaurus, baru tahu!" Tegur Dona dengan perilaku Reita.
"Nanti, kamu jadi cowok jelek. Jadi, gak selevel sama cewek cantik dan manis, kayak aku!" Lanjut Selly mengibaskan rambutnya.
"Nanti, kalau kamu jadi patung, aku gak bisa cari suami nih," lanjut Anna membayangkan Reita jadi Patung Dinosaurus.
"Contoh suami yang gak baik, nih," celetuk Zeni.
"Sangat tidak bisa ditiru oleh anak cucu nanti," imbuh Madun mendengar Reita meninggalkan Anna.
"Kalian larang aku naik sepeda, kan?" Tanya Reita dengan wajah datar.
"Sudah! Mau pulang dulu! Harus ...." Ucapan Reita terhenti.
"Go-Ride!" Panggil Bu Miyoko.
Sebuah mobil yang berlambangkan Gojek menghampiri panggilan dari Bu Miyoko dari 1 km panjangnya. Mobil itu sudah dipasang alat pemanggil dari jarak jauh. Jadi, kalau ada orang yang memanggil Go-Rid, dia akan menuju ke sana.
"Lah! Kalau di halte bis, ngapain pake Go-Rid? Pake bis lah!" Protes Reita melihat perilaku ibunya.
"Go-Rid, Bu? Ayo, Naik! Bisa sampai tepat waktu!" Sahut Pengendara Go-Ride yang berperawakan seperti paman.
Reita pasrah. Ia diberikan ibunya 100 ribu agar bisa melipat sepedanya. Kelima teman Reita segera rebutan kursi di Go-Rid. Ibunya berada di depan bersama Pak Supir. Reita di antara Selly dan Anna di kursi mobil bagian tengah. Dona, Madun,dan Zeni di belakang.
Mereka pun segera berangkat dengan mobil yang melayang ke atas. Sepedanya yang sudah dilipat sudah di tangan Reita. Reita memegang sepeda yang dilipat itu agar tidak dicuri oleh orang lain.
Mobil terbang berlambangkan Gojeg melesat ke udara sambil mencari tujuan. Setelah mengalami kemacetan selama 10 menit karena demo atau alasan yang lainnya, mobil itu segera melaju ke rumah Reita.
Setelah sampai di rumah Reita, mereka pun turun dari Go-Ride. Bu Miyoko turun dari mobil dan segera membuka dompetnya dan segera memberikan uang tersebut kepada Bapak Go-Ride.
"Pak, ini uangnya!" Sodor Bu Miyoko
"Gak usah! Tante idaman kayak kamu gratis saja," tolak Pak Go-Ride sekana-sakan merayu Bu Miyoko.
"Ok. Nanti, Bapak Bayar Rp.50.000,00 kepada saya yah!" Usul Bu Miyoko yang diterima oleh para Gojeg.
Pak Go-Rid memberikan uang kepada Bu Miyoko sebesar uang Pak Djuanda secara virtual. Teman Reita sedang melihat rumah Reita yang belum seberapa dengan gaji kalangan menengah..
"Nih, buat tante idaman buat kamu!" Sodor Pak Go-Rid dengan senyuman.
Bu Miyoko menerima dengan senang hati. Ia mengambil dari kedua tangannya. Setelah itu, Go-Rid segera keluar kompleks untuk mencari pelanggan yang akan diberikan uangnya.
Reita kembali lagi dengan selamat. Ia sudah sampai di rumahnya. Ia berencana untuk tidur di kamar setelah capek mengikuti pelajaran selama beberapa jam lamanya. Itu pun pelajaran yang tidak ia minat.
Namun, ada yang mengganggu Reita. Reita tidak menyangka mengapa kelima temannya pulang bersamaan dengan ibunya. Reita tidak yakin dengan mereka karena mereka akan melakukan hal tidak-tidak.
"Tunggu dulu! Kenapa kalian ada disini? Pulang sana!" Usir Reita menyadari temannya yang di sampingnya.
"Reita. Kita belajar bareng. Gak baik ngusir begini," tegur Dona mendekati Rieta.
