Chereads / Rivandy Lex : Classical Academy. / Chapter 20 - Keseharian Akademi : Gunting Kertas Batu

Chapter 20 - Keseharian Akademi : Gunting Kertas Batu

Karena mereka melihatku disuap seorang lolita, Akishima membuat usulan yang menyedihkan, permainan yang digunakan untuk bersenang-senang.

"Gunting kertas batu? Permainan apa itu?" Aurora tampak kebingungan, memasang wajah penuh tanda tanya.

"Aku tidak pernah mendengar permainan itu sebelumnya." Sheeran membuat ekspresi bingung, tidak mengetahui permainan anak kecil.

"Iya. Benar. Permainan yang digunakan untuk mengundi. Siapa yang menang, dialah yang bisa melakukan apa saja karena dia adalah seorang pemenang." Akishima memberikan penjelasan mengenai permainan itu.

"Gunting mengalahkan kertas, kertas mengalahkan batu, dan batu mengalahkan gunting. Tidak ada yang tidak adil. Ini tergantung pada pemula dan berpengalaman."

"Jadi, siapa yang menang, kalian boleh menyuap Rivandy sesuka hati mereka." Setelah menjelaskan, Akishima

"Aku kurang mengerti tentang permainan itu. Sepertinya, boleh juga." Sheeran menerima usulan anak kecil begitu saja.

Aurora mulai mengerti, mulai membalas."Aku tidak boleh kalah dan ingin menyuap Rivandy."

Akishima merasa tertantang, tidak mau kalah oleh gadis lain. Persaingan semakin ketat karena kobaran api mereka meluas.

"Tentu saja. Kita akan menghabiskan bekal kami hanya untuk pangeran sepertinya." Dia menunjukku dan membuka bekalnya.

"Tapi, bagaimana kita menentukan pemenangnya? Kita kan berempat." Sheeran menoleh ke sekitar, memandang Akishima sejenak.

"Gunakan sistem gugur. Peserta yang kalah langsung keluar dari turnamen. Peserta yang menang akan melaju ke babak berikutnya dan bertanding lagi sampai pada putaran akhir. Hanya ada satu pertemuan untuk menentukan sang juara." 

Sistem gugur adalah pendapat yang bisa diterima. Aku baru berpikiran untuk menggunakan sistem tersebut.

"Ide yang bagus. Sekarang, aku akan menentukan permainan ini." Akishima tersenyum kecut dan  berniat memilih peserta sebelum mulai.

"Aku sudah menulisnya. Jadi, babak pertama, Akishima melawan Aurora dan Evelyn akan melawan Sheeran. Babak kedua, kalian melawan orang yang berbeda sampai babak ketiga. Tiga ronde suit. Yang mendapatkan dua kemenangan, akan melaju ke final." 

Aku sudah menuliskan semua pertandingan dengan sistem gugur di buku kecil milikku. Jadi, pertandingan gunting kertas baru bisa dimulai. 

"Sudahlah. Kita mainkan saja." Tanpa basa-basi, Akishima langsung memulai pertandingan.

Pertandingan pertama, Akishima berhadapan dengan Aurora dan Sheeran berhadapan dengan Evelyn. Tatapan mereka bersedia untuk beradu.

Aku melihat permainan mereka sekaligus menjadi wasit untuk mereka berempat. Jadi, tidak boleh ada kecurangan.

"Gunting kertas batu!" Tangan Mereka  bergerak cepat, kedua tangan mereka menentukan pertandingan mereka.

Selama pertandingan berlangsung, Akishima menang 2 ronde tanpa kekalahan. Sheeran melaju ke final meskipun lawannya agak berat.

"Yeah. Aku menang." Akishima bergembira karena kemenangannya.

Merasa kecewa, Aurora memasang wajah suram, masih menahan nafas panjang untuk pertandingan selanjutnya.

"Baiklah. Sekarang kita akan menentukan apakah aku akan menyuap Rivandy atau tidak! Ini adalah kesempatanku." Semangat Sheeran menggebu, ingin rasanya menang dan mendapatkan hadiah.

"Tidak bisa. Kau tidak akan menang melawanku." Akishima tidak mau mengalah, ingin menyombongkan kemenangan.

"Gunting kertas batu! Gunting kertas batu! Gunting kertas batu!" Pertandingan final semakin intensif.

Sheeran memilih gunting karena ia adalah seorang pemula. Akishima bisa menebak dan bisa mempermainkannya. Jadi,  Akishima bisa mengalahkan Sheeran dengan mudah.

"Kenapa kau menang terus?" Sheeran sempat protes, ekspresi wajahnya memerah dan mengepal tangannya.

"Karena kau selalu menggunakan gunting di awal  ronde. Jadi, aku bisa mengalahkamu dua kali berturut-turut." Akishima menjelaskan, mengarahkan gestur batu ke arah lawannya.

Sekarang, Akishima menang. Dia mendapatkan hadiah yang diinginkan oleh seorang gadis.  Dia membuka bekal dan mengarahkan sumpit kayu ke arahku.

"Sini. Rivandy. Buka mulutmu!" Akishima menyuapiku, terkesan seperti seorang kekasih yang indah.

Alhasil, mereka bertiga yang melihatku merasa iri dan mencoba memenangkan pertandingan di babak selanjutnya.  Setelah suapan itu, babak selanjutnya dimulai kembali.

Babak selanjutnya. Akishima berhadapan dengan Evelyn, Aurora berhadapan dengan Sheeran. Tangan mereka bersedia untuk memilih.

Pilihan di tangan ada pada diri mereka. Mereka harus mengalahkan Akishima agar bisa memberikan sesuap sendok pada mulutku.

"Gunting kertas batu! Gunting kertas batu! Gunting kertas batu!" Intensitas pertandingan menjadi lebih cepat.

