Chereads / Teman Gak Ada Akhlak / Chapter 8 - 8. Kerasukan Mantan

Chapter 8 - 8. Kerasukan Mantan

Bu Miyoko beserta dokter yang menghampirinya. Dokter yang berasal dari Ras Werewolf memandang penampilan Bu Miyoko yang mengenakan kimono bunga warna merah. Dengan paras cantik selevel Miss World, dokter itu menahan perasaan untuk selingkuh.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya dokter itu pada Bu Miyoko.

Bu Miyoko menjawab,"Ini lagi mau lihat kondisi anak saya, Dok," dengan penuh rasa khawatir.

"Oh. Jadi, Ibu mau menjenguk anak ibu?" Tanya dokter yang ramah itu.

"Iya, Dok. Saya tadi mendengar pesan dari pihak rumah sakit bahwa anak saya sedang mengalami kecelakaan tadi sore. Jadi, saya datang kesini," jelas Bu Miyoko.

"Nama pasiennya siapa?" Tanya dokter kepada Bu Miyoko,

"Reita Renji," jawab Bu Miyoko.

Dokter itu mengetahui nama pasien itu. Namun, ia cemas karena keadaan pasien yang meresahkan dokternya. Namun, karena penampilan Bu Miyoko, dokter itu merasa jatuh hati.

"Wah! Cantik sekali nih cewek. Bisa nikah lagi nih sama Teteh cantik gini.Soalnya, jarang banget ada Teteh cantik kek gini," batin dokter Werewolf.

"Tapi, tidak boleh. Entar istriku ngomel lagi gara-gara selingkuh. Sudah 10 kali saya dipenjara sama istriku gara-gara selingkuh. Serem beutlah!" Gumam dokter yang berniat untuk selingkuh.

"Ehem. Dia ada di ruangan Maria 2 Kelas II. Tapi, kalau mau kesana, gak bisa, Teh," jawab dokter itu dengan raut wajah kasihan.

"Kenapa?" Tanya Bu Miyoko merasa keheranan.

"Pokoknya, kita akan segera kesana dan kamu akan tahu nantinya," ajak dokter tu kepada Bu Miyoko.

Bu Miyoko menyetujui hal itu. Ia berjalan mengikuti dokter yang ramah itu. Dokter itu harus menahan perasaannya agar tidak boleh selingkuh lagi.

Tidak ada yang tahu bagaimana kondisi Reita setelah mengalami kecelakaan akibat perbuatan pengendara Mobil F1 yang terlalu keasyikan mendengar lagu Titokku.

Pada saat dokter dan Bu Miyoko sudah sampai di ruangan Reita, Maria 2 Kelas II, ada sekelompok pendeta yang menggunakan kalung salib sedang kewalahan akibat pasien yang meresahkan.

Dokter itu menghampiri seorang pendeta yang kewalahan di koridor rumah sakit. Bu Miyoko menghampiri mereka sambil mengistirahatkan mereka yang sudah berjuang untuk menyucikan pasien.

"Apa yang terjadi pada kalian?" Tanya dokter itu

Pendeta itu mengatur nafasnya karena mengurus pasien yang meresahkan, yakni Reita. Ia menoleh pada dokter dengan perasaan yang cemas. Ia sangat cemas dengan kondisi Reita

Ia menjawab,"Itu, Dok. Ada yang kerasukan."

"Kerasukan? Kenapa?" Tanya dokter menggeleng kepalanya.

Pendeta yang resah membalas,"Coba kamu lihat sendiri! Aku tidak bisa menyucikan dia."

Dokter itu langsung mengistirahatkan pendeta yang sudah berjuang. Setelah itu, ia meminta Bu Miyoko untuk merawat mereka. Bu Miyoko menerimanya dengan baik. Ia merawat seperti ibu mereka.

Dokter itu membuka pintu dengan perlahan dan melihat sebuah ruangan yang berantakan. Ia merasakan ruangan yang gelap karena banyak barang yang berserakan. Ini sama seperti rumah sakit jiwa.

Ia terkejut karena Reita yang sedang mengalami kondisi yang buruk. Ruangan yang tidak terlalu luas dan banyak pasien yang terganggu akibat kondisi Reita. Jadi, pasien itu harus mengungsi sebelum para pendeta mencoba mensucikan Reita.

Dokter yu menghampiri Reita yang dalam berada dalam kondisi seperti kerasukan.

"Nak! Ada apa? Kok kamu kayak gitu?" Tanya Dokter itu.

