Pelajaran jam kedua diselesaikan dengan tugas sekolah di semua kelas, lonceng akademi berbunyi nyaring, menandakan tidak ada pelajaran hari ini.
Para murid akademi mulai meninggalkan kelas, mendapatkan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan minggu depan. Jika tidak dikerjakan, maka mereka akan dihukum berdiri di lorong kelas.
Di Kelas I Saintek C, Bu Misha, Guru Biologi, mengumpulkan tugas sebelum meninggalkan kelas. Setelah Bu Misha melangkah keluar kelas, para murid bisa pulang.
Akishima dan Zhukov sudah membereskan alat tulis mereka, bergegas keluar dari kelas dan menghabiskan waktu mereka sebelum pulang.
"Ayo, pulang. Aku ingin bertemu dengan Rivandy." Akishima mengajak, memegang tas dengan kedua tangannya.
"Oh iya. Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya." Zhukov menambah, penasaran dengan pikirannya.
"Jangan khawatir! Dia masih menggunakan rok. Jadi, aku bisa menggambar." Akishima mengambil kanvas dan kuas dari dalam tasnya.
Zhukov sudah siap, tasnya sudah berada di pundaknya. "Ayo. Kita harus menemukannya."
Mereka pun meninggalkan kelas mereka yang akan dikosongkan, ditinggalkan oleh murid akademi.
[***]
Setelah sampai di sebuah tongkrongan, terdapat ruangan sepi dan sedikit kotor, mereka duduk di kursi kosong dan menyimpan tas di atas meja.
Mereka berdua menunggu seseorang, siapa tahu ada orang yang mengunjungi tempat tongkrongan dan menetap sementara waktu sebelum pulang.
Beberapa menit berselang, seorang siswa pangeran yang mengenakan seragam perempuan, mendatangi Akishima dan Zhukov. Siswa pangeran itu berniat membersihkan tempat tongkrongan itu.
Akishima bergerak cepat, memelukku sambil mencium seragam perempuan yang kukenakan. Dengan pelukan itu, Zhukov menahan tawa dengan tangannya, hampir melepaskan tawa akibat pemandangan tersebut.
"Rivandy! Kamu dari mana saja? Kamu masih mengenakan rok dan kaus kaki panjang?" Akishima memandangku dari seluruh tubuh, membuatku malu dilihat.
"Eh ... Iya. Aku ...." Rasanya sulit menjawab karena wajah merah stoberi merusak harga diriku.
"Jangan seperti itu! Aurora, dan Evelyn mana?" Akishima tidak melihat keberadaan dua gadis, sekelas denganku.
Aku menjelaskan, mengingat kejadian pada pelajaran kedua. "Mereka pingsan begitu aku mengenakan pakaian ini. Jadi, mereka dibawa ke unit kesehatan pada pelajaran kedua berlangsung."
"Tapi, ... para gadis malah memujiku. Mereka ingin menjadikanku sebagai kakak perempuan." Kembali melanjutkan, mengingat perlakuan para gadis yang.tidak terlupakan.
Akishima mendengarkan cerita itu, mengecek seluruh seragam perempuan yang kukenakan. Mulai dai baju panjang, sampai kaus kaki panjang.
"Ja-Jangan tatap aku terus! Aku terpaksa mengenakan pakaian memalukan ini." Aku menjauh dari Akishima, berniat lari karena perasaan gugup telah menyerangku.
"Tidak apa-apa. Sekarang, kau bisa mengendalikan rok pendek maupun rok mini sesuai hati nuranimu." Akishima memperbolehkanku untuk mengenakan rok, dengan kondisi tertentu.
"Oh iya. Rivany. Tolong pakai seragam maid perempuan yang baru kubeli. Ini masih bersih, lho." Zhukov membuka tas miliknya dan memperlihatkan pakaian Maid Classic untuk perempuan padaku.
"Jangan suruh aku mengenakan pakaian itu!" Pipiku semakin memerah, harga diri maskulin semakin dipertaruhkan.
"Zhukov! Cepat ganti pakaian itu! Aku akan menahannya lari." Akishima menahanku dengan kedua tangannya agar Zhukov bisa menggantikan seragam yang kukenakan.
"Ada yang kau lakukan?" Aku menoleh ke belakang, tidak bisa kabur dari gadis bersyal merah.
Zhukov bersedia, mendekatiku dan akan membuka kancing seragamku. Sifat bijaksana berubah menjadi jahil dalam sekejap.
"Hentikan! Aku masih punya harga diri! Kau tidak bisa memperlakukanku seperti boneka!" Aku menggerakkan tubuhku, agar melepaskan pelukan Akishima. Tapi, percuma. Dia tidak mau melepaskan begitu saja
Sudah cukup seragam akademi. Jangan ditambahkan dengan seragam Maid Classic lagi. "Aku adalah laki-laki. Tidak berniat mengenakan rok perempuan."
"Hentikan! Kumohon!" Bayangkan seragam maid semakin menghantuiku.
"Tidak!"
[***]
Dengan perasaan pasrah, aku mengenakan Maid Classic dengan rok, disuruh membersihkan tempat yang kotor. Rasanya, kurang nyaman jika rok pendek itu selalu menghambat pergerakanku.
"Tolong bersihkan yah! Aku mau menjenguk Aurora dan Evelyn dulu." Akishima menghilang dengan sihir ninja, tasnya ditinggalkan begitu saja.
"Aku juga." Zhukov sama saja, menyerahkan urusan kebersihan padaku, karena mengenakan seragam maid.
