AUTHOR POV
Devani mencoba menceritakan semua nya pada Flora. Wanita itu tau jika Flora enggan untuk mendengarkan penjelasan nya. Tapi dia tetap memantapkan tekad nya untuk memperbaiki keadaan yang terlanjur hancur karena dirinya meskipun hal itu terjadi dengan penuh rekayasa dari seorang Reinhard yang terobsesi pada pembalasan dendam nya.
'Semua ini demi Jake'
Kalimat itu lah yang terus di tanamkan Devani pada diri nya saat semangatnya mulai surut.
Bagaimanapun Devani merasa sangat bertanggung jawab untuk memulihkan keadaan meskipun akan sulit untuk kembali ke kondisi semula.
"Setidaknya ini lah hal kecil yang bisa ku lakukan untuk menebus dosa ku karena merusak kebahagiaan Jake dan Flora " pikir Devani.
Dia masih saja membujuk Flora meski mendapat penolakan akibat kepercayaan itu tidak juga di peroleh nya.
Yaa tentu saja tidak. Akan sangat sulit bagi Devani untuk meyakinkan Flora dan mempercayainya.
"Ya Tuhan. Aku harus bisa membujuk Flora. Bagaimana pun Jake sangat membutuhkan kehadiran Flora. Tapi sangat tidak mungkin jika menceritakan keadaan Jake yang sekarat pada Flora. Dia tidak boleh tertekan karena kehamilan nya masih sangat rentan"
Devani yang nampak putus asa akhirnya meninggalkan kamar Flora.
Dengan pelan kaki nya melangkah menuju tangga untuk turun.
"Yaa Tuhan semoga engkau menggerakkan hati Flora untuk kembali pada Jake" harap Devani dalam lamunan nya.
Ketika wanita itu akan menuruni tangga tiba-tiba langkah nya tertahan karena seperti ada yang menarik rambutnya kuat.
Ohh siapakah itu ?
Apakah Flora?
Sungguh Devani rela jika harus di jambak mahkota di kepalanya , jika itu memang bisa membuat Flora percaya padanya dan membuat usaha Devani tidak sia-sia.
"Jalang sialan. Mau apa kau di sini hah!! " bentak seseorang dari belakang .
Devani yang sempat meringis segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita muda seumuran Flora dengan tampilan yang lebih dewasa dari usia nya.
Chaterina Whimpson Xander.
"Bastard..!!" maki Devani kesal karena Catty tidak juga melepas tangan nya yang masih menjambak kuat rambut Devani.
"Kau pantas menerima nya bitch" ucap Catty santai.
"Ada apa ini? " kata seseorang yang mendekat ke arah dua wanita beda usia itu.
"Ya ampun Catt. Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia... " kata Flora.
"Baiklah. Kali ini kau ku ampuni. Lain kali jika aku bertemu dengan mu jangan kau pikir bisa lolos" ucap Catty terdengar penuh ancaman.
"Uhh aku sangat takut" ucap Devani mengejek Catty.
"Lain kali jika kau bersikap kurang ajar padaku maka kau akan menerima pembalasan yang setimpal"
Setelah mengucapkan hal itu Devani langsung beranjak pergi meninggalkan Flora dan Chaty yang saling pandang.
"Aunty.. " ucap Catty sudah mendekat ke arah Flora dan memeluk erat sahabat nya itu.
"Apakah wanita itu menyakiti aunty? " tanya Catty terdengar khawatir.
"Tidak Catt. Dia tidak akan berani melakukan nya" ucap Flora.
"Benar kah ? "
Flora mengangguk sambil tersenyum.
"Oh iya. Aunty kenapa tidak menghubungi ku huh? Padahal sudah hampir sebulan kau di Jakarta. Aunty Flo, yang aunty lakukan itu ..... jahat" ucap Catty dengan mimik muka serius nya.
Flora hanya tertawa melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh keponakan Jake itu.
