Chereads / Rivandy Lex : Classical Academy. / Chapter 15 - Seorang Pengawal : Perselisihan Kedua Gadis

Chapter 15 - Seorang Pengawal : Perselisihan Kedua Gadis

Tidak disangka aku bertemu dengannya. Kontak mata antara kami berdua tertuju pada Sheeran. Gadis berambut violet menyimpan perasaan mengenai kecurangan ini.

"Apa yang kau lakukan pada Darling? Aku tidak terima dengan kecurangan ini."

Di tengah amukan seorang gadis, Akishima mendekat. Memberikan bisikan berupa pertanyaan di telinga kiriku.

"Hei. Apa kau mengenalnya?"

"Iya. Dia adalah Sheeran, bukan orang asing." Aku menjawab bisikan itu.

"Rupanya dia menantangku berkelahi." Akishima mengepal tangan dan menyeringai.

"Yosh! Aku akan memberinya pelajaran!"

"Aku akan membasmi gadis bodoh sepertimu." Akishima menunjuk Sheeran sebagai gadis bodoh.

"Apa?! Aku tidak terima dengan ini. Rasakan kemarahanku!"

"Terima ini. Ksatria Legiun, Berubah!"

Pakaian parade Akishima terbuka secara otomatis. Seragam ksatria mulai berdatangan dan dikenakan oleh Akishima.

Kukira baju zirah ksatria itu besi atau baja. Ternyata hanya sebuah seragam biasa. Aku hanya terdiam dengan pikiran kosong.

"Darling! Jangan lihat dia!"

"...."

"Oo. Ternyata ksatria yang kutemui kemarin adalah Akishima. Heh. Aku tidak menduga hal ini."

"Bersiaplah untuk kalah kali ini!"

"Aku tidak takut. Aku akan mengorbankan nyawaku untuk Darling!" Sheeran menggunakan tas shoulder bag sebagai gada.

13

Akishima maju ke depan dengan pedang kayu untuk menghajar lawan. Meski tidak keras, namun tetap saja rasanya sakit.

Sementara itu, Sheeran mengayunkan tas dan mengarahkan serangan pada ksatria itu. Namun, tidak kena karena Akishima menghindar lebih dulu.

"Rasakan ini!"

"Terima ini."

Di tengah konflik kedua gadis itu, sebuah baju parade yang tergeletak di lantai. Aku mengambil seragam diam-diam lalu mencium bau yang harum.

"Harum sekali. Aku tidak pernah mencium aroma ini sebelumnya."

Aku tidak menyadarinya. Akishima melihatku mencium pakaian harum di tengah pertarungan. Pandangannya teralihkan dan mulai menunjukku.

"Apa yang kau lakukan? Jangan mencium pakaianku!"

"..." Aku hanya terdiam dan melanggar perintah.

Beberapa detik berselang, Sheeran berlari kecil dan meninggalkan pertarungan. Mulai mendekatiku seraya merayu agar pakaiannya dicium oleh pangeran sepertiku.

"Darling! Tolong cium pakaianku! Aku mencucinya seharian." Sheeran mengibaskan seragam biar aku bisa mencium bau harumnya.

"..." Aku merasakan bau bunga violet yang melekat. Lamunanku tidak bisa ditolong lagi.

"Kalian berdua! Jangan mengabaikanku!"

Akishima bergerak cepat sambil mengayunkan pedang kayu miliknya. Namun, refleks Sheeran lebih cepat, sehingga serangan Akishima meleset.

"Awas! Aku akan melindungimu!" Sheeran tidak sengaja mengarahkan kepalanya ke arah perutku.

Karena sundulan Sheeran mengenai perutku. Sundulan itu sangat sakit. Bahkan, bisa mematahkan tulangku jika dihantam keras. Tidak ada yang bisa kulakukan.

"Oof!" Perutku terasa ditinju dan tubuhku terjatuh ke tanah. "...."

