Chereads / Rivandy Lex : Classical Academy. / Chapter 11 - Siswa Populer : Pertemuan di Perpustakaan

Chapter 11 - Siswa Populer : Pertemuan di Perpustakaan

Jam 12:00, lonceng akademi menggelegar. Memberikan informasi pada murid akademi untuk pulang sekolah. Mereka meninggalkan pelajaran yang melelahkan.

Biasanya, siswa siswi akademi meninggalkan kelas dan berada di tongkrongan akademi. Ada yang menetap sampai sore, mengikuti klub akademi atau langsung pulang.

Aku membereskan peralatan akademi dan berniat untuk mengembalikan buku pinjaman di perpustakaan. Evelyn, Aurora menghampiriku dan menanyakan niat dari siswa pangeran.

"Rivandy. Kamu pergi kemana, desu?"

"Mengembalikan buku lalu meminjam buku yang lain."

"Jangan lupa pinjam buku biologi yah?!"

"Aku paham. Aku tidak pernah melupakan itu."

Aku meninggalkan kedua gadis lalu keluar dari kelas. Tanpa salam perpisahan karena ingin pulang bersama mereka berdua.

Sebaiknya, aku harus berjalan cepat agar tidak menjadi pusat perhatian.

[***]

Di ruang perpustakaan akademi, terdapat banyak sekali buku yang tersusun rapi, terutama buku pelajaran. Buku Magister dan Buku Sarjana jarang terlihat. Hanya orang yang membosankan yang berminat dengan buku itu.

Di luar perpustakaan, terlihat pintu yang besar dengan corak emas dan lambang Klan Spyxtria. Melambangkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan. Rakyat jelata, kasta Prostolya mendapatkan pengetahuan dan memajukan kualitas hidup.

Aku membuka pintu dengan perlahan. Mendengar sebuah obrolan gadis yang hening. Meskipun pelan, suara mereka lembut, aku tetap mendengarnya.

"Wah! Aku bisa mengerjakan matematika dengan bantuan Pangeran Krasiva."

"Benarkah? Rasanya seru sekali. Aku ingin bertemu dengannya. Mungkin dia bisa mengajariku sesuatu."

Ternyata mereka menggosipkan tentang aku. Tidak disangka aku populer terlalu cepat. Hanya melalui cibiran para gadis, berita hangat melesat begitu saja.

"Aku harus mencari buku biologi lalu meninggalkan tempat ini."

Aku mempercepat langkah kaki untuk mencari buku biologi. Entah apa materinya, yang penting aku memberikan pada Aurora.

Setelah menemukan rak buku dengan susah payah, aku menemukan buku yang cocok untuk gadis berambut ekor kembar. Aku bergegas untuk mengambil buku itu lalu memberikan padanya.

Namun, tangan yang lain menyentuh tanganku. Lembut dan lemah gemulai. Aku menarik tanganku dan bergegas menoleh padanya. Dia melakukan hal yang sama, sehingga terjadi sebuah kontak.

"...."

"...." Tidak ada pembicaraan.

Gadis itu lebih tinggi dari Aurora. Namun, ia memiliki minat yang sama. Tubuh bercak merah, namu masih lembut. Bagaikan bunga yang telah diambil.

"... Ano. Aku ..."

"Silahkan! Kau membutuhkannya kan?"

"Tentu saja tidak! Aku memang membutuhkannya. Tapi, aku bisa mengambil sendiri."

Gadis ini terlalu baik. Percuma aku memberikan buku biologi padanya. Dia terlalu malu pada remaja sepertiku. Setidaknya, aku bisa menangani gadis ini.

"Ini. Aku memberikannya untukmu. Masih ada 10 buku yang sama di dalam rak itu. Jadi, ambillah!"

Tangannya bergerak sedikit demi sedikit. Namun, masih memberanikan diri untuk menyentuh buku itu. Lalu mengambilnya dengan cepat.

"Te-Terima kasih! Aku harus bergegas sekarang juga!"

"Itu bukan apa-apa bagiku."

Aku mengambil buku yang lain. Untung saja buku biologi itu memilik stok sebanyak 10 buah. Kalau tidak, terpaksa aku harus merangkum buku ensiklopedia lalu memberikan pada Aurora.

Buku Biologi Umum, karya Reina Spyxtria. Buku yang dirancang khusus oleh Klan Spyxtria. Sampul buku biologi dengan lambang Klan Spyxtria di kanan bawah. Namun, Reina tinggal di luar Krasnaya Line. Jadi, ini bisa dibaca oleh khalayak umum.

Sedangkan Buku Ensiklopedia adalah buku yang dibuat seorang pangeran dari Krasnaya Line. Karena Pangeran Slavyark memiliki pengetahuan yang luas, dia pun membuat ensiklopedia sampai 15 buku.

Buku ini disimpan lalu disalin oleh Cherry meskipun sebagian, lalu disimpan di perpustakaan akademi.

"Aku ingin ke resepsionis perpustakaan dulu. Kau bisa membacanya di sini."

"Tu-Tunggu dulu!"

"...." Aku menoleh pada gadis itu.

"Ada apa?"

"Bo-Bolehkan kamu menemaniku untuk sementara?"

"Kenapa? Apakah kamu memiliki masalah?"

"Sedikit. Tapi ..."

"Tidak masalah. Aku akan menemanimu. Kita bisa duduk di sana." Kedua bola mataku tertuju pada meja perpustakaan.

"Baiklah!"