"Kenapa tertawa? " ucap Catty sambil cemberut
"Ya sudah. Ayo masuk ke kamar ku " ajak Flora .
Dua orang sahabat yang lama tak berjumpa itu saling melepas rindu . Mereka saling berbagi cerita di selingi canda tawa.
"Aunty kok ke Jakarta cuma sendiri? Kenapa uncle Jake tidak ikut? "
Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Catty adalah hal yang tidak ingin di bahas Flora saat ini.
"Dia sedang sibuk" ucap Flora singkat.
Flora sama sekali belum siap jika harus menceritakan semua nya pada sahabat nya itu.
Bagi Flora cukup dengan memberitahu Catty kabar gembira jika sekarang dia sedang mengandung buah cinta nya dengan Jake. Yaa hanya kabar baik saja yang perlu di sampaikan pikir Flora.
"Selamat yaa Aunty Flo.. " ucap Catty.
"Oh iya bagaimana jika sekarang kita shopping untuk membeli keperluan calon bayi nya " ajak Catty antusias.
"Ide bagus. Tapi lahiran nya masih lama. Jadi nanti saja yaa" tolak Flora secara halus.
"Ya sudah. Bagaimana jika kita jalan-jalan saja" ucap Catty masih membujuk Flora.
"Tidak Catt. Nanti saja ya. Flo masih lelah" kata Flora mempertegas ucapan nya.
Lelah. Yaa satu kata itu cukup untuk melukiskan suasana hati nya yang sedang galau.
Catty yang masih memberengut akhirnya diam tak bersuara lagi.
Jika sudah seperti itu maka dapat di ketahui jika keponakan dari Jake itu tengah kecewa karena keinginan nya tidak terlaksana.
"Baik lah. Kita akan jalan-jalan. Tapi jangan hari ini ya" ucap Flora mencoba membujuk Catty yang manja .
"Besok yaa janji" ucap Catty setengah merengek manja.
*****************
Ke esokan hari nya
Flora benar-benar menepati kata-kata nya untuk jalan-jalan bersama Catty. Siang itu Flora di jemput di Mansion nya. Catty dan Flora duduk manis di kursi penumpang.
"Hans. Ke tempat biasa" ucap Catty pada bodyguard nya yang segera menjalankan mobil yang akan mengantar mereka ke suatu tempat yang tak pernah di duga Flora sebelum nya.
Rumah Tahanan Pondok Bambu.
Begitu lah tulisan yang tertera pada gerbang masuk tempat tersebut.
"Kita sudah sampai. Ayo turun" ajak Catty membuyarkan lamunan Flora.
"Sebenarnya untuk apa kita di sini? " tanya Flora bingung.
Mengapa ke penjara? Bukan kah seharusnya mereka sudah berada di Mall?
"Ada seseorang yang ingin sekali bertemu dengan Aunty" ucap Catty terdengar tak bersemangat.
Meski begitu Catty tetap mengantar Flora pada suatu tempat yang di gunakan untuk menjenguk para tahanan .
"Aunty tunggu saja di sini. Sebentar lagi dia datang" ucap Catty yang segera meninggalkan Flora.
Belum sempat Flora menghentikan langkah Catty yang menjauh, dia sudah di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang kembali mengingatkan Flora pada peristiwa naas yang hampir saja merenggut mahkota berharga nya.
"Flora... " suara itu masih terdengar menakutkan bagi Flora.
Seketika keringat dingin bercucuran pada dahi Flora. Sekelebat bayangan masalalu tentang lelaki itu seolah terpampang nyata di hadapannya. Semua hal manis sekaligus pahit seolah bertubrukan membentuk pola rumit. Dari sekian hal yang terjadi hanya ada satu kejadian yang sangat membekas dan menyakitkan.
"Flora... Aku sangat merindukan mu" ucap Joy langsung memeluk Flora tanpa tau jika wanita itu tengah bergulat melawan rasa takut nya akan sosok Joy.
