Pertemuan di pinggir kolam taman menguras pikiran kami. Ucapan batin tidak sesuai dengan perkataan mulut.
"Aku ... tidak tahu harus berkata apa. Soalnya, ... kamu terlalu tampan. Jadi, aku tidak bisa mengatakan apapun."
"Aku tidak mengerti maksudmu! Tolong tenangkan dirimu!"
Mencoba memahami gadis sangat sulit. Sedikit kesalahan akan berakibat fatal. Satu kata bisa merubah segalanya.
"Aku cemas sekali. Kamu tidak peka pada lingkungan sekitar. Kamu akan ...."
Rasa malu Sheeran dipancarkan ke udara. Ia tidak bisa mengungkapkan perasaan seenaknya.
Tubuh Sheeran tidak mau bergerak mundur. Hanya terdiam dan memberanikan diri adalah pilihan terbaik.
"Eh? Benarkah? Aku tidak mendengar hal itu sebelumnya." Aku mengalihkan pembicaraan.
"Tidak boleh! Kalau kamu demam, siapa yang akan merawatmu? Aku .... berniat untuk menolongmu." Sheeran menutupi wajahnya.
Aku menghela nafasku. Gadis ini tidak dapat ditangani dengan mudah. Berniat untuk menyelesaikan masalah ini karena ingin pulang ke apartemenku dan menjalani kehidupan normal.
Langkah kaki pelan mendekati gadis itu. Tatapan mata dan helaian tangan ingin menjelaskan sesuatu.
Itu akan membunuhnya. Hanya ketakutan dan kecemasan. Ketakutan akan perlakuan jahat dan kecemasan karena belum mengenalku lebih lanjut.
"Aku tidak apa-apa. Tubuhku tahan hujan. Tenang saja." Dengan tenang meskipun mengkhawatirkan.
"Te-Tenang apanya?! Habisnya, kamu ..." Sheeran dicela.
"Ayolah! Aku sudah bilang aku tidak apa-...." Kakiku menyentuh genangan hujan menyebabkan tubuhku hilang keseimbangan.
Badan tinggi terdorong ke depan. Tidak ada kesempatan untuk menghindar. Semuanya terjadi dengan mendadak.
"..." Aku menekan tubuh Sheeran ke bawah. Tubuhku lebih berat daripadanya akibatnya ia terjatuh bersamaku.
"..." Sheeran jatuh dengan genangan air di dalam pelukanku.
Sebuah cipratan air mengenai kami berdua. Pakaian kami dibasahi oleh air hujan yang menyentuh dengan tanah. Kami berdua terlena, tatapan kami semakin mendekat.
Secara tidak sengaja, bibir kami berdua menyentuh satu sama lain. Belum pernah merasakan pengalaman ini. Hanya sekali dengan kecelakaan fatal.
Pertama kalinya ciuman itu rasanya manis. Semanis coklat yang dicampurkan dengan stroberi. Melayangkan pikiran dan akal sehat dikalahkan oleh hawa nafsu.
"..." Sheeran merasakan ciuman yang tidak disengaja.
"Eh?" Pikiranku kabur dengan ciuman dan pelukan.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku malah melakukan ini?" Aku merasa bodoh dan mengutuk diri sendiri.
Aku bergegas melepaskan ciuman dan bangkit. Secara tiba-tiba melepaskan ciuman tanpa pikir panjang."Maafkan aku! Aku tidak sengaja melukaimu."
Tidak ada jawaban. Sheeran hanya terdiam dengan wajah merahnya. Percuma minta maaf jika dia tidak mendengarkan perkataanku.
Seketika selangkangan Sheeran menjadi basah. Teriakan yang meresahkan membuatku panik. Aku bersalah karena membiarkan kecelakaan itu terjadi.
"Hei! Apakah kau baik-baik saja?! Bertahanlah!"
Aku bergegas menggoyangkan tubuh Sheeran yang sudah dihipnotis. Tidak punya jalan lain karena nasi telah menjadi bubur.
"Ah! Ah! Ah!" Sheeran mendesah setelah ciuman tanpa sengaja.
Kepanikan menjadi lebih besar. Jika sampai diketahui oleh orang lain, akan menimbulkan kesalahpahaman yang besar.
"Apa yang kulakukan? Bagaimana ini? Aku tidak pernah menyentuh tubuh gadis sekalipun."
Perdebatan pikiranku masih berlanjut. Meskipun pikiranku panik, aku tetap tenang dan bertindak tidak gegabah. Perlu sedikit ketenangan agar menyelesaikan masalah ini.
"Aku harus membawanya ke rumah sakit. Di sana, dokter akan merawatmu. Tenang saja! Aku tidak akan macam-macam."
Kedua tanganku menggendong gadis berambut violet dengan refleks lalu berlari kecil meninggalkan pinggir kolam dan taman.
Kalau sudah tidak tertolong lagi, aku akan dianggap sebagai penjahat yang akan mengincar para gadis belia.
[***]
Di Rumah Sakit Zorovya, bangunan yang terletak di Taman Gorcyed 3 km sebelah utara.
Matahari hampir menyentuh tanah. Kegiatan ibukota kembali aman seperti biasa. Aktivitas rumah sakit masih berlangsung meskipun hari libur pada hari Sabtu.
Resepsionis rumah sakit menerima pasien seorang gadis yang terkapar akibat sebuah ciuman. Setelah menunggu lama di ruang tunggu, dokter itu mendekatiku dan mulai mengobrol denganku.
"Dok. Bagaimana dengan kondisi gadis itu?"
