Chereads / Nier / Chapter 9 - Jamur Orc Merah 2

Chapter 9 - Jamur Orc Merah 2

"Kalau begitu, aku akan memaksa mereka memberikannya. Karena aku sangat membutuhkan jamur tersebut." Tersirat tekad kuat dari kalimat yang diutarakan Madam Runa.

"Aku tahu kamu tangguh, Runa. Tapi di sisi mereka ada seorang Orc tangguh bernama Tanokk. Ah, ini Teh kupu-kupunya," ujar Ayron, seraya melihat kedatangan Reisel yang membawa nampan.

"Silakan diminum Runa." Reisel pun meletakkan cangkir-cangkir di hadapan Runa dan Ayron. "Runa sebenarnya aku masih rindu padamu, tapi anakku terbangun jadi—"

"Tidak apa-apa Reisel, lain kali aku akan berkunjung lagi ke sini," sergah Madam Runa, sembari tersenyum, kemudian berlalu meninggalkan keduanya.

Madam Runa menyeruput Teh Kupu-kupu yang baru saja disajikan.

"Apa pun akan kulakukan untuk mendapatkan Jamur Orc Merah, Ayron," kata Madam Runa melanjutkan perbincangan yang sempat terhenti.

Ayron tersenyum, lantas berujar, "Aku tahu kamu akan mengatakan ini. Kamu memang tidak pernah gentar menghadapi apa saja."

"Demi orang yang sangat berarti bagiku, nyawaku pun kupertaruhkan," timpal Madam Runa dengan sorot mata tajam.

"Baiklah, setelah kamu menghabiskan Teh Kupu-kupu, aku akan mengantarmu sampai kaki gunung. Tapi maaf aku tidak bisa mengantar lebih jauh lagi," ucap Ayron, seraya tersenyum.

"Aku paham Ayron. Bantuanmu sudah lebih dari cukup," tukas Madam Runa, kemudian menyeruput kembali Teh Kupu-kupu.

Perjalanan panjang telah ditempuh. Bersua dengan sahabat pun telah terpenuhi. Kini hanya tinggal aral besar yang menghadang Madam Runa.

Namun itu tak menjadi soal, selama ia dapat menetralisir hawa jahat dalam tubuh Nier, yaitu dengan Jamur Orc Merah.

***

Sesosok Centaur berlari menuruni bebatuan di lereng gunung yang bersalju. Kecepatannya stabil, menunjukkan kekuatan fisiknya yang luar biasa. Seharusnya jalan menurun dan beban di atas punggung kudanya, menyebabkan gravitasi menyeretnya turun lebih cepat. Tapi ia dapat mengendalikan laju kecepatan dengan sempurna.

Kalau sembarang Centaur, tentu tak mampu melakukannya. Tapi ini adalah Ayron, pemimpin para Centaur yang kerap membuat pencuri Air Mancur Kehidupan lari tunggang langgang.

Beruntung, Madam Runa menunggangi Centaur kelas wahid. Sehingga, hanya dalam waktu singkat ia pun telah sampai di kaki gunung.

"Runa, kita sudah sampai." Ayron berkata, seraya menekuk kakinya.

"Terima kasih Ayron. Lantas aku harus ke mana?" tanya Madam Runa, sembari mata tuanya menyapu sekeliling.

"Ikuti jalan setapak ini ke arah timur. Setelah melewati padang rumput yang luas, kamu akan menemukan banyak Jamur Orc Merah di sana," terang Ayron.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi Ayron," tukas Madam Runa, kemudian berjalan menyusuri jalan setapak.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Madam Runa tiba di sebuah tempat yang dimaksud oleh Ayron.

Tempat itu dihuni berbagai macam tumbuhan dan hewan-hewan yang berbulu tebal. Di sekitarnya salju putih bak kapas menyelimuti hampir seluruh bagian.

Madam Runa pun mencoba menyisir setiap jengkal tempat tersebut, hingga akhirnya melihat sekumpulan jamur merah di kaki pohon yang besar.

"Kalau berdasarkan buku yang kubaca, kumpulan jamur ini, adalah Jamur Orc Merah," batin Madam Runa, kemudian mencabutnya sebatang. Bau wangi pun menguar dari batang jamur tersebut. "Sesuai penjelasan dalam buku. Tidak salah lagi, ini pasti Jamur Orc Merah," gumam Madam Runa, memasukkan Jamur Orc Merah ke dalam tasnya yang butut dan usang.

Namun tiba-tiba terdengar suara dalam dan berat yang membuatnya terhenyak.

"Tak tahu diri! Memasuki wilayah kami, dan mengambil Jamur Orc Merah tanpa seizin kami!"