Reita mengerang. Ia menjaga jarak dari dokter itu agar dokter itu tidak mendekati Reita yang tidak mau didekati. Ini penyebab para pendeta kewalahan melawan Reita.

"Pergi sana! Gue gak mau lihat kalian lagi!"

Dokter itu mendapatkan perlakuan kasar dari Reita. Namun, karena fisik Werewolf yang cukup kuat, itu hanya sebuah luka gores yang bisa disembuhkan dengan sendirinya. Ia masih keras kepala.

"Sudahlah, Nak! Gak baik kalau gitu. Entar kamu bisa hancurin rumah sakit. Entar siapa yang rugi coba? Yah, kita semua," bujuk dokter dengan watak misionaris.

"Pergi!" Reita mengusir dokter itu dengan melemparkan beberapa barang.

"Biarkan aku merawatmu!" Dokter itu mengambil pistol bius dan menembakkan kepada Reita.

Obat bius itu tidak berlaku pada Reita. Reita semakin marah karena obat bius itu bereaksi pada tubuhnya. Namun, dokter itu masih santai. Tidak seperti para pendeta lainnya yang kepanikan dengan kerasukan makhluk kasar.

"Argh! Sana! Gue gak mau lihat elu lagi! Elu selalu bikin gue apes mulu! Tahu gak?!" Teriak Reita menjauhkan diri dari dokter itu dengan tangannya.

Dokter itu tidak punya pilihan lain. Ia menggunakan kekuatan Werewolf. Ia menggunakan tangan kanannya dan mengayunkan dan mengenai ke kepala Reita sebelum mengepal tangannya..

Setelah dokter mengepal tangan kanannya, tangan itu bergerak dengan cepat dan menghantam kepala Reita yang mengakibatkan kesadaran Reita yang menurun. Reita kehilangan pandangan dan kehilangan amarahnya.

Reita pingsan karena efek dari kekuatan Werewolf itu. Dokter itu bisa menangani Reita yang sedang marah-marah akibat perbuatan kelima temannya yang menembak sepeda terbang Reita dengan senapan Nerv.

Setelah itu, ia menidurkannya dan membereskan semua barang. Barang yang rusak ia ambil dan melaporkan pada pihak atasan rumah sakit. Ia juga ingin melaporkan kejadian pada Bu Miyoko.

Setelah semuanya beres, ia pun menghampiri Bu Miyoko yang sedang merawat sem,para pendeta. Para pendeta sekarang sudah baik-baik saja. Mereka hanya perlu istirahat cukup sambil makan sereal.

Dokter itu membeberkan suatu penyakit yang Reita idapi kepada ibunya. Ibunya mendengarkan secara jelas agar Reita cepat sembuh dari penyakit yang membahayakan itu.

"Dok. Bagaimana kondisi anak saya?" Tanya Bu Miyoko.

"Bu. Saya sudah berusaha keras kali ini. Tapi, dia mengalami penyakit yang langka," jelas dokter itu.

"Oh, begitu. Anak saya mengidap penyakit apa?" Tanya Bu Miyoko pada dokter itu.

Dokter itu sedikit cemas dengan penyakit langka itu. Penyakit itu lebih berbahaya daripada COVID-21. Penyakit ini hanya bisa disembuhkan oleh dokter yang lebih profesional di Swiss.

"Dia .... mengidap penyakit ... Kerasukan Mantan, Bu," jelas dokter itu.

Bu Miyoko hanya terdiam dengan penyakit anaknya tersebut.

"Karena diputusin pacar, jadi dia kerasukan. Pacarnya cukup jahat yang membuatnya trauma seperti ini."

"Sebaiknya, anak Anda harus cari cewek yang setia padanya agar dia tidak terkena penyakit Kerasukan Mantan," imbuh dokter itu.

Bu Miyoko mengerti karena kondisi anaknya yang tidak bisa ditolong lagi. Karena itu, ia mengistirahatkan Reita di rumahnya sambil mencari istri yang cocok untuknya.

"Kalau begitu, aku akan membuat surat izin untuk tidak sekolah."

"Benar. Untuk ementara waktu, anak Anda tidak boleh sekolah terlebih dahulu karena takut bertemu dengan mantan yang telah menyakitinya," saran dokter itu.

Bu Miyoko menerima saran itu. Ia sangat menyetujui karena anaknya akan dibawa ke tempat yang aman. Setelah itu, Bu Miyoko bermalaman di sana dan mengawasi anaknya agar tidak kerasukan mantan.