"Kami datang kesini hanya untuk belajar bareng. Pelajaran Fisika sangat susah," lanjut Madun mengenai alasan itu.
"Makanya jangan bolos!" Cocor Reita mendengar alasan Madun.
"Fisika memang susah. Pak Anton gak ngerti," lanjut Selly.
"Download Pahameepo sana! Main Titokku terus!" Cocor Reita.
"Reita. Kalau boleh, ajarin aku Tekanan Cinta, dong!" Anna meminta tolong pada Reita.
"Teman gue pada gak jelas semuanya," gumam Reita mengenai mereka berlima.
"Ayo! Masuk! Jangan ragu-ragu! Nanti malu sama tetangga," ajak ibunya pada kelima temannya Reita.
Mereka pun menerima ajakan dari Bu Miyoko meskipun Reita menolak mereka. Itu sudah pernah kejadian ketika mereka mengunjungi Rumah Reita dengan tujuan yang tidak penting. Mulai dari kabur dari rumah, bosan di rumah, latihan jadi istri idaman, dan lain sebagainya.
Itulah alasan mereka selalu berada di rumah Reita.
"Hore! Kita bisa melihat rumah Reita!" Dona segera masuk ke rumah Reita.
"Kita masuk yuk!" Ajak Zeni berniat untuk mengeksplorasi rumah Reita.
"Bisa jadi latar buat main Titokku nih." Selly kagum karena rumah Reita yang estetik untuk bermain Titokku.
"Jadi, kalau aku suaminya Reita, bolehkah aku masuk?!" Tanya Anna pada ibunya.
"Boleh, kok. Kalau mau, aku nikahi Reita dengan kamu," jawab ibunya menerima Anna begitu saja.
"Hore! Aku nikah sama Reita!" Anna bergembira karena ingin dinikahi oleh Reita.
"Ini nih cewek yang kebanyakan baca novel romantis," gumam Reita melihat sikap Anna yang datar.
Reita tidak bisa menghentikan Selly dan lainnya karena rumahnya sudah terlanjur untuk background Titokku. Niat belajar fisika sudah hilang begitu saja akibat sibuk dengan Titokku. Reita merasa kasihan apabila nilai fisika mereka turun akibat main Titokku terus.
"Katanya mau belajar, eh malah main Titokku," batin Reita ingin menepuk dahinya sendiri.
Reita masuk ke dalam rumahnya. Ia pun segera masuk ke kamarnya dan mengabaikan kelima temannya yang tiada akhlak itu. Ia menjalani kehidupan yang biasanya sementara rumahnya menjadi background untuk Titokku.
Kemudian mereka masuk ke dalam rumah Reita dan mengelilingi rumah Reita seperti dunia lain. Tak lama kemudian, mereka ke ruang tengah. Reita sudah memegang beberapa buku fisika dan segera menuju ke ruang tengah karena ia dipanggil ibunya
Setelah mereka tiba, mereka melihat papan tulis yang sudah berdiri tegak. Mereka mengganti baju mereka. Reita menegur mereka dan ganti baju di kamar mandi. Kecuali Anna yang mau diintip oleh Reita pada saat Anna ganti baju sebelum belajar bersama.
Tak lama kemudian,Bu Miyoko muncul dari ruang tengahnya. Ia mengenakan seragam seperti seorang guru di Ruang Dosen agar para siswa dan siswi yang ia ajar menjadi paham dengan cepat.
"Selamat sore! Ibu mau tanya, apakah fisika itu susah?" Tanya Bu Miyoko pada kelima temannya.
"Susah, Bu," jawab Zeni.
"Bagaimana susah kalau kamu bolos?!" Tegur Reita.
"Saking susahnya, otak saya akan meledak di Hiroshima," jawab Madun dengan tanpa rasa bersalah.
"Elu juga!" Cocor Reita.
"Fisika susah karena rumusnya gak jelas," lanjut Dona.
"Belajarlah!" Reita meneriaki Dona.
"Gak ada Fisika di Titokku!" Jawab Selly dengan jujur.