Kami memutuskan untuk duduk bersama. Menemani gadis yang bermasalah dengan buku biologi. Aku tidak keberatan. Asalkan dilindungi oleh cibiran gadis.

[***]

Setelah menemani gadis itu, kami beranjak dari kursi dan bergegas untuk meminjam buku kami di meja resepsionis.  Setelha sampai, kami melirik pada wanita yang asyik membaca buku;.

Seorang wanita yang duduk di kursi repsesionis didatangi oleh kedua murid yang membawa buku. Meminta pada wanita itu untuk meminjam buku sampai 3 hari. 

Ia bergegas merapikan penampilan dan  pandangan. Buku disimpan di meja dan kacamata monokel dirapikan. Dia bisa melihat kami eakan-akan dia memiliki kekuatan sihir berupa indra keenam. 

"Selamat datang di perpustakaan. Ada yang bisa dibantu?"

"Aku mau meminjam dua buku ini untuk 3 hari." 

"Baiklah, aku akan menulis administrasi dulu. Jadi, tunggu ..."

Wanita itu memandangku dan menghentikan badannya. Kedua bola mata tertuju pada seorang pangeran. Menimbulkan bekas warna merah di wajah wanita itu. Mabuk akan cinta dan romansa. 

"... Sebentar, Pangeran! Aku akan melakukan ini semua untukmu!"

Dengan senang hati, dia bergegas untuk mengisi administrasi peminjaman buku. Tidak mau mengecewakan pangeran di depannya.  

Tidak masalah para gadis menyukai pangran. Bahkan, mereka akan memiliki rencana untuk berhubungan manis dengan pangeran. 

Setelah menulis dengan perasaan yang menggebu, wanita itu bergerak dengan gesit lalu kedua tangannya memegang kedua buku dengan erat.

"Ini. Dia. Jangan lupa kembalikan yah! Kalau tidak, kamu harus mengajakku kencan." 

"Saphine. Ini. Punyamu.  Kau bisa datang ke sini " Aku mengambil buku pinjaman dan memberikan kepada Saphine.

Setelah mendapatkan buku biologi, aku dan Saphine memutuskan untuk meninggalkan resepsionis bersama dengan buku dan catatan peminjaman.24

"Aku pergi dulu. Aku akan datang ke sini besok."

"Jangan lupa datang padaku besok!" Wanita itu melambaikan tanganku. Berharap aku membalas sapaan itu.

Aku membalasnya. Meskipun tanpa senyuman, wanita itu menunjukkan rasa bahagia karena pertama kalinya bertemu dengan Pangeran Tampan.

[***]

Setelah keluar dari perpustakaan, kami berhenti sejenak. Ingin menanyakan apa yang dilakukan oleh gadis itu dengan buku biologinya.

"Oh iya. Kamu rajin juga. Baru tiga hari, kau ingin membaca semua materi ini."

"Tidak! Bukan apa-apa. Aku belum seberapa."

"Oh iya. Dari tadi, dia memujimu dengan sebutan pangeran. Ada apa?"

"E ... Sulit sekali untuk menjelaskan. Bahkan, para gadis selalu memikirkanku setiap istirahat.

Gadis di sampingku tertawa kecil.  Membuat hubungan denganku semakin akrab. Akhirnya, dia memutuskan untuk memperkenalkan namanya

"Kamu memang begitu. Oh iya. Namaku Saphine Vera. Aku adalah siswi yang rajin."

"Rivandy. Itu namaku."

Bertatapan satu sama lain. Rambut berwarna perak panjang dengan aksesoris pita kupu-kupu yang melekat pada dahi.

Warna mata kuning matahari dan putih dengan bercak merah. Ini saatnya untuk berpisah.

"Kalau ada kesempatan, aku akan mencarimu di kelas. Aku pulang dulu."

"Aku juga mau pulang. Mereka berdua akan menungguku di kelas. Kalau kelamaan, mereka akan memarahiku."

"Sampai jumpa lagi di perpustakaan!"

Saphine melambaikan tangan padaku dan bergegas berpisah dariku dengan buku biologi. Langkah kakiku berbeda dengannya. Aku harus ke kelas untuk menemani 2 gadis itu.

"Saatnya ke kelas! Mereka akan menungguku."

[***]

Setibanya di kelas, aku bertemu dengan mereka berdua. Rasa cemas dan kekhawatiran mereka memuncak. Itu sebabnya mereka mengeluarkan keluhan setelah menunggu lama.

"Lama sekali, desu! Aku tidak bisa menunggumu lagi, desu!"

"Apa kamu tersesat, sehingga kamu harus keliling perpustakaan selama ini?"

"Aku tidak tersesat. Aku harus membacanya dulu sebelum memberikannya padamu." Aku memberikan buku biologi pinjaman kepada Aurora.

"Kamu curang! Kenapa kamu malah membacanya duluan?"

"Itu ...."

"Hukum Rivandy, desu! Kita harus pergi ke toko permen sebelum pulang, desu. Rivandy yang traktir, desu."

"Jangan seenaknya! Aku harus pulang dan tidur sekarang juga."

"Ayo, Evelyn! Kita pulang sambil membeli permen. Tinggalkan Rivandy sendirian!"

"Asyik! Permen manis aku datang, desu!"

"Hei! Tunggu aku!" Aku mengejar kedua gadis yang mengabaikanku.

Terpaksa aku menuruti permintaan mereka. Meskipun harga permen itu murah, aku harus menyimpan uang untuk kebutuhan yang lain.

"Heh. Aku kehilangan 18 Aegis dalam sehari."