Hari Selasa, 16 Ucheryc 1468, matahari Apollo menunjukkan dirinya, menerangi hari dengan udara sejuk. Daun berguguran dan mulai berwarna coklat. Jadi, sebagian rakyat Roshan Capital harus mengenakan syal agar leher mereka tetap aman.
Bangunan merah dan bangunan lainnya berdiri tegak, takkan roboh dimakan waktu. Jalanan umum mulai ramai, kendaraan mulai menguasai jalanan dan mulai mengantarkan penumpang.
Di sebuah jalan, terdapat dua murid akademi yang berjalan bersama, berjalan kaki menuju akademi. Mereka merasakan musim gugur yang mulai menerjang Roshan Capital.
"Hei, Zhukov." Gadis bersyal, Akishima, memanggil Zhukov di sampingnya.
"Iya. Tumben kamu tidak bersama dengan Rivandy. Ada apa?" Siswa satunya, Zhukov membalas sapaan Akishima, merasa ada yang aneh dengan tingkahnya saat ini.
"Tidak ada. Dia hanya berjalan bersama 3 beban." Akishima merespon."Dia menggendong dua sampai tiga gadis. Jadi, dia berjalan lebih lambat daripada sebelumnya."
"Bersama tiga gadis beban? Ada apa dengan mereka?" Zhukov semakin ingin tahu apa yang terjadi dengan Rivandy sepenuhnya.
"Yah, itu ... Kau tahu. Rivandy menjadi siswa yang harus melayani para gadis. Jadi, ...." Akishima tidak bisa menahan tawanya, tidak boleh tertawa di hadapan Zhukov dengan alasan sopan santun.
"Rupanya dia lebih sial. Apakah kau pernah bertemu dengannya?"
"Iya. Sebelum pergi dari apartemen, aku pernah melihatnya sebelumnya. Dia meminta pertolonganku. Tapi, aku tidak mau dan meninggalkan begitu saja. Jadi, beginilah dia sekarang." Ia menjelaskan dengan rinci, tidak ketinggalan informasi apapun.
Zhukov mendengar semuanya. Keluhan demi keluhan sudah didengar beberapa kali dari mulut gadis bersyal. Kini, dia harus mengatakan dengan jujur.
"Akishima. Seharusnya, kau membantu dia. Tolong naiki pundak Rivandy agar dia tidak bisa jalan. Berikan beban yang lebih berat kepada seorang pangeran. Dia akan siap menanggungnya." Bukannya membela Rivandy, Zhukov menyarankan agar Rivandy semakin mendapatkan masalah.
"Tidak mau. Dia akan menjerit kesakitan jika aku menambahkan beban pundaknya pada Rivandy. Aku ini tidak mau menyakitinya lagi." Akishima menolak, namun ia menyindir Rivandy karena selalu mendengarkan permintaan para gadis.
Mereka sibuk menyindir di tengah perjalanan mereka. Jika sampai di akademi, mereka bergegas ke kelas lalu mengabaikan kehebohan di lorong akademi.
[***]
"Zhukov!" Akishima memanggil, keadaannya berada di ujung tanduk.
"Ada apa?" Zhukov bertanya, menoleh ke depan, ke Akishima. "Kau terlihat cemas."
"Aku lupa mengerjakan tugas matematika. Bagaimana ini?" Akishima panik, menunjukkan buku kosong kepada Zhukov, lupa mengerjakan soal matematika karena sibuk memata-matai seorang pangeran.
Zhukov berpikir sejenak, sudah menduga Akishima lupa mengerjakan tugas matematika. Sebelum perkenalkan diri pada pertama kali masuk kelas, Zhukov sudah tahu Akishima tidak bisa mengerjakan matematika.
"Baiklah. Kau harus menyalin buku tulisku dengan cepat sebelum Bu Minerva (Guru Matematika Peminatan) datang dan menghukum orang sepertimu." Zhukov memberikan buku catatan pada Akishima, menyerah karena waktu yang semakin mendesak.
"Baiklah. Laksanakan!" Akishima bergegas menuju ke bangkunya dan mulai membuka pensil lalu menulis di atas kertas.
Ini terbilang terburu-buru. Namun, tidak ada pilihan lain. Akishima harus menyelesaikan soal eksponensial dengan menyalin buku sahabatnya.
Hampir semua soal sudah ditulis secara buru-buru. Namun, tulisannya masih rapi. Kebanyakan perempuan di Roshan Capital bisa menulis dengan rapi. Berbeda dengan kerajaan yang lain yang hanya orang bangsawan yang bisa menulis dan membaca.
Hampir selesai. Akishima akan menyelesaikan pekerjaan rumah yang dikerjakan di akademi. Ini adalah tindakan yang tidak boleh ditiru namun dilakukan oleh sejumlah siswa dan siswi di sekolah. Mereka mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah ketika waktunya sedang mepet dan ingin dikumpulkan.
"Sedikit lagi selesai, aku akan ..." Nasib Akishima menjadi malang, ada seorang wanita yang sudah berdiri di depan matanya. Ia bersiap untuk menghukum gadis di depannya.
"Ehem." Suara dehem terdengar oleh Akishima, mata Akishima langsung tertuju pada sosok yang menyeramkan.
Muncullah sosok wanita yang memiliki aura membunuh, membawa kayu rota yang digunakan untuk membunuh mental para murid. Ini bisa digunakan untuk menghadapi murid nakal, suka menyontek dan tidur di pelajaran guru.
"Apa yang kau kerjakan, Akishima Renji?" Kacamata Bu Minerva menatap Akishima, mengintimidasi murid nakal yang suka menyalin buku murid lain.
Akishima tersenyum kecut, mendapatkan firasat tidak enak karena aura Bu Minerva yang terkesan membunuh dan tidak kenal ampun. Sama seperti Bu Rivera, Guru Sejarah Roshan.
"Maafkan aku, Bu. Aku lupa mengerjakan matematika." Tanpa rasa bersalah, Akishima menjawab dengan jujur, tanpa menyembunyikan apapun.
Bu Minerva tidak suka mendengarkan alasan. Dia dianggap guru yang mematikan karena sikap yang keras terhadap muridnya, sampai membuat murid bungkam sampai pelajaran berakhir.
"Akishima Renji! Kau dihukum karena menyalin tugas matematika. Seharusnya, kau harus mengerjakan tugas matematika tepat waktu, bukan terlambat." Bu Minerva menegur dengan suara menyeramkan, namun Akishima bersiap menerima hukuman tersebut.
"Dan Zhukov. Kau dihukum karena memberikan buku dan membiarkan Akishima menyalin bukumu." Tidak hanya itu, Zhukov dihukum karena memberikan buku untuk disalin.
"Baik, Bu." Tanpa keluhan, Zhukov melaksanakan hukuman tersebut. Dia berdiri meninggalkan bangku dan keluar kelas bersama Akishima.
Akhirnya, Akishima dan Zhukov berdiri di lorong akademi sambil meratapi nasib mereka. Karena itu, mereka dihukum sampai pelajaran Bu Minerva selesai.
"Maafkan aku. Aku membuatmu dihukum." Akishima meminta maaf, membungkukkan badan ke arah Zhukov agar dimaafkan.
"Tidak apa-apa. Yang penting kita menerima hukuman dengan senang hati, tanpa keluhan sekalipun." Zhukov merespon, menerima konsekuensi tanpa ada bantahan sekalipun.
Mereka berdiri di lorong, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Bu Minerva memberikan penjelasan setelah para murid mengumpulkan tugas mereka. Semuanya hening, tidak ada yang bisa dilakukan oleh dua orang yang dihukum.
Tak lama kemudian, seorang siswa pangeran berjalan di lorong. Pangeran tersebut memegang lusinan buku pelajaran yang dibawa oleh guru.
Akishima dan Zhukov terkejut, bukan karena ada murid yang berada di luar kelas, melainkan pakaian yang tidak bisa dikenakan oleh para lelaki sebelumnya.
Pakaian yang dikenakan Rivandy adalah baju akademi dengan rok pendek seperti anak perempuan, ditambah dengan kaus kaki panjang yang menutupi kaki sampai paha.
Ini sudah biasa dikenakan oleh seorang laki-laki yang berperilaku seperti anak perempuan. Jika ada laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan, mereka dijadikan bahan tertawa.
Akishima dan Zhukov menahan tawa mereka, melihatku seperti anak perempuan yang manis dan cantik.
"Apa yang kau pakai, Rivandy?" Akishima tidak tahan memandangku, sangat cocok jadi anak perempuan.
"Kau sangat cocok menjadi anak perempuan." Zhukov melanjutkan, menutup mulutnya agar tidak tertawa.
Aku tidak mengerti, langsung bertanya,"Apa yang lucu?"
Akishima bertanya, "Tidak ada. Kenapa kamu berpakaian seperti anak perempuan?"
Aku mengingat kenapa memakai pakaian yang memalukan seperti ini. Semuanya berawal dari ketiga gadis yang digendong, meninggalkanku karena pelajaran pertama akan dimulai.
"Itu karena aku ... terlambat masuk kelas. Ketiga gadis itu malah masuk kelas meninggalkanku dan terkena hukuman keterlambatan."
"Bu Rivera menghukumku karena waktu itu dia bertugas kedisplinan di depan gerbang. Karena terlambat, aku disuruh memakai seragam perempuan dan menjadi pelayan bagi para guru. Aku harus mengirimkan buku ke kelas yang berbeda sampai pelajaran kedua berakhir."
Akishima dan Zhukov mendengarkan ceritaku sampai habis. Mereka menghela nafas panjang. Ternyata, masih ada yang lebih malang daripada mereka berdua.
"Sepertinya nasib kita lebih baik daripada Rivandy." Akishima berbisik, suasana hati menjadi lebih baik.
"Kau benar. Kita harus memperlakukan Rivandy seperti anak perempuan." Zhukov membalas bisikan Akishima.
"Sepertinya, aku harus ke Kelas I Saintek D untuk memberikan buku pelajaran pada guru yang bersangkutan." Aku bergegas meninggalkan mereka berdua, harga diriku sudah hancur dibuat mereka.
"Dadah, Rivany-chan! Semoga harimu menyenangkan." Akishima berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.
"Tolong angkat rokmu! Para gadis akan menggodamu." Zhukov menambahkan, ingin melihat isi rok yang kukenakan.
Akhirnya, mereka menjalani hukuman dengan senang hati. Ternyata masih ada orang yang lebih malang daripada mereka.