"Da-Darling! Maafkan aku! Aku tidak berniat membunuhmu." Sheeran terkejut dan langsung menghampiriku.

"Jangan mati! Aku tidak meninggalkanmu sendirian." Air mata Sheeran keluar dengan deras sementara Akishima hanya terdiam kaku.

Di tengah tangisan Sheeran, kedua gadis datang menghampiri Sheeran dan Akishima. Gadis lolita dan berambut kuncir kembar menanyakan perkelahian antara kedua gadis.

"Apa yang terjadi?"

"Aku mendengar perkelahian ini, desu."

"Rivandy terjatuh dan tidak tersadarkan diri. Dan ini semua salahmu!" Ekspresi wajah Sheeran berubah menjadi amarah dan tuduhan.

Jari telunjuk Sheeran dipenuhi amarah. Akishima membalas tuduhan dengan cara yang sama.

"Apa? Kau sendiri yang menyundulnya."

"Aku berniat untuk melindunginya. Kau membuatku membunuhnya."

"Diamlah! Aku tidak membiarkanmu mendekatinya lebih jauh lagi."

"Beraninya kau! Aku akan ...."

"Te-Tenanglah kalian berdua! Jangan berkelahi!" Teriakan manis Aurora menghentikan pertengkaran mereka.

Kedua gadis yang berseteru terdiam setelah teriakan Aurora. Mata mereka tertuju pada Aurora yang menghela nafas setelah berteriak.

"Ja-Jadi, kenapa kalian bertengkar?"

"..."

"..."

"Tidak baik kalian bertengkar. Ka-Kalau begitu, aku tidak akan segan kepada kalian jika kalian bertengkar karena Rivandy. Kalian paham tidak?" Aurora menegur kedua gadis dengan keimutannya.

"Kami paham."

"Kami paham."

Semuanya paham. Penyesalan yang mereka alami karena membuatku terkapar di tanah. Evelyn memeriksa keadaanku tanpa sentuhan tangan.

"Rivandy sedang pingsan, desu."

"Jadi, bagaimana cara membawa Rivandy ke kelas? Dia terlalu berat untuk kita berempat." Amarah Aurora belum pudar.

"Aku punya ide yang bagus. Kalian tidak akan menduga ini."

[***]

".... Ngh?!"

Aku sudah siuman, membuka kedua mata karena sinar matahari. Gerakan mataku melirik dengan cepat.

Namun, hatiku berdebar kencang. Tubuhku tidak bisa digerakkan. Seperti ditahan seseorang. Mulutku tidak bisa bergerak. Mimpi buruk mulai menyerangku.

"Hei! Apa ini? Kenapa aku diperlakukan seperti ini?"

"Hei! Lepaskan aku!"

"Hei! Jangan sakiti aku!"

"Hei!"

Tidak mungkin. Aku merasa ditahan seseorang. Empat Ksatria berada di depanku, memegang tali seolah menawanku. Sebuah lambang religi membawaku ke mimpi buruk.

"Aurora! Evelyn! Sheeran! Dimana kalian?" Aku memanggil nama mereka meski tidak ada yang mendengarku.

"Rivandy!" Seorang ksatria warna biru langit memanggil namaku.

"Eh?! Siapa itu?" Pertanyaanku tersampaikan oleh ksatria biru langit.

"I-Ini aku. Aurora."

"Aurora! Apa yang kau lakukan? Evelyn dan Sheeran mana?"

"Mereka baik-baik saja. Ini adalah ide ksatria hitam itu."

"Begitu. Dasar Akishima! Seenaknya saja. Lepaskan aku! Aku tidak mau diperlakukan seperti ini."

"Maafkan aku! Aku tidak bisa. Ini demi kamu. Kamu harus diamankan terlebih dahulu."

"Hei. Cepatlah! Aku tidak mau ..."