^****^

Keesokan harinya, Reita sudah baik-baik saja. Ibunya sangat mencemaskan karena anaknya terkena tabrakan Mobil F1 yang tiada otaknya. Karena itu, Bu Miyoko akan merawatnya sampai sembuh.

Ia juga akan mencari istri yang cocok untuk Reita agar Reita tidak terkena kerasukan mantan lagi. Bu Miyoko dapat kandidat untuk menikahi Reita saat SMA. Hamil pada saat sekolah sudah terbiasa. Asalkan, harus ada suaminya.

Setelah Reita kembali sehat pada jam 10 siang, Bu Miyoko membayar biaya rumah sakit. Setelah membayar Rp.2.430.000,00 dengan pembayaran Kartu Bisa, Bu Miyoko mengantarkan Reita pulang dengan naik ambulan dan pulang ke rumahnya.

Setelah sampai, Reita langsung dibawa ke kamarnya dan dihadiahi 10 Light Novel dari pihak rumah sakit untuk menghiburnya. Bu Miyoko berterima kasih pada ambulan dan ambulan itu meninggalkan rumah eita dan mencari pasien yang lainnya.

Reita dilarang belajar karena takut kena efek samping dari Kerasukan Mantan, yakni stres akibat ditinggal pacar. Penyakit itu bisa membunuh 1 orang per tahun karena kasus itu. Jadi, pemerintah Indonesia tidak menganggap remeh dengan penyakit Kerasukan Mantan.

Setelah itu, Reita menghabiskan waktu di rumahnya dengan membaca Light Novel. Keadaannya baik-baik saja. Namun, ia harus rebahan di rumah selama seminggu agar kondisi tubuhnya pulih kembali.

Bu Miyoko mengirimkan surat izin rebahan besok paginya. Ia pergi dari rumah Reita dan menaiki Go-Rid dengan diberikan Rp.50.000,00 karena dia sangat cantik. Kalau orang bermuka jelek, ia harus membayar biaya ongkos sampai 3 kali lipat.

^****^

Reita sendirian di rumah. Ia sudah membaca Light Novel dan memajangnya di lemari pajangan. Itu menandakan Reita sudah membaca semua volume LN itu.Jadi, Reita hanya terdiam di jendela sambil melihat tetangga yang sedang mengobrol di jalanan.

Karena Reita gabut tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia meninggalkan kamarnya dan langsung menonton televisi di siang menjelang sore. Ia juga menyalakan TV virtual dengan remote yang terbuat dari kertas aluminium.

Ada sebuah Channel TV yang bernama "Berita Gak Penting" di Channel TV Ten. Berita itu hanya ditayangkan dengan waktu yang sebentar. Tidak seperti Redaksi Pagi,Redaksi Siang, Redaksi Malam, dan Redaksi Sore.

Reita menonton berita yang tidak penting itu. Ia selalu sering mendapatkan berita yang tidak penting itu karena pihak TV Ten gak ada kerjaan selain membuat berita gak penting.

[Berita Gak Penting]

[Seorang Pembunuh Nyamuk Ditangkap Polisi dengan Alasan Berseteru untuk Memperebutkan Bu Keke]

[Aceh, Indonesia]

"Pemirsa sekalian. Berita terkini menjelaskan bahwa ada seorang pembunuh yang ditangkap polisi kemarin karena ia membunuh nyamuk tersebut hanya untuk memperebutkan Bu Keke." Reporter itu melaporkan kejadian berita yang gak penting.

Terdapat sebuah gambar yang diperlihatkan di mana seseorang yang ditahan polisi sambil digeromboli oleh para wartawan yang ingin mendapatkan informasi yang tidak penting itu.

"Pihak kepolisian saat ini ...."

"Ganti." Reita mengganti Channel TV-nya.

Reita terus menerus mengganti channel TV karena banyak Channel TV yang tidak bisa ditonton secara berkualitas. Bahkan, sekarang ini, siaran Sinetron Kumenangis masih berlanjut sampai 1000 episode.

Tidak ada pilihan lain. Ia segera menonton film di Platform Natflis. Reita menonton film yang bagus secara animasi dan plot cerita. Ia pernah menonton Anime dan Film Barat yang diproduksi oleh Disneysea.

Reita menikmati film itu sejak kecil. Jadi, ia akan menontonnya lagi dengan berharap nostalgianya akan menghilangkan rasa amarah pada kelima teman itu. Film itu bernama Film Zoodopia.