"Main Titokku terus!" Cocor Reita.
"Pak Anton gak izinin aku nikah," imbuh Anna.
"Belajar dulu baru nikah!" Reita menegur Anna.
"Kalau begitu, mau belajar apa ini?" Tanya Bu Miyoko pad mereka berlima.
"Belajar Fisika kelas XI!" Jawab mereka berlima.
"Kalau begitu, bersiaplah! Kita akan belajar fisika sampai selesai!"
"Hore!" Mereka pun menjadi antusias ketika Bu Miyoko menjadi sosok guru di sekolah.
Reita hanya terdiam sambil berharap selesai. Ia sudah belajar fisika sejak kecil. Namun, tidak cukup untuknya untuk mempersiapkan diri untuk ujian SIKAM IU. Ia perlu melakukan sesuatu agar bisa menjawab soal fisika di SIKAM IU..
Pembelajaran pun dimulai. Bu Miyoko membuka beberapa lembar buku dan mengajarkan ilmu tersebut pada mereka berlima, termasuk Reita. Kalau tante cantik, sopan, dan idaman seperti Bu Miyoko, mereka langsung cepat paham.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana Bu Miyoko mengajar guru fisika di sekolah Reita. Pasti banyak cowok-cowok yang naksir dengan Bu Miyoko. Tidak habis pikir jika Bu Miyoko menjadi guru di sebuah sekolah, tak terkecuali SMAN 2 Bandung.
5 Jam kemudian, pembelajaran Bu Miyoko telah selesai. Reita tidur nyenyak karena Bu Miyoko selalu mengajar pada mereka berlima tanpa henti. Sedangkan, kelima temannya masih bersemangat pada Bu Miyoko.
Mereka tidak sadar, ini sudah malam. Orang tua mereka tidak cemas. Paling, bermalaman entah kemana. Nanti, mereka pulang sendiri. Kelima teman Rieta sudah merasa nyaman pada ibu Reita. Jadi, mereka membawa baju ganti untuk berjaga-jaga.
"Sudah selesai. Adakah yang masih punya pertanyaan?" Tanya Bu Miyoko.
"Sudah, Bu," jawab Zeni dengan nada jelas.
"Wah! Gampang banget ngerti! Jadi, gak usah diajar sama Pak Anton," lanjut Dona.
"Bu Miyoko adalah Ibu Pertiwi Ruang Dosen," lanjut Selly.
"Saya pasti dapat seratus," lanjut Madun.
"Ibu Mertua memang luar biasa."
Pada saat mereka sedang menikmati ilmu Bu Miyoko. Bu Miyoko menghampiri Reita yang sedang tertidur lelap. Ia pun menghampiri Reita dan mengatakan,"Reita. Bangun! Entar Pak Anton marahin kamu dan disuruh berdiri di lapangan lagi."
Reita sontak bangun dan membentak, "Jangan prank aku napa!"
Reita kaget ketika ada ibu yang berada di sampingnya. Kelima temannya menoleh ke belakang dan mendengar suara bentakan itu. Mereka mendengar Reita yang membentak ibunya meskipun tidak jelas penggambarannya.
"Aha! Reita durhaka!" Ejek Zeni melihat Reita yang membentak ibunya.
"Emang kelakukan Reita. Teriak-teriak sama orang tua," lanjut Dona.
"Dasar durjana kamu!" Lanjut Madun menatap Reita dengan jijik.
"Ih! Nanti Reita dikutuk jadi Hape Xiaoni," imbuh Selly dengan nada ketakutan.
"Tidak! Aku gak bisa pacaran lagi sama Reita," resah Anna dihasut oleh Selly.
Reita hanya terdiam dengan mereka ketiga. Ingin memarahi mereka. Tapi, mereka punya alibi tersendiri. Jadi, Reita akan dicap sebagai orang yang bersalah. Reita kelaparan. Namun, tidak bisa berkata apapun pada ibunya. Ibunya sedang sibuk mengajar kepada mereka berlima.
