Orang berkerudung menurunkan kecepatan terbangnya seraya mendekat pada ratusan cacing sebesar lengan manusia dan bergigi runcing. "Wormzy, apa ada yang menyusup?"
"Tiidaaak, Tuaaan," jawab seekor cacing yang paling besar dengan suara lirih dan lambat.
"Bagus," ucapnya singkat sambil mendarat di atas tanah, kemudian berjalan menuju sebuah kastil tua yang berada lima meter di depan.
Ia berhenti sejenak ketika tiba di dekat dua ekor burung gagak yang sedang bertengger di atas sebuah dahan. "Cru, El, bagaimana hasil pengawasan kalian di luar wilayah kita?"
"Kaaak ... aman Tu—"
"El berbohong Tuan ... kaaak ... karena ia lengah ... kaak ... menyebabkan beberapa ekor Lipin hampir masuk ke daerah Darkwood kita ... kaak ... untung saja aku segera mengusir mereka ... kaaak," ujar Cru, menginterupsi El.
Orang berkerudung pun geram. Sambil menatap El tajam, ia menghimpun api ungu di tangannya. "Berani bohong, El?"
"Kaak ... Tuan ... kaaak ... aku tidak ... kaak ... bermaksud berbohong dan la—" Api ungu meluncur secepat kilat, lalu melahap El sampai hangus.
"Cru, suruh Um memberi bumbu, dan memasaknya. Malam ini aku ingin El tersaji di meja makan."
"Baik ... kaak ... Tuan ... kaak ..." ucap Cru, mencengkeram tubuh hangus El lalu terbang ke bangunan kecil tak jauh dari kastil.
Orang berkerudung pun berjalan memasuki kastil kemudian masuk ke dalam ruangan besar. Ruangan itu terlihat sama suramnya dengan Darkwood. Pada dindingnya menempel puluhan kepala tengkorak dari bermacam-macam ras. Perabotan dan hiasan dalam ruangan juga memiliki motif ukiran tengkorak dari ras-ras yang tersebar di seluruh Marrow Land.
Orang itu membuka jubah dan kerudungnya, sehingga wajahnya kini terlihat jelas. Ia adalah pria yang sudah berusia lanjut. Separuh wajahnya tengkorak, sedangkan separuh yang lain memiliki sepasang netra putih dengan kelopak mata cekung; separuh bibirnya tipis dan kehitaman; telinganya bagian atasnya runcing; hidungnya berlubang seperti tengkorak; rambutnya yang perak digelung dan diikat ke atas; tubuhnya sangat kurus dan jangkung, bagaikan tengkorak hidup. Penampilannya benar-benar menyeramkan, tetapi apa yang selanjutnya diucapkan jauh lebih mengerikan.
"Tiga ratus tahun lalu Moon Elves membuatku teronggok dalam kegelapan yang tak bertepi; menempatkanku dalam kesunyian yang tak terperi ... tapi di antara mereka, Runa yang menorehkan luka terdalam ... sebentar lagi ... hanya menunggu puluhan tahun lagi semuanya akan kubalas. Akan kubumi hanguskan kerajaan kalian; kurenggut nyawa kalian; dan kubanjiri Greenwood Forest dengan darah Moon Elves. Tunggu saja, pembalasanku akan tiba. HAHAHAHA!!"
Suara tawa pria itu bergemuruh di seluruh Darkwood, menggetarkan hati dan menciutkan nyali semua yang mendengarnya. Meski penghuni Darkwood acap mendengar tawa menyeramkan tersebut, tetapi tetap saja mereka gemetaran.
"Kaaak ... tuan sungguh ... kaaak ... mengerikan. Aku tak boleh ... kaaak ... melakukan kesalahan seperti yang ... kaaak ... dilakukan saudaraku ... kaaak ...," kicau Cru sembari mengepakkan sayap.
***
Greenwood Forest, negeri hijau bak zamrud yang melintang di sebelah barat Marrow Land. Sebuah negeri yang selalu tampak cerah dan riang, yang tersembunyi di bawah pohon-pohon rindang, berhias taman-taman bunga bermacam warna dan jenis, serta diapit oleh dua buah sungai sejernih permata yang berkilauan. Nuansa tersebut mengiaskan kedamaian negeri yang dihuni oleh Moon Elves, Pikk, dan Kob. Ras-ras yang selalu mencintai, tetapi tak dapat membenci—kecuali jika disakiti terlebih dahulu. Kedamaian itu tak luput dari kepiawaian Moon Elf Elijore, yang bertahta di kerajaan mahsyur tersebut. Raja Elijore dengan cerdik membagi peran ketiga ras sesuai keistimewaan mereka masing-masing.