Lelaki itu nampak bingung saat tubuh mungil yang di dekap nya erat itu melemah.
"Flo... " panggil Joy lagi.
Tidak ada respon apapun. Lelaki itu pun menyadari sesuatu telah terjadi pada wanita yang sangat di cintai nya itu.
Flora pingsan dengan peluh dingin yang membasahi wajah dan seluruh tubuh nya.
Dengan cepat Joy meminta bantuan petugas penjara untuk membawa Flora ke klinik yang tersedia di tempat itu.
*************
FLORA POV
Aku tak pernah membayangkan jika aku harus kembali bertemu dengan Joy di penjara.
Ohh yang benar saja Catty telah mengerjaiku. Entah dia sengaja atau dia sama sekali tidak tau tentang trauma ku akan sosok Joy yang hampir saja akan memperkosa ku jika Jake tidak muncul dan menyelamatkan ku.
Jujur aku masih sangat takut jika harus berhadapan dengan lelaki itu. Tapi mau bagaimana lagi seperti nya aku tidak bisa terus lari dari setiap hal. Aku harus menghadapi nya.
"Aunty Flo... Jika belum siap ketemu Joy kita pulang saja " ucap Catty yang membantu ku untuk bangun dari ranjang klinik ini.
"Aku akan coba menemui nya " kata ku berat.
Entah lah aku rasa aku harus kembali bergulat melawan rasa takut ku akan kejadian di masa lalu.
Dan di sini lah aku berada dan berhadapan dengan lelaki yang dulu sempat mengisi hari-hari indah ku sebelum hal buruk itu terjadi.
"Flo... Aku sungguh minta maaf" ucap Joy terdengar tulus.
Tatapan nya begitu lembut seperti nya dia memang benar-benar menyesali perbuatannya.
"Aku tau jika kata maaf saja tidak akan bisa menghapus kenangan buruk, tapi sungguh aku sangat menyesali perbuatan ku Flo. Jujur saja saat melihat mu lagi aku tak kuasa menahan diriku untuk memeluk mu menyalurkan setiap kerinduan ku, namun melihat reaksi ketakutan mu cukup menyadarkan ku jika aku tidak pantas lagi menggenggam pengampunan mu"
Ucapan Joy terdengar memilukan, bisa ku lihat gurat kesedihan dari wajah nya yang masih tampan meski sekarang sudah tidak terawat lagi.
"Flo sudah memaafkan mu, Joy" kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut ku tanpa di perintah .
"Benarkah Flo? " tanya Joy yang sudah menggenggam erat jemari ku.
Aku yang merasa tidak enak segera melepaskan cengkraman tangan nya. Entah mengapa saat tadi sempat bersentuhan kulit dengan Joy kembali mengingatkan ku pada kenangan buruk itu. Dan aku tidak bisa lagi menahan diriku untuk sedikit lebih lama lagi berhadapan dengan Joy.
"Maaf Flo, aku tidak bermaksud... "
"Tidak apa-apa. Flo pulang dulu" ucap ku cepat memotong perkataan Joy.
Aku harus bergegas menjauh dari Joy jika tidak mungkin aku akan kembali pingsan seperti tadi.
"Tunggu Flo" langkah ku terpaksa berhenti mendengar panggilan Joy.
Aku tidak berani berbalik. Aku hanya menolehkan kepala ku saja ke arah nya.
"Apa kau bahagia bersama om tua itu? "
pertanyaan yang di lontarkan oleh Joy mampu membuat ku terpaku beberapa saat.
Apakah aku bahagia?
Ya aku bahagia. Tapi , aku juga tersakiti.
**********
Setelah aku keluar dari ruang besuk tahanan, aku langsung menemukan Catty yang nampak murung tengah duduk di bawah pohon.
"Catt... Ayo pulang... " kata ku sambil menyentuh punggung nya .