"Berisik! Jangan bicara, desu!" Ksatria bertubuh lolita mengarahkan senjata padaku.

Aku pasrah. Tidak ada gunanya aku berteriak dan melepaskan diri. Mereka mengikat kedua tanganku dan kakiku diberikan pijakan kayu dan roda kayu. Karena aku terlalu berat, mereka harus membawaku dengan rantai.

Tak lama kemudian, timbul perasaan protes dari siswi akademi mengetahui aku ditahan oleh keempatnya ksatria. Tidak terima mendapatkan perlakuan Pangeran Matematika dieksekusi di depan umum.

"Hei! Apa yang kalian lakukan pada Pangeran Matematika?"

"Jangan membuat dia sedih! Dia adalah orang yang tidak berdosa."

"Menjauh darinya! Kalian tidak boleh menyiksa Pangeran kami!"

"Kami butuh bantuannya. Soal matematika kelas 1 cukup sulit untuk dikerjakan."

Seorang ksatria warna hitam maju sendirian, memberikan peringatan untuk lewat. Gestur ksatria itu seperti seorang aktor di pameran.

"Diamlah, kalian! Kalian tidak boleh mendekatinya. Dia perlu privasi disini. Jadi, kami akan menjaganya."

"Kalian tidak akan bisa berada di sampingnya."

Para gadis berkumpul setelah mendengar perkataan itu. Mereka mengumpulkan massa berupa seorang gadis untuk menghalangi jalan para ksatria.

"Kau tidak boleh lewat kali ini. Berikan pangeran pada kami atau kami akan menghajar kalian, ksatria kejam!"

"Yah! Kami akan membebaskan Pangeran dan memberikan perhatian padanya."

Tidak ada jalan. Keempat Ksatria tidak bisa maju ke depan. Kumpulan pada gadis mencegah jalan agar para ksatria itu menghentikan langkah mereka.

"Kita tidak bisa lewat, desu."

"Kalau begitu, kita hajar saja dia!" Ksatria Legiun Hitam mulai mengangkat senjata kayu untuk menghalangi para gadis yang marah.

"Mereka tidak boleh menyakiti Darling-ku! Aku ikut."

Konflik para gadis dan ksatria semakin memanas. Mereka harus menahan para gadis itu agar penjagaan mereka tidak jatuh kepada orang yang salah.

"Aurora! Bawa Rivandy, desu! Kami akan menahan mereka agar Rivandy selamat, desu."

"Tidak mau. Rivandy sangat berat."

"Cepatlah pergi! Tinggalkan aku!" Akishima memberikan rantai pada Aurora.

"Kalau Darling-ku dalam masalah, aku tidak akan memaafkanmu." Sheeran melakukan hal yang sama, menyerahkan tali rantai

Tidak ada pilihan lain. Aurora harus membawaku pergi dari perselisihan ini. Sementara itu, mereka bertiga sedang mengurus para gadis yang sedang mengamuk.

"Rivandy. Ayo!" Tangan Aurora memegang empat rantai berbeda. Gerakan tahanan berbanding terbalik.

"Kita mau kemana?"

Aurora mulai mempercepat langkahnya. Roda berputar dengan cepat, sehingga akubisa selamat. "Kita akan keluar dari sini. Bertahanlah!"

"Pelan-pelan!"

Setelah Aurora membawaku dari sini, para kerumunan saling melancarkan pukulan mereka. Ksatria Legiun Hitam mengayunkan pedang ke atas kerumunan gadis meskipun tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.

Ksatria Violet dan Ksatria Moccha menghunuskan pedang meskipun mereka tidak tahu caranya.

Sekarang aku sudah pergi. Mereka tidak bisa mengejar Aurora lagi. Mereka harus melewati mayat ketiga ksatria itu agar menemuiku.

"Pangeran! Jangan pergi! Kerjakan matematikaku!"

"Jangan pergi! Kami membutuhkanmu."

"Pangeran-ku!"