Moon Elves. Ras rupawan berkulit pucat, berambut perak, dan bertelinga runcing, mengemban tugas menjaga Greenwood Forest, dan sebagai ahli kesehatan. Kemampuan sihir penyembuhan serta pertahanan adalah alasan Raja Elijore memberikan tugas tersebut pada mereka.
Berikutnya tugas pelestarian flora diberikan kepada Pikk, ras berwujud tanaman yang memiliki tangan, kaki, serta kelopak di atas kepalanya. Kecintaan mereka pada tanaman, membuat tugas itu sangat sesuai untuk mereka.
Sementara itu, ras bernama Kob yang berbulu lembut dan memiliki tinggi rata-rata satu setengah meter, berperan melestarikan fauna, disebabkan kecintaan mereka pada hewan.
Ketiganya hidup berdampingan dengan harmonis. Namun, kehidupan tentram itu kelak akan terusik dan diawali dengan kedatangan Madam Runa yang membawa seorang bayi perempuan yang cantik ....
Sore itu dedaunan pohon ek bergemerisik merdu, dan rerumputan hijau pun melambai riang tatkala angin mengembus ringan, seolah menyapa penduduk negeri zamrud dengan ramah. Tawa riang anak-anak Moon Elves, yang bermain bersama Pikk dan Kob, menambah cerahnya suasana negeri damai tersebut. Pun wajah-wajah cerah penduduk dewasa, menunjukkan kegembiraan di sana.
"Puf, terima kasih sudah memberikan buah-buahan ini," ucap seorang perempuan Moon Elf, seraya menguntai senyumnya yang ramah.
"Ah tidak apa-apa, tempo hari kamu sudah mengobati anakku," tukas Puf, perempuan yang berasal dari Ras Pikk.
Moon Elf itu pun tersenyum. "Sebenarnya aku kesulitan mengobati kalau Dop tidak membantuku mencari daging Tub."
"Aku tidak mencarinya Vaza. Kebetulan Madam Runa yang memberikannya padaku saat—ah, kebetulan itu Madam Runa," sahut seekor Kob betina, seraya melihat Madam Runa yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Hai Vaza, Puf, Dop," sapa Madam Runa sambil tersenyum.
"Hai Madam, kamu membawa a … seorang bayi?!" Dop terkejut melihat bayi mungil dalam pelukan Madam Runa.
"Bayi ini cantik sekali seperti Moon Elf, tetapi kenapa rambutnya berwarna ungu?" tanya Puf, merasa heran melihat bayi yang tampak berbeda dari ras-ras yang diketahuinya.
"Bayi siapa ini, Madam?" Vaza pun bertanya, tak kalah heran.
Madam Runa tersenyum mendengar pertanyaan bertubi-tubi. "Aku tidak tahu siapa orang tuanya, tadi aku menemukannya di dalam hutan. Jadi putuskan mengasuh dan merawat bayi mungil ini."
Vaza, Puf dan Dop pun saling bertukar pandang, kemudian Vaza kembali berkata, "Madam Runa, bukankah tidak boleh membawa masuk orang asing ke dalam Greenwood Forest?"
"Ah, iya iya ... kamu memang benar. Tapi ia hanyalah seorang bayi yang tidak bisa melukai siapa pun," jawab Madam Runa.
"Tapi Madam, apakah tidak akan menimbulkan ma—"
"Nanti akan kujelaskan pada Raja Elijore. Aku yakin Raja Elijore memutuskan dengan bijaksana." Madam Runa menginterupsi Puf, lantas berlalu meninggalkan ketiganya yang berbisik-bisik.
Kehadiran Madam Runa yang membawa bayi, menjadi perhatian para penduduk Greenwood Forest. Mereka tidak terbiasa dengan orang asing yang masuk ke dalam wilayah kerajaan, meskipun hanya seorang bayi tetap saja terasa janggal. Namun, Madam Runa yakin dengan yang dilakukannya. Tidak ada alasan baginya meninggalkan bayi mungil di tengah hutan. Ia pun percaya Raja Elijore dapat memahami alasannya. Dengan langkah mantap, Madam Runa berjalan menuju istana Greenwood Forest yang berada di jantung kerajaan.
Sebetulnya sempat tebersit keraguan di dalam hati Madam Runa, kalau Raja Elijore akan menerima permintaannya. Namun, ia sudah membulatkan tekad demi bayi mungil di dalam pelukannya.
***