Sahabat perempuan ku itu menatap ku dengan tatapan yang sulit untuk ku mengerti.
Dia segera berdiri dan tersenyum simpul pada ku. Dia merangkul ku dan kami berjalan beriringan sampai area parkir dalam keadaan diam. Tidak ada yang mengeluarkan suara apapun. Suasana mendadak jadi canggung dan kaku.
Di perjalanan menuju ke Mansion pun kami saling diam. Tidak ada yang mencoba mencairkan suasana. Hingga mobil yang di kemudikan Hans ini mendadak terhenti di tengah jalan menyebabkan aku tersentak dari lamunan ku.
"Hans. Ada apa? " tanya Chaty akhir nya bicara.
"Seperti nya kita harus putar balik dan cari jalan lain. Lihat lah di depan sana ada perbaikan jalan " ucap Hans tenang .
Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Keadaan kembali hening. Tapi entah mengapa semakin hening keadaan di dalam mobil ini semakin terasa tak nyaman di bagian perut ku. Aku pun mengusap lembut perut ku yang masih datar ini.
Ahh aku hampir saja lupa jika di dalam sini ada calon bayi ku dengan Jake. Aku sempat meringis saat rasa sakit mulai mendominasi. Keringat dingin kembali membasahiku. Seketika aku jadi khawatir pada calon bayi ku.
"Hans. Tolong antar aku ke rumah sakit saja" ucap ku sambil menahan rasa sakit yang kembali terasa.
Aku tak pernah membayangkan jika aku sendiri yang meminta di antar ke tempat beraroma obat-obatan itu.
Ohh aku tidak suka tempat itu. Tapi mau bagaimana lagi aku terlalu takut jika sesuatu terjadi pada janin ku.
"Aunty Flo. Ada apa? " tanya Catty khawatir.
Aku hanya menggeleng dan kembali meringis.
Yaa Tuhan. Sungguh aku sangat takut. Jangan sampai hal yang tidak di inginkan terjadi pada calon bayi ku. Hanya dia satu-satunya bagian dari Jake yang ku miliki. Biarkan lah aku memiliki nya ya Rabb. Setidaknya aku bisa lebih kuat karena dia ada bersama ku. Aku tak ingin kehilangan lagi. Aku bukan lah seorang yang kuat yang bisa tegar .
"Baby... Kamu harus kuat nak.. "
*********
Kini aku sedang terbaring di ruangan
dr.Susi yang sedang memeriksa keadaan kandungan ku.
"Untung saja kau langsung memeriksakan kondisi kandungan mu Flo. Kau harus banyak istirahat dan jangan stress. Itu tidak baik untuk perkembangan janin mu"
Dokter Susi kemudian membantu aku bangun dari posisi rebahan. Kemudian dia duduk di kursi kerja nya dan aku duduk di kursi seberang nya.
"Aku akan memberikan mu resep obat untuk menguatkan kandungan mu"
"Terimakasih dok.. " ucap ku.
"Flo... Aku tidak tau apa masalah yang sedang kau hadapi. Tapi sebesar apapun itu, cobalah untuk tidak terlalu memikirkan nya. Bagaimanapun calon bayi mu harus lebih di perhatikan"
Yang di katakan Dokter Susi memang benar. Calon bayi ku jauh lebih penting dan aku harus menjaganya dengan sebaik mungkin.
"Flo kau perlu ketenangan. Jangan stress lagi yaa"
Perkataan Dokter Susi seolah memberi pencerahan padaku untuk pergi ke suatu tempat yang sangat tenang jauh dari hiruk pikuk kota.
Yaa suatu tempat yang sejuk dan menenangkan.
******************
Setelah mengantarku kembali ke Mansion Catty dan Hans pamit pergi. Sebenarnya aku sudah meminta Catty untuk tinggal di sini saja menemani ku. Tapi dengan halus dia menolak dengan mengatakan jika dia merasa lebih nyaman jika tinggal di apartement saja.
