Chereads / Nier / Chapter 5 - Identitas

Chapter 5 - Identitas

"Nier!! Nier!!" Madam Runa berteriak memanggil Nier, tetapi tak kunjung mendapat jawaban. "Ini sudah malam, tapi ia belum juga pulang ... aneh ...," gumamnya, lantas meraih mantel tebal yang tergantung di balik pintu.

Kendati tak tahu keberadaan Nier, ia bertekad mencarinya sampai dapat, bahkan jika harus menyisir setiap jengkal Marrow Land, dan mengarungi marabahaya. Wajar jika Madam Runa cemas. Selain masih anak-anak, ia hanya mengajarkan satu sihir pada Nier untuk menjaga diri. Sifat dasar Nier yang temperamental, menjadi sebab Madam Runa berhati-hati menurunkan ilmu padanya. Namun kalau sampai terjadi sesuatu pada Nier, tentu ia akan menyesal.

Usia Madam Runa sudah makin tua, tongkat penyangga pun menjadi temannya berjalan menyusuri hutan gelap. Sesekali menyibak kabut yang menghalangi pandangan. Malam itu, hutan tampak berbeda dari biasanya. Suram dan tak bersahabat, juga sunyi dan dingin. Hanya sesekali terdengar suara lolongan serigala yang justru menambah kesan angker hutan tersebut. Belum pernah Madam Runa merasakan nuansa hutan semencekam sekarang. Tiba-tiba terlintas firasat buruk yang tidak bisa ia tepis.

Baru saja firasat itu terlintas, ia mendengar suara keras dari balik pepohonan. Ia pun segera berlari mendekatinya. Betapa terkejutnya Madam Runa melihat Nier sedang berdiri kukuh bersimbah darah. Di sekelilingnya serpihan mayat-mayat Land Blue Shark berserakan, dan menjijikkan. Namun yang lebih mengejutkannya, ketika darah monster-monster tersebut melayang lalu terserap ke dalam tubuh Nier.

"Nier ...," gumamnya, bergidik ngeri. Suaranya tak cukup lirih, sehingga Nier menoleh padanya.

"Darah ... aku ingin darah!" Nier melompat dan menerjang Madam Runa dengan kecepatan bagai kilat. Cakar-cakarnya siap merobek Madam Runa.

Baru kali ini Madam Runa menyaksikan serangan yang demikian cepat. Ia tak sempat menepis. Untungnya, tiba-tiba cakar Nier berhenti saat hanya berjarak sejengkal dari wajah Madam Runa. "Ur ...," ucap Nier lirih, lalu jatuh tidak sadarkan diri.

Madam Runa segera memangku Nier seraya menyeka keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. "Kenapa dia seperti kerasukan?" gumam Madam Runa, "tapi, sesaat sebelum cakarnya menyentuhku, tiba-tiba kesadarannya pulih, ada apa dengannya? Aku tak pernah menyaksikan kejadian seaneh ini."

Madam Runa menggendong Nier, menyusuri hutan Greenwood Forest. Iaberjalan secepat kaki tuanya mengayun. Suara tongkat sesekali terdengar, saat membentur batu-batu kecil. Untuk seorang nenek separuh abad, kemampuan fisiknya sangat mengagumkan, hanya dalam waktu singkat, ia pun telah sampai di rumahnya. Nier diletakkan di atas ranjang, kemudian Madam Runa berusaha memulihkan Nier dengan sihirnya.

Berangsur-angsur wajah Nier kembali segar, napasnya pun mulai teratur. Tak lama kemudian ia mengerjap.

"Di mana a-aku?" tanya Nier dengan suara lemah, sebelum melanjutkan kembali, "Terakhir aku ingat sedang berada di tepi sungai ..."

Madam Runa tersenyum sambil mengusap pipi Nier. "Kamu lelah. Sekarang tidurlah, besok kamu bisa bermain lagi dengan Hob dan Fikk," ujar Madam Runa lembut.

"Iya, Ur," Nier mengangguk, lantas memejamkan matanya.

"Ia langsung terlelap ... ternyata benar kalau pada saat pembantaian itu, ia di luar kesadarannya ... tapi yang mengherankan, darah monster-monster itu terserap ke dalam tubuh Nier ... tunggu ... sepertinya aku pernah membaca sihir pasif semacam itu di dalam sebuah buku ..." batin Mada Runa, lantas memeriksa buku-buku di dalam rak.

"Ini bukunya," gumam Madam Runa, lantas membuka halaman demi halaman buku tersebut.

Mata tuanya menelisik dengan teliti setiap tulisan di sana, hingga akhirnya berhenti pada halaman yang ia cari.