Mereka meninggalkan tongkrongan, tas mereka dititipkan padaku. Sebagai seorang maid, diwajibkan membersihkan tempat tinggal dan melakukan aktivitas rumah tangga.
"Sudahlah. Lebih baik aku membersihkan semua ini." Tangan kananku mulai memegang kain penggosok untuk menggosok dan kain lantai di tangan lainnya.
Aku mulai menggosok di tempat yang kotor, harus merangkak untuk membersihkan lantai. Setelah mengepel lantai dan menggosok meja untuk dapur, aku mengeringkan dengan kain lantai, agar bersih sepenuhnya.
Agak sedikit terganggu karena pakaian maid yang memalukan itu. Tidak ada pilihan lain. Akishima sudah menyita seragam dan tidak akan dikembalikan sebelum membersihkan tempat tongkrongan dengan seragam maid perempuan.
Canggung sekali. Rasanya berbeda jika aku mengenakan pakaian maid perempuan. Entah nyaman atau memalukan. Semuanya tercampur jadi satu. Mereka akan menganggapku sebagai kakak perempuan.
Setelah membersihkan hampir setengah jam, keringat membasahi tubuhku, pakaian maid juga. Sudah tahu rasanya menjadi seorang maid. Ini bisa menjadi pertimbangan bagaimana masa depan mereka selanjutnya.
Beberapa menit berselang, Zhukov datang kembali sementara Akishima tidak. Harus bersabar sedikit sebelum bisa pulang. Aku berharap dia tidak melakukan hal yang aneh.
"Yo! Sepertinya ruangan ini sudah rapi. Tempat ini bisa digunakan untuk dapur." Zhukov memuji, ruangan yang sudah dibersihkan enak dipandang.
Aku belum menjawab, masih fokus menatap Zhukov. "...."
"Ada apa? Kenapa rasanya canggung sekali?"
"...." Aku masih belum merespon, memilih untuk membereskan alat kebersihan dan menyimpan kembali di ruangan kebersihan.
Sebelum itu, Zhukov kembali duduk, perasaan canggung tidak boleh dibiarkan begitu saja. Selalu mengingat nama, bersikap ramah, dan mencari pengalaman baru. Itulah yang bisa dilakukan Zhukov.
Zhukov duduk santai dan memilih tidak menatapku, tidak ingin merusak kepercayaan diriku. Dia sudah tahu akan hal ini. Jadi, dia bercerita terlebih dahulu.
"Oh iya. Rivandy. Aku berpikiran sesuatu. Ini sedikit menganggu bagimu. Jadi, biarkan aku menjelaskan sesuatu agar kamu lebih paham."
"Soal laki-laki dan perempuan. Kau tahu. Semua jenis kelamin itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing."
"Laki-laki memang kuat, cerdas, dan berkuasa. Sementara perempuan lemah lembut, sopan, dan mandiri. Bukan berarti, perempuan diremehkan. Mereka bisa hidup lebih lama dan berprestasi, lebih diunggulkan dalam komunikasi."
"Kau lebih beruntung daripada laki-laki pada umumnya. Disukai banyak perempuan lebih menguntungkan daripada tidak. Kau bisa mengenal mereka. Jadi, kamu tidak perlu khawatir dengan mereka."
"Kau adalah seorang pria. Tapi, kau bisa memahami seorang wanita. Menjadi seorang wanita tidak selamanya buruk, kok."
"Makanya, itu sebabnya kamu disukai banyak laki-laki dan perempuan."
Perkataan Zhukov benar. Semua jenis kelamin sudah setara di Kerajaan Roshan. Berbeda dengan kerajaan lain dimana laki-laki lebih dominan daripada perempuan.
"Zhukov." Aku memanggil, agak terpana dan terdiam mendengar kata bijak itu.
Secara tidak sadar, suaraku berubah menjadi suara feminim. Pakaian maid dan suaraku menjadi seorang perempuan. Hanya wajahku yang belum berubah.
Ekspresi Zhukov belum berubah. Masih tenang perubahan gender yang tiba-tiba terjadi. Jadi, dia menanyakan keadaanku tanpa mengubah posisi duduknya.
"Ngomong-ngomong. Suaramu berubah menjadi perempuan. Kau baik-baik saja?" Zhukov bertanya, sedikit terkejut karena mendengar suara perempuan.
"...." Aku terdiam sejenak, mendengar suaraku sendiri sampai merusak harga diriku. "Eh?!"
Menyadari hal itu, wajahku semakin memerah. Tidak sadar suaraku berubah menjadi seorang perempuan. Kalau Akishima atau para gadis mendengar ini, kondisiku akan terancam.
Bisa jadi, mereka akan memperlakukanku seperti wanita sepenuhnya.
"Kyaa!" Karena panik, aku memutuskan lari dari tongkrongan dengan malu, tidak kuasa menahan lebih lama.
Setelah aku meninggalkan tongkrongan, tiba saatnya Zhukov untuk tertawa. Tertawa diam-diam lebih baik daripada tertawa secara langsung.
"Apa-apaan ini? Rasanya memalukan. Dia memanggilku dengan suara perempuan." Geli, Zhukov sampai menahan air mata hanya untuk tertawa.
"Rasanya Rivandy cocok jadi anak perempuan."
Tempat itu diisi oleh suara tertawa. Tidak keras maupun lembut. Biasa saja. Tidak ada orang lain yang melihat kejadian yang canggung dan memalukan.