Chereads / Rivandy Lex : Classical Academy. / Chapter 12 - Siswa Populer : Idola Siswi

Chapter 12 - Siswa Populer : Idola Siswi

5 Ucheryc 1464, Akademi Spyxtria, musim gugur Moskow begitu indah. Tiada sinar matahari yang memanaskan. Hanya awan dan embusan angin yang dingin.

Murid akademi harus masuk ke kelas karena pelajaran akademi akan di mulai. Mereka menunggu kedatangan guru mereka untuk memulai pelajaran.

Di Kelas I Saintek A, seorang guru Biologi, Misha Elezyara memasuki kelas, Wanita bertubuh anak kecil dengan rambut ungu panjang terurai dan mata biru malam. Terlihat ramah meskipun melenceng beberapa etika sebagai seorang guru.

"Halo, anak-anak!"

"Halo, Bu."

"Namaku adalah Misha Elezyara. Guru Biologi kalian. Sekarang. Aku disini akan mengajari kalian. Coba buka halaman 2 untuk memulai pelajaran kali ini."

"Baik, Bu."

Pelajaran Biologi dimulai. Bu Misha mengeluarkan buku pengetahuan biologi. Pelajaran pertama, pengenalan dari belakang biologi. Dimulai dengan pengertian sampai dengan manfaat biologi.

Tanpa disadari, sebuah tangan menjulang ke atas. Memberikan sinyal pada Bu Misha untuk menunda pembelajaran. Ia mendekati beberapa langkah agar terlihat jelas.

Terlihat seorang remaja yang memberi perhatian. Semua mata tertuju pada remaja itu. Remaja yang dianggap populer bagi gadis Kelas I Saintek A. Ia mengangkat tangan dengan seruan yang lembut.

"Bu."

"Ada apa?" Perhatian Bu Misha tertuju pada seorang remaja.

"Halaman 4 ini menjelaskan apa? Dari yang kubaca, dijelaskan tentang sejarah biologi."

"Eh? Yang mana?"

"Halaman 4. Abad Pertengahan Roshan. Sekitar 700-1400 Tahun Vortunya. Tapi, menurut Extrenera Klashera, seorang pemuda pengelana di Kerajaan Timur, dalam buku Roshan Medieval, perkembangan abad pertengahan dalam wilayah Roshan adalah 4 Poluska 699 sampai dengan 31 Sneght 1401. Apakah Extrenera orang yang benar atau salah?"

"Eh?! Aku tidak mengerti. Aku tidak bisa menjelaskan yang itu."

"Lagipula, ada spesies bunga yang menarik perhatianku. Bunga Alevera masuknya bunga jenis apa? Bunga Tropicheski atau Bunga Letny?"

"Kalau di Ensiklopedia, Bunga Alevera termasuk jenis Bunga Tropicheski. Tapi, di Buku Magister, Bunga Alevera termasuk jenis Bunga Letny. Bisa jelaskan perbedaan ini?"

Entah keluhan atau pertanyaan. Tidak disangka seorang remaja yang berbakat menyebabkan guru biologi sunyi.

"Aku jadi pusing. Sakit kepala." Kepala Bu Misha menjadi tidak enak."Mohon maaf, anak-anak! Aku sedang pusing karena pertanyaan remaja ini. Aku harus ke ruang kesehatan dulu. Kalian belajar sendiri yah!"

Bu Misha meninggalkan kelas. Meninggalkan buku absen di atas meja adalah kecerobohan seorang guru.

"Kya! Pangeran menjatuhkan takhta guru Biologi dengan mudah."

"Dia langsung ke ruang kesehatan untuk membeli obat."

"Nasib memiliki guru Lolita seperti ini."

Di tengah ocehan, sebuah api besar membakar kedua gadis di sampingku. Aku tidak bisa menangani kedua gadis ini. Mereka terlalu ganas.

"Rivandy bodoh! Ini semua salahmu! Kau harus memperbaiki semua ini!" Aurora  mengeluarkan aura suram kepadaku.

"Iya, desu! Kamu akan membunuh guru biologi dengan ocehanmu, desu." Evelyn melakukan hal yang sama. Menuduhku sebagai penjahat karena membunuh guru.