Madam Runa pun menoleh. Dilihatnya sesosok Orc bertubuh raksasa dan berkulit merah tengah berdiri di belakangnya. Orc itu bertampang angker. Wajahnya yang persegi dengan taring-taring yang mencuat, keluar dari dalam mulutnya. Dadanya yang bidang dengan otot-otot tubuh yang kekar, terekspos jelas karena tak tertutup pakaian—hanya selembar celana lusuh yang dikenakannya untuk menutupi sebagian tubuh di bagian bawah. Penampilan Orc berambut hitam dan panjang itu sungguh menggetarkan nyali siapa pun, namun tidak bagi Madam Runa yang tetap tenang.

"Ah, aku hanya mengambil satu untuk mengobati putriku." Madam Runa tersenyum pada Orc merah yang terlihat marah.

"Mungkin kalau kamu bertemu Orc lain, mereka dengan mudah diperdaya oleh kebohonganmu, tapi tidak denganku— Tanok!"

Bersamaan dengan usainya kalimat itu, Tanok melompat sambil mengangkat kapak besar di tangannya. Kekuatan Tanok sungguh mencengangkan, kapak berat di tangannya seolah bagaikan kapas. "Kalau kamu bisa mengalahkanku, kuizinkan kamu keluar dari sini!"

Kapak raksasa di tangannya mengayun deras ke arah Madam Runa yang sudah siap menyambutnya dari bawah. "Sejak mendengar kehebatanmu, aku tertarik ingin menjajalmu! Beruntung, akhirnya saat itu tiba!" Madam Runa berteriak sembari melemparkan bola-bola cahaya dari bukunya.

Pertarungan dahsyat pun tak terhindarkan. Suara pertempuran kedua petarung tangguh, berdentum keras. Tanok menyerang, dan mengibaskan kapaknya dari kanan. Madam Runa berhasil merunduk dengan cepat, tapi kepalan tangan Tanok menyambutnya. Sekali lagi Madam Runa berhasil menghindar, dan melancarkan serangan balik. Kali ini tapaknya berpendar terang, dan merangsek Tanok secepat kilat. Tanok memang tidak segesit Madam Runa, tapi ia memiliki fisik yang luar biasa kukuh. Tapak Madam Runa hanya sedikit melukainya.

"Kamu luar biasa, Nenek Moon Elf!" Kapak raksasa menebas ke berbagai arah. Namun Madam Runa pun tak kalah hebat, serangan-serangan Tanok dapat dinetralisir dengan baik.

Setelah beberapa lama, keunggulan Madam Runa terlihat. Kejelian, dan pengalamannya berhasil menyudutkan Tanok. Satu kelengahan Tanok dapat dimanfaatkan dengan baik. Bola cahayanya pun berhasil menghempaskan Tanok ke tanah. Tanok mencoba berdiri, tapi ia tahu kalau pertarungan dilanjutkan hasilnya akan tetap sama. Luka di tubuh Tanok memang tidak parah, tapi cukup untuk membuatnya jeri. Perbedaan kekuatan mereka begitu besar. Dengan hati lapang, ia menerima kekalahannya.

"Hmmm ... aku mengaku kalah," ujarnya seraya menatap Madam Runa, namun kemudian ia tergelak, "Ha ha ha! Baru kali ini aku merasakan pertarungan yang menarik!" Suara Tanok terdengar keras di sekitarnya. "Boleh aku tahu, dengan siapa aku berhadapan?"

Madam Runa tersenyum simpul. "Aku Runa, dari Greenwood Forest," jawabnya memperkenalkan diri. Mendengar nama itu, terkejutlah Orc berkulit merah tersebut. Ia pun merasa pantas jika orang yang mengalahkannya adalah sosok Moon Elf legendaris.

"Ah, pantas saja sihirmu di luar nalar. Ternyata kamu adalah Moon Elf tersohor itu."

Madam Runa kembali tersenyum. "Bagaimana dengan janjimu, Tanok?"

"Tanok tidak pernah mengingkari janji. Pergilah, dan bawa apa yang kamu butuhkan," tukas Tanok.

"Terima kasih Tanok. Aku harus segera pergi, karena berburu dengan waktu." Madam Runa menerangkan, lantas berjalan menyusuri jalan yang tadi membawanya ke tempat itu.

"Berhati-hatilah di jalan, Madam Runa!" seru Tanok dari kejauhan.

Madam Runa menjawab dengan lambaian tangannya, sembari terus berjalan. "Dengan Jamur Orc Merah, lengkap sudah semua yang kubutuhkan untuk membuat kalung mustika pencegah hawa jahat ... Nier, tunggu aku," batinnya, seraya mengayunkan tongkatnya.

***