"Sudah! Sudah! Ayo latihan soal! Mama pengen tahu sehebat apakah kalian ini? Jadi, siapkan alat tulis kalian!" Bu Miyoko memegang beberapa kertas virtual.
Mereka pun sudah bersiap. Mereka diberikan soal dari Bu Miyoko. Reita juga. Mereka mendapatkan 10 soal yang dikerjakan selama 30 menit.
"Apa ini? Kenapa malah dikasih soal yang susah?!" Cocor Reita.
"Reita! Jangan berisik! Nanti kau nikahin kamu sama Anna, baru tahu!" Tegur ibunya.
Reita terdiam sambil menahan rasa laparnya. Karena rasa lapar itu, ia tidak bisa fokus untuk mengerjakan soal itu. Apalagi soal SIKAM IU yang diberikan oleh ibunya. Sementara yang lainnya, mengerjakan soal kelas 11.
Setelah 30 menit lamanya, lembar jawaban dikumpulkan. Reita masih menahan laparnya. Karena itu, kelima teman Reita mengumpulkan jawaban bermain Titokku tanpa merasakan rasa laparnya mereka.
"Reita. Kamu kenapa? Kok kamu sakit? Sini sama Mama!" Tanya Bu Miyoko melihat Reita yang menahan rasa laparnya.
"Aku lapar, Bu. Bukan sakit," jawab Reita dengan nada terbata-bata.
"Lapar? Oh! Ini jam 19:30. Aku lupa memasak. Bilang dari tadi, dong!" Bu Miyoko mengingat hari sudah malam akibat mengajar mereka berenam.
"Lupa terus! Pantesan aku kelaparan tahu!" Reita masih punya tenaga untuk mencocor.
"Sudah. Kamu makan dulu di dapur. Aku sudah pesan makanan di Go-Pud!" Pinta Ibunya kepada anaknya sebelum memeriksa hasil tes mereka.
Reita segera ke dapur. Ia harus memakan beberapa masakan untuk mengisi tenaganya. Tiba-tiba, ada kelima temannya yang sudah menghabiskan makanan yang berlabel kan Go-Pud.
"Maaf, yah. Reita! Kami menghabiskan makanan kamu."
Reita marah. Dia mengoceh tidak jelas sementara kelima temannya sedang bermain virtual phone. Pada saat Reita mengoceh, ada ibunya yang menghampiri mereka di dapur.
"Kalian sudah makan belum?* Tanya ibunya.
"Aku mau makan sampai mereka makan gak bilang-bilang!" Reita mengoceh tidak jelas.
"Oh gitu. Kita langsung ke intinya saja." Bu Miyoko mengabaikan anaknya sendiri.
"Kalian berlima dapat nilai 100. Kalian dapat hadiah berupa tiket menginap di rumah ini," umum Ibunya pada kelima teman Reita.
Mereka sangat senang. Mereka bisa menginap di rumah Reita sesuai dengan kemauan mereka. Apalagi Selly dan Anna yang merasa nyaman di rumah Reita daripada rumah mereka sendiri.
"Oh iya. Reita dapat Nol. Jadi, hukumannya mandi bareng sama tiga cewek yah!"
"Yeah! Aku bisa mandi bareng sama Reita," ucap Anna sangat senang pada hukuman Reita
Reita pasrah dengan hasil itu. Karena dapat nol, ia dihukum mandi bareng dengan ketiga cewek besok harinya. Kalau Reita menghindari hukuman itu, ia akan dinikahi 3 cewek oleh ibunya. Jadi, Reita tidak bisa menghindar lagi.
Setelah mendengar pengumuman yang tidak adil tersebut, ia kembali ke kamar dan menahan laparnya. Sementara ia tertidur pulas, kelima temannya nonton film Concuring 2 bersama ibunya.
Walaupun besok sekolah, mereka hobi begadang. Sudah banyak penyebab keterlambatan akibat kebanyakan nonton film di Natflis. Apalagi anak sekolah yang selalu begadang akibat hal yang tidak ada akhlaknya.
Suasana malam yang hening dengan film horor yang ditonton di layar lebar.