Tak lama kemudian, Reita ketiduran saking senangnya menikmati film itu. Ia tidak menyangka bahwa filmnya berhenti di tengah jalan karena Reita tidak sengaja menekan tombolnya karena tertidur. Jadi, dia segera kembali ke kamarnya dan rebahan di sana.

Setelah rebahan cukup lama, ibunya tidak pulang ke rumah. Reita sudah menyalakan semua lampunya dengan memberi perintah pada rumah itu. Rumah itu mematuhi Reita dan menyalakan lampu secara otomatis.

Reita sudah tenang karena sudah menyelesaikan pekerjaan melalui sistem darurat yang berada di rumahnya. Reita menyalakan sistem robot di rumahnya dan mengerjakan rumah tangga secara otomatis.

Tiba-tiba, ada sebuah panggilan yang mengalih perhatian Reita untuk rebahan sambil membaca Light Novel Spinoff. Ia menutup buku virtual itu dan segera membalas telepon dari ibunya sendiri.

"Halo?" Reita memulai panggilan.

"Reita sayang! Maaf ibu akan terlambat. Soalnya, ibu sedang bersama dengan para OPRD, nih." pesan ibunya.

"Sudah makan belum?" Lanjut Bu Miyoko.

"Sudah. Dimasakin sama Robot di Rumah ini," jawab Reita.

"Jangan keseringan dibantu sama robot yah! Entar jadi beban keluarga kayak tetangga sebelah," pesan Bu Miyoko didekati oleh para OPRD di sebuah ruangan.

"Baik. Aku tutup yah!"

Reita menutup teleponnya dan melanjutkan membaca Light Novel kembali. Setelah itu, ia memeriksa tugas sekolah yang belum ia kerjakan. Ia menghitung tugas dan ingin dikerjakan dimana.

Ia mengerjakan tugas sekolah dan tidak perlu menanyakan tugas pada guru karena guru itu akan membalas surat izin rebahan dengan tugas sekolah yang cukup banyak.

Ia mulai mengerjakan soal matematika yang akan dikerjakan agar tidak terkena hukuman. Lalu, ia menyelesaikan soal matematika dalam waktu 1 jam lamanya karena soal yang ia kerjakan adalah Trigonometri.

Karena lelah mengerjakan tugas yang lainnya, ia menyimpan tugas itu di meja belajarnya dan berusaha untuk tidur. Ia juga sudah merapikan kamarnya dan berharap ibunya pulang ke rumah besok harinya.

Ini sama seperti home schooling. Hanya saja, berbeda status dan situasi. Reita hanya homeschooling yang berlangsung satu minggu kemudian ia kembali ke sekolah pada umumnya.

Reita tidur dengan hangat. Ibunya akan pulang pada jam 3 pagi. Entah apa Bu Miyoko lakukan bersama para OPRD itu. Ada sebuah misteri bagaimana Bu Miyoko mendapatkan 10 juta per bulan yang diberikan oleh OPRD itu.

Para tetangga di sekitarnya tidak tahu apa pekerjaan Bu Miyoko saat ini. Mereka berlomba-lomba untuk mencari informasi pada Bu Miyoko mengenai pekerjaannya saat ini.

Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Apa yang menyebabkan Reita menjadi seperti ini? Apa penyebab ia terkena penyakit Kerasukan Mantan? Dan lain sebagainya.

Ia hanya bisa melupakannya karena ia tidak terlalu mengingatnya lagi.

^****^

Keesokan harinya, ada sekelompok orang yang sedang bersembunyi ketika masuk ke Kompleks Arum Segar Cluster Wangi. Mereka menghilangkan diri dengan menggunakan Teknik Naruto agar tidak ketahuan satpam komplek tersebut.

Mereka adalah teman Reita yang mengenakan seragam Pramuka. Mereka datang ke rumah Reita tidak hanya untuk menjenguknya. Mereka ingin menghindar dari kelas Pramuka yang wajib.

Intinya, mereka bolos pelajaran Pramuka agar mereka tidak mendapatkan pelajaran itu.

Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Bu Miyoko. Mereka memanggil Bu Miyoko karena mereka sangat dekat dengan Bu Miyoko. Ia pun datang dengan menggunakan celemek pinjaman tetangga.

"Eh. Kalian. Kalian mau datang kemari untuk apa?" tanya Bu Miyoko pada mereka berlima.

"Kami mau mengatakan sesuatu. Sebelum itu, panggil Reita kesini! Itu, buat ajak Reita ke sekolah."