"Blood Absorb merupakan sebuah sihir pasif dari ras ... Dark Elf ..." gumam Madam Runa, membaca tulisan pada halaman tersebut. Ia pun melanjutkan, "Ratu dari ras tersebut disegel di dalam Dark World. Sihirnya tak tertandingi. Dahaganya akan darah tak akan pernah terpuaskan, sehingga bahaya selalu ditebarkannya ..." Madam Runa berhenti. "Apakah Nier seorang Dark Elf? Lantas apakah ia berhubungan dengan Ratu Dark Elf? Tapi tidak, Nier tidak bersayap seperti Dark Elf," batin Madam Runa bertanya-tanya, lalu memasukkan buku tersebut ke dalam tas. "Aku harus mencari tahu lebih banyak lagi." Setelah itu, ia keluar dari dalam kamar.

Sementara itu di dalam Dark Woodland ...

Cru mengepakkan sayapnya cepat-cepat, menerobos pepohonan tak berdaun yang kering. Kepakannya yang cepat, cukup untuk menyibak kabut yang menghalangi pandangan.

Ketika melintasi Wormzy, ia pun bertanya, "Kaaak ... di mana Tuan?"

Wormzy menggeliat, lantas dengan suara lambat ia menjawab, "Ada ... di dalam ... kastil ..."

"Kaak ... terima kasih Wormzy ... kaaak ..." Cru memacu kecepatan, hingga akhirnya tiba di depan kastil.

"Kaaak ... tuan ... aku membawa kabar ... kaaak ..." cuit parau gagak tersebut.

Tak lama kemudian, pria berjubah kerudung muncul dari dalam.

"Kabar apa yang kamu bawa?" tanyanya.

"Kaak ... kekuatan Nier mulai muncul setelah ia mengalami kesedihan yang mendalam di tepi sungai ... kaaak ... lantas ia membantai puluhan Land Blue Shark ... tapi sayang, kesadarannya kembali saat bertemu ... kaaak ... Madam Runa."

Lelaki itu menyeringai. "Akhirnya ratu kegelapan mulai bangkit di dalam tubuhnya yang baru. Besok aku akan memeriksanya langsung ... ha ... ha ... ha ..."

Keesokan harinya, Nier merasa tubuhnya segar. Kejadian semalam tak terlalu dipusingkannya. Wajar, Nier hanyalah seorang anak kecil, yang di dalam pikirannya selalu bermain dan bersenang-senang.

Karena itu, sekarang ia pun menantikan Hob dan Fikk menghampirinya.

Sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya, Nier memandangi jendela tanpa henti.

Selang beberapa waktu kemudian, teman yang dinantikannya pun tiba.

"Nier! Aliiice!" seru Hob dan Fikk bersamaan.

Nier melompat girang dari bangku, dan berlari menyambut kedua sahabatnya.

"Haaai ... kita mau bermain di mana?" tanya Nier riang.

"Tentu saja di sekitar hutan ini. Kalau di dalam kerajaan nanti diganggu Erol dan kawan-kawannya yang sombong," jawab Hob.

"Iya, aku tahu itu. Makanya kalian yang menghampiriku, kan?"

"Iya, itulah alasannya," sahut Fikk.

"Ya sudah, biar aku yang menentukan tempatnya. Di antara kita, akulah yang paling tahu hutan ini," ucap Nier.

Sambil bersenandung, ketiganya melompat dan berjalan menyusuri jalan setapak, masuk ke dalam hutan.

"Hop ... hop ... riangnya hati, seperti daun-daun bergemerisik ceria yang mengiringi rerumputan melambai dengan ramah ... inilah negeri zamrud di sebelah barat Marrow Land ... yang dihuni ras-ras baik hati ... yang penuh sukacita ... yang lucu dan menggemaskan ... serta cinta kedamaiaan ... inilah Greenwood Forest." Setelah masuk cukup dalam, akhirnya mereka berhenti di sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh bunga-bunga indah.

"Kita bermain di sini?" tanya Fikk, terkagum melihat bunga-bunga tersebut.

"Iya. Aku tahu kamu pasti senang, Fikk," jawab Nier sambil tersenyum lebar. "Dan Hob pasti suka mengejar kupu-kupu di sini," ucap Nier seraya melemparkan pandangan pada Hob yang sedang melompat, berusaha menangkap kupu-kupu

"Sepertinya seru, ayo kita juga," ajak Fikk, tanpa menunggu jawaban Nier, ia sudah berlari ke arah Hob.

"Jangan tinggal aku!" seru Nier sambil berlari.

Keriangan dan keceriaan mereka diam-diam sedang diamati oleh seseorang. Setelah cukup lama mengamati mereka, ia pun muncul dari balik pepohonan.

***