Entah kenapa mereka berdua cukup mengganggu dengan amarah mereka. Keganasan mereka tidak bisa diremehkan. Hanya satu yang bisa kulakukan, yakni menebus kesalahanku.

"Aku mengerti. Aku akan mengajari kalian." Tidak ada pilihan lain. Aku beranjak dari bangku kelas.

Langkah kakiku maju ke depan. Tatapan mata datar dan telapak tangan memegang buku biologi. Untung aku merangkum materi sebelum pertemuan pertama. Ini bisa berguna untuk momen terdesak.

"Baiklah, kalian semua! Pelajaran kali ini masih berlanjut. Karena Bu Misha sedang ke rumah sakit. Jadi,  aku akan menggantikannya!"

"Jika kalian mengabaikanku, tidak ada pilihan lain aku akan mengeluarkan kalian dari kelas. Jadi, jangan tidur dan makan di kelas! Aku tidak akan segan pada kalian. Kalian mengerti?"

"Baik, Pangeran! Kami tidak akan berpaling darimu." Para siswi menerima semua perkataanku.

Syukurlah, mereka mendengarkanku! Mereka tidak akan mengobrol untuk sementara. Karena pengetahuanku, aku tidak akan cemas. Aurora dan Evelyn menerimaku.

Mereka mengikuti pelajaran seperti biasanya. Aku mengajari mereka dengan rotan di tanganku. Semua berjalan seperti biasanya.

[***]

Setelah pelajaran sejarah berakhir beberapa waktu. Para siswa dan siswi bergegas meninggalkan kelas karena matahari sudah berada di atas kepala mereka.

Sementara itu, aku dan kedua gadis membereskan bangku kelas. Kami berbicara sedikit untuk mengisi keheningan di kelas.

"Rivandy. Ayo pulang!" Aurora mengajakku pulang.

"Tapi, aku harus memesan makanan di kantin. Aku lupa membeli bahan makananku di pasar."

"Jangan khawatir, desu! Kami menerima alasanmu, desu. Tapi, kalau kamu kembali dalam keadaan tidak sehat, aku akan membawamu ke surga, desu." Evelyn menunjukku dengan jari telunjuk.

"Oke. Aku janji. Aku akan baik-baik saja."

"Aku akan menunggumu, Rivandy!" Aurora melemparkan senyuman padaku.

"Aku akan membeli es krim vanilla untukmu, desu."

Aku keluar dari kelas. Membalas respon mereka berdua. Berjalan pelan dan santai. Terkesan tidak buru-buru. Aku masih punya banyak waktu saat ini.

Setelah membeli makanan di kantin dengan harga 3,6 Aegis atau 1,4 Poundsterling, aku kebencanaan kembali ke kelas. Aku sudah mengembalikan buku absen Bu Misha lalu mengembalikan buku di perpustakaan.

Di lorong akademi yang luas, ada sekumpulan gadis yang ramai. Teriak para gadis membuatku tidak bisa kembali ke kelas Keramaian itu seolah-olah memberi perhatian padaku.

"Apa itu? Kelihatannya ramai sekali."

Aku melirik mereka. Ingin mengetahui motif meraka. Rasa keingintahuan yang besar membawaku kepada keramaian itu

Ada empat gadis dengan warna gaun yang berbeda. Merah, kuning, hijau, dan biru. Persis warna pelangi. Mengenakan gaun yang indah dan menawan sesuai dengan warna rambut mereka.

Tidak ada alat musik. Suara halus dan lembut mereka adalah alat musik itu sendiri. Mereka menjadi populer di kalangan gadis.

"Terima kasih, semuanya! Semoga lagu yang kami ciptakan menghibur kalian."

Para gadis menjadi histeris. Mereka berempat membalas lambaian mereka. Sambutan hangat dari kalangan remaja.

"Mereka siapa?" Aku menanyakan salah seorang gadis tentang keempat gadis itu.

"Kau tidak tahu?! Mereka adalah Printesta Idol. Idol yang populer di akademi ini."

"Oh begitu. Aku pergi dulu. Aku harus pulang dan tidur dulu."

"Silahkan. Tapi, ... Pangeran!"

"Eh?!" Aku kena lagi.

"Ada Pangeran!" Para siswi mulai memanggilku dengan penuh asmara.