"Dia sedang berada di ranjang. Tenang saja!" Dokter itu duduk di sampingku.
Nafasku terbuang, lega karena dia baik-baik saja. Beberapa detik, dokter itu melontarkan beberapa pertanyaan padaku.
"Apakah kamu mengenalnya?"
"Tidak! Dia memanggilku dan khawatir denganku karena tidak berteduh saat hujan."
"Apakah kamu baik-baik saja? Kamu kehujanan rupanya." Dokter itu memberikan perhatian padaku.
"Tidak. Gadis itu lebih penting daripada diriku sendiri. Jangan salah aku membawanya kemari karena cemas." Aku mengelak pertanyaan dan lebih mementingkan orang lain.
Dokter itu berpaling dari wajahku dan beralih ke lorong rumah sakit. Penghuni rumah sakit berlalu lalang di lorong rumah sakit dengan pasien.
Tidak ada yang spesial. Menatap dokter dan mengurangi kecanggungan. Dokter itu kembali menelusuri identitasku dan mulai tertarik denganku.
"Setelah memeriksa tubuhnya, aku mengenal dari suatu tempat. sepertinya, dia adalah siswi Akademi Spyxtria."
"Eh? Benarkah? Aku tidak dengar sebelumnya. Mungkin, dia belum menyebutkan namanya dan mendekatiku begitu saja."
"Begitu yah? Aku rasa kamu harus hati-hati, Nak! Mungkin dia sedang berada suasana hati yang begitu meledak. Tapi, aku usahakan agar tidak mengulangi kejadian yang sama." Dokter itu menasehati.
"Soal pembayaran biaya rumah sakit, biarkan pihak akademi yang mengurusnya! Jika aku menemukan lambang akademi, aku akan merawatnya untuk sementara dan menyerahkan biaya administrasi."
"Aku mengerti." Kepalaku mengangguk pelan.
Dokter itu melemparkan senyuman terbaik. Tidak keberatan seorang remaja bertemu dengan orang dewasa. Ini memang normal.
"Oh iya. Sepertinya kamu harus pulang terlebih dahulu. Ini hampir malam dan seorang remaja sepertimu harus meninggalkan tempat ini."
"Mohon maaf atas gangguannya! Aku ingin pulang dulu."
Tubuhku meninggalkan kursi. Bola mata hitam tertuju pada seorang dokter berkacamata. Seragam putih dan alat kedokteran menjadi identitas sebagai dokter di Roshan Capital.
"Tunggu!" Sebuah suara mencegah kepergian.
Tidak pernah menoleh. Kedua tangannya terdiam. Rambut hitam natural masih tersisa guyuran air hujan. Langkah kaki menunda berlalu pergi. Pesan terakhir dokter tidak akan dilewatkan begitu saja.
"Kalau kamu bertemu dengan gadis itu lagi, sebaiknya pasrah saja! Dia tidak akan menjauh darimu."
"Baiklah. Aku takkan melupakan perkataanmu." Mengeluarkan nafas berat dan tidak akan melupakan perkataan dokter.
Aku meninggalkan dokter lalu memutuskan untuk pulang. Keheningan rumah sakit berlangsung lama. Banyak pasien mendapatkan perawatan maksimal karena semua dokter bekerja secara honorer.
Setelah keluar dari lobi rumah sakit, aku berlalu ke apartemen dan melupakan ciuman dengan seorang gadis di taman.
Sepertinya, aku harus mandi agar tidak terkena demam.
[***]
Di pasien rumah sakit, seorang gadis tertidur lelap karena sebuah ciuman. Perawat memutuskan untuk merawat pasien yang jatuh cinta.
Gadis berambut violet membuka kedua bola matanya seketika lalu mengigau dengan pikiran fantasi.
"Kya! Pangeran! Tidak! Jangan cium aku! Aku belum siap bertunangan!"
Teriakan manis dari seorang gadis memanggil seorang perawat. Dengan cemas, perawat itu masuk ke dalam ruang pasien dan menanyakan kondisi tubuh gadis itu.
Proporsi tubuhnya ideal dengan lipstik merah di mulut. Bola mata warna hitam mencekam, rambut hitam terurai.
"Ada yang bisa dibantu, Nona?" Tanya perawat ramah tamah.
"A-Aku dimana? A-Apakah Pangeran itu meninggalkanku?" Sheeran menjadi panik seperti seorang istri ditinggalkan oleh suaminya.
"Tenang! Anda akan baik-baik saja. Saat ini, kamu mengidap Penyakit Jatuh Cinta.
Seketika gadis itu memiringkan kepala. Dengan polos, menanyakan penyakit yang dialami.
"Eh? Penyakit Jatuh Cinta? Aku tidak mengerti."
"Penyakit Jatuh Cinta adalah sebuah penyakit yang muncul karena melihat pasangan lawan jenis. Penyakit ini menyebabkan tubuh memanas ketika bertemu dengan lawan jenis. Dalam kondisi parah, penderita dapat kehilangan logika dan mengutamakan cinta dan kebahagiaan."
"Penyakit ini tidak hanya diderita oleh seorang lelaki. Namun, bisa menjangkiti pada seorang gadis yang sedang berbunga. Ini sudah biasa terjadi pada gadis sepertimu."
"Mungkin, orang yang membawamu ke rumah sakit adalah pasanganmu di masa depan. Karena dia mencium bibirmu, kamu kehilangan kesadaran dan dibawa ke rumah sakit."
Sheeran terdiam. Penjelasan itu menjelaskan semuanya. Sepertinya, Sheeran tersenyum lebar, tanpa maksud tertentu.