Akhirnya aku kembali sendiri di kamar ini. Keadaan kamar ini memang selalu tenang tapi seperti nya aku memerlukan suasana baru yang lebih menenangkan.
"Permisi nyonya" kata bik Minah yang berada di dekat pintu kamar ku.
"Iya bik... Ada apa? " tanya ku.
"Anu... Saya mau bicara "
"Bicara lah bik. Santai saja kalo sama Flo" ucap ku mencoba mencairkan suasana yang mendadak jadi canggung.
"Begini nyonya. Saya mau berhenti kerja "
Perkataan bik Minah tadi seketika membuat hati ku sedih. Bagaimanapun wanita tua ini sudah ku anggap seperti nenek ku.
"Kenapa bibik mau berhenti? "
"Saya sudah tua dan mulai sakit-sakitan. Saya tidak mau merepotkan para Maid di sini "
"Bik... bibik itu sudah saya anggap keluarga . Bibik jangan pergi ya. Bibik boleh tetap tinggal di sini dan tidak usah kerja lagi. Mengenai kesehatan bibik nanti kita akan periksa ke dokter " ucap ku mencoba membujuk bik Minah.
"Saya sangat terharu mendengar perkataan nyonya. Terimakasih banyak. Keluarga Kesuma sudah banyak membantu saya dan keluarga. Tapi, saya merindukan kampung halaman saya"
Seperti nya aku tidak lagi bisa memaksa bik Minah. Bagaimanapun dia berhak untuk bahagia di sisa usianya.
"Ya sudah. Memang nya di mana kampung halaman bibik? "
"Di pedalaman Kalimantan "
Mendengar ucapan bik Minah seketika membuat penasaran pada diriku.
" Apakah di sana keadaan alam nya masih sangat asri bik? "
" Ya tentu saja. Bisa di katakan begitu"
"Hmm.. Baiklah"
"Apakah nyonya mengijinkan saya kembali ke kampung halaman saya? " tanya bik Minah penuh harap.
"Ya. Tentu bik"
"Terimakasih nyonya.. "
"Tapi bik Minah harus mengajak serta Flo " ucap ku.
***********************
Sudah menjadi keputusan ku untuk meninggalkan Mansion sementara waktu dan mencari ketenangan di kampung halaman bik Minah.
Ketenangan. Aku hanya perlu itu. Aku tidak boleh stress dan banyak pikiran demi perkembangan calon bayiku.
Lagipula jika masih berada di Mansion ini maka dapat di pastikan jika Jake akan menemuiku. Bukan aku ingin menghindari nya. Sebenarnya aku sangat merindukan nya. Aku hanya belum siap bertemu dengan nya dan kembali mengingat hal-hal yang menyakiti perasaan ku. Ohh aku tak ingin menangisi hal yang sama di saat aku tengah mengandung.
Bayi ku tidak boleh tau jika aku sedang bersedih.
Katakan lah aku pengecut karena tidak berani menghadapi masalah.
Oh ayolah. Mungkin aku bisa menguatkan diriku di hadapan Joy.
Tapi aku rasa aku tidak akan sekuat itu jika berhadapan langsung dengan suamiku, Jake.
Suami? Mungkin kah kami masih berstatus suami istri seperti yang di katakan Devani beberapa hari yang lalu.
Entah lah.
Di satu sisi aku ingin percaya pada Devani yang sepertinya tidak berbohong.
Tapi di sisi lain, aku ragu.
Bagaimana jika aku salah mempercayai Devani? Bagaimana jika semua itu hanya siasat untuk kembali menghancurkan ku?
Aku tau tidak selamanya aku bisa menghindar. Yaa aku akan menghadapi nya tapi tidak sekarang mengingat kehamilan ini. Mungkin setelah bayi ku lahir dan di saat mental ku sudah siap maka aku lah yang akan datang dengan sendirinya menemui Jake dan menyelesaikan semua masalah ini.
Sehari Sebelum kepergian ku bersama bik Minah, Aku bertemu dengan om Joseph yang berkunjung ke Mansion ku. Semula dia datang dengan tujuan yang sama dengan Devani yaitu membujuk ku untuk menemui Jake. Tapi aku menolak nya.
Yaa aku menolak nya. Untuk apa lagi aku menemuinya. Jika memang ada hal penting kenapa tidak Jake saja yang datang menemui ku. Tidak perlu dia mengirim Devani ataupun om Joseph untuk membujuk ku.
Aku merasa seperti ada kejanggalan. Tapi aku tidak tau apa persis nya itu. Ya sudah lah. Aku tidak boleh banyak pikiran lagi.
Fokus pada calon bayiku saja.
Akhirnya aku minta bantuan om Joseph untuk mengawasi perusahaan selama aku tidak ada. Awal nya lelaki tua seumuran mertua ku itu enggan menyetujui keinginan ku mengingat keadaan ku yang berbadan dua harus berada di tempat yang jauh dari jangkauan nya. Bagaimanapun om Joseph selalu peduli pada ku yang sudah di anggap seperti anak nya.
Tapi aku berhasil menyakinkan nya untuk menyetujui keputusan ku.
*****************
Aku tidak main-main dengan ucapan ku. Yaa aku kini telah berada di kampung halaman bik Minah.
Suatu perkampungan di pedalaman hutan Kalimantan. Di sini aku tinggal di sebuah Villa sederhana tak jauh dari air terjun. Menurut cerita bik Minah , Villa dengan material kayu ulin ini adalah peninggalan keluarga Kesuma yang sekarang di tinggali oleh cucu dari bik Minah bernama Mirna dan suami nya.
Di perkampungan ini hanya terdapat sekitar 50 kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai pekerja di perkebunan kepala sawit milik Keluarga Kesuma.
Pada jalan utama di desa terdapat satu jembatan kecil yang merupakan akses untuk terhubung dengan desa seberang. Dari desa seberang menuju ke kota perlu waktu sekitar dua hari setelah melewati perkampungan kecil lain nya.
"Nyonya. Saya mau ke rumah tetangga sekitar lima rumah dari sini. Saya harap nyonya bisa tinggal di sini saja. Dan jangan pergi selama saya tidak di rumah"
"Iyaa bik. Tenang saja" ucap ku.
Aku tau bik Minah khawatir jika aku diam-diam pergi ke dekat air terjun itu mengingat kandungan ku yang sudah membesar ini. Yaa bayi ku tumbuh sehat dan kini usia kandungan ku sudah delapan bulan lebih.
Rencananya besok aku dan bik Minah akan ke Kota mengingat waktu kelahiran bayiku tidak akan lama lagi.
"Ya sudah. Saya pergi dulu. Jika nyonya perlu sesuatu katakan saja pada Mirna. Dia ada di kamar nya sedang menyusui anak nya"
"Iya bik.." ucap ku.
Jika aku bisa melakukan sesuatu sendiri maka sebisa mungkin aku tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih lagi bik Minah atau Mirna cucu semata wayang bik Minah yang baru saja melahirkan dua bulan lalu di Villa ini.
**********
Aku memandang pemandangan alam yang masih asli ini. Udara yang begitu sejuk ini seolah menyehatkan paru-paru ku.
Aku mengusap lembut perut besar ku saat ku rasa ada pergerakan mungil di dalam sana.
" Baby... Kamu sedang apa sih? Kenapa hari ini kau bergerak lebih aktif nak ?"
Aku masih mengelus-elus perut ku seolah menenangkan bayiku.
Seketika terdengar suara yang amat sangat nyaring memecah kesunyian di perkampungan ini.
Suara apa itu?
sepertinya tidak jauh dari ini.
Aku pun masih menatap ke arah jendela kamar ku di lantai dua bangunan villa ini.
Terlihat asap mengepul di balik