"Pangeran disini! Tolong ajari aku dengan penuh kasih sayang!"

"Pangeranku! Kumohon! Jangan pergi yah!"

Karena semua perhatian para gadis tertuju padaku, keempat gadis itu, Printesta Idol, mendapatkan ide yang cemerlang.

"Karena ada sosok Pangeran Tampan, kami akan menyanyikan lagu untuknya. Lagu untuk Pangeran sangat spesial kali ini!"

"Yeah!"

"Hore!"

"All Hail Printesta Idol!"

"All Hail Printesta Idol!"

"All Hail Printesta Idol!"

Mereka bersorak gembira. Memberikan jalan sekaligus memaksaku maju ke depan. Aku hanya menerima dorongan dan dukungan mereka.

Aku sudah berhadapan dengan mereka berempat. Mereka bersedia untuk menyanyikan lagu dengan tema yang sesuai. Kali ini, mereka akan menyanyikan lagu tentang pangeran.

"Five. Four. Three. Two. One!"

Dengan kekuatan sihir mereka, memberikan nada lembut dan lemah gemulai. Mulut mereka seperti alat musik klasik. Piano, gitar, seruling, dan drum tidak diperlukan lagi. 

"Sihir Gitar : Kunci F!"

"Sihir Piano : Mayor C!"

"Sihir Drum : Moderato!"

"Sihir Seruling : Piccolo Record!"

Melodi keempat gadis sungguh kompak. Selaras dengan nada satu dan lainnya. Aku hanya terdiam mendengar nyanyian merdu mereka. Mereka memujiku sekaligus merayuku. Memberiku buket bunga dan memaksaku tersenyum.

Printesta Idol - My Prince

~~

Matahari bersinar terang, langit biru ceria.

Bertemu Pangeran di kelas.

Ucapkan 'Halo!' Pada Pangeran!

Dia sangat tampan, lebih cerdas dan mulia.

Ketika aku memberikan bunga, dia tersenyum.

Jangan khawatir! Aku akan menjadi kekasihmu.

Jangan sungkan-sungkan dengan kami.

Kami akan bersamamu sepenuh hati.

Tidak cukup dengan tangkai bunga? Ini buket bunga untukmu.

Jika kamu tidak keberatan, kami akan melamarmu.

Terimalah kami kalau kamu kesepian.

Jangan pernah bersedih! Kami akan berdansa denganmu.

Ikatan merah yang erat.

Warna kuning adalah kebahagiaan.

Pemandangan hijau yang menenangkan

Keindahan langit biru adalah Ketampanan Pangeran.

Jangan lupa ajak kami!

Kami adalah rakyat jelata.

Kami ingin bertemu denganmu.

Tapi, dihadang prajurit bangsawan.

Undang kami!

Wahai Pangeran-ku!

Buatlah pesta yang meriah!

Jangan lupa buatkan makanan istana!

Hasutkan Raja dan Ratu!

Jangan terima tunangan Tuan Putri!

Kalau kamu bahagia, rayulah kami!

Gaun kami adalah gaun spesial.

Rakyat Jelata seperti kami, harus menderita.

Karena tidak ada ... Pangeran di sisi kami.

Undang kami!

Wahai Pangeran-ku!

~~

"Sakit!" Aku merasakan sakit ketika mereka menyentuh pipiku.

Lirik lagu itu menyambut seorang pangeran. Nyanyian harmoni mereka. Memberikan bunga untuk menyampaikan perasaan mereka. Dentuman lagu setiap saat menghibur para gadis dan membawa mereka pada sebuah dunia dongeng.

Setelah menyanyikan lagu itu. Mereka meninggalkanku. Dengan lambaian tangan lembut para gadis,

Aku pulang dengan tenang. Meskipun memegang buket bunga bukan masalah bagiku.

Baiklah, aku akan ke kelas sekarang juga.

[***]

"Rivandy! Apa yang terjadi padamu?" Aurora cemas padaku.

"Kamu diberikan bunga, desu."

"Tidak apa-apa. Aku hanya ..."

"Ayo pulang, desu! Kita harus mampir ke suatu tempat."

Kami memutuskan untuk pulang dan melupakan kejadian yang memalukan.