Akishima menang tanpa menelan kekalahan sekalipun. Sementara itu, Aurora dan Sheeran harus bertanding kembali karena mendapatkan satu poin dan satu seri.

Setelah pertandingan yang cukup lama, Aurora menenangkan pertandingan. Namun, ketika bertemu di babak final, tangan Akishima sangat cepat dan tidak bisa ditebak. Jadi, dia bisa mengalahkan Aurora.

"Aku menang lagi." Merasa kegirangan, Akishima memenangkan pertandingan seperti seorang pemenang.

"Kenapa aku kalah lagi?" Aurora tidak terima kekalahan, merasakan dengki karena selalu kalah. Padahal, ingin menghabiskan makanan untukku.

"Karena aku tidak pernah kalah dalam permainan. Jadi, aku bisa menyuap Rivandy sesuka hatiku." Akishima menoleh padaku dan memberikan suapan dengan sumpit kayunya.

"Rasanya, sedikit asin. Tapi, masih bisa dimakan." Aku mengomentari suapan sambil mengunyah pelan 

Pertandingan ketiga dimulai kembali. Untuk menentukan kemenangan lagi, mereka harus menenangkan pikiran mereka demi mendapatkan hadiah yang dinanti oleh para gadis.

Kali ini, Aurora melawan Evelyn. Kedua gadis itu bersedia dan berhadapan satu sama lain. Tatapan mereka hanya tertuju pada tangan lawan, memprediksi apa yang mereka keluarkan. Gunting, kertas, atau batu.

Kedua mata mereka membara, sembari memikirkan strategi untuk memenangkan sistem gugur. Hanya saru ronde yang tersisa sebelum Akishima menyuapiku tiga kali.

"Gunting kertas batu! Gunting kertas batu!" Aurora dan Evelyn menggerakkan tangan mereka dan beradu agar mendapatkan poin kemenangan.

Ronde pertama, Aurora membuat gestur tangan yang menyerupai kertas sementara Evelyn sebaliknya. Tangan kecilnya membentuk sebuah gunting. Jadi, Evelyn menang.

Ronde kedua, tangan Evelyn membentuk kertas. Aurora mengeluarkan batu, mengira Evelyn mengeluarkan gunting. Akhirnya, Aurora frustasi dan tidak mau main lagi.

Evelyn melanjutkan ke babak final, berhadapan dengan Akishima atau Sheeran. Sudah pasti Akishima akan menang. Tapi, Sheeran tidak mau mengalah. Gadis violet itu berniat menyuapiku di tengah piknik musim gugur.

Giliran Sheeran dan Akishima. Persaingan mereka tidak ada habisnya, selalu bertengkar hanya karena seorang pangeran.

"Gunting kertas batu! Gunting kertas batu!" Akishima dan Sheeran  menggerakkan tangan mereka agar bisa berhadapan dengan Evelyn.

Sheeran kalah lagi, sangat kesal ketika tiga kali kalah secara berturut-turut. Tidak ada pilihan lain, Akishima meraih kemenangan beruntun.

"Kenapa aku selalu  kalah dari orang ini?" Sheeran tertunduk lesu, merasakan kekecewaan setiap menelan kekalahan.

Sekarang, tinggal Akishima dan Evelyn, menentukan kemenangan dan suapan ke tiga kalinya. Kedua mataku dan wajahku menjadi lemas, memperhatikan mereka

Akishima sudah bersiap, membuat kemungkinan apa yang dilakukan Evelyn. Pertandingan semakin sengit, menentukan siapa yang menjadi juaranya.

"Gunting kertas batu!" Kedua tangan mereka mengeluarkan tangan mereka untuk beradu.

Akishima memenangkan ronde Pertama. Ia mengeluarkan batu sementara lawannya mengeluarkan gunting. Namun, Evelyn tidak mau kalah, ingin membalikkan keadaan meskipun tidak mungkin.

Aurora dan Sheeran hanya menatap satu sama lain, terdiam lesu karena sering dihantui kekalahan. Jadi, mereka menonton saja.

"Gunting kertas ba-"

"..." Tiba-tiba seseorang memeluk Evelyn dan menidurinya.

Ekspetasi diluar dugaan, sampai Akishima terdiam kaku. Mereka tidak percaya, sempat meragukan insiden tersebut.

"Eh?" Aurora dan Sheeran terkejut, melihat insiden yang tidak sesuai kenyataan.

"Apa yang terjadi?" Aurora mendekati Akishima, menepuk bahunya.

"Kenapa tidak aku saja?" Sheeran tertunduk lesu, ingin menangis karena berharap ingin dipeluk pangeran.

Setelah ditelusuri, Evelyn dipeluk tiba-tiba olehku, kekurangan jam tidur mengakibatkan harus tidur di siang hari.

"Aurora. Tolong aku!"

"Jangan pergi! Aku tidak ingin meninggalkanmu." Sempat mengigau, tanganku memeluk Evelyn dan

Semuanya terdiam, piknik menjadi bencana bagi seorang lolita. Dia telah menjadi sasaran pangeran.

"Ja-Jangan khawatir, Evelyn! Aku akan menyelamatkanmu." Aurora mencoba menjauhkan Evelyn dariku, memeluk lolita yang penuh trauma lalu pulang ke rumah Evelyn.

"Seharusnya aku yang dipeluk." Sheeran lari meninggalkan piknik dan pulang ke rumah.

"Menjijikkan. Aku pulang saja." Akishima bersiap pulang dan menutup bekalnya, meninggalkan kami.

Akhirnya, aku ditinggal sendirian, tidur pulas dan tidak menyadari keberadaan mereka. Meskipun sepi, aku bisa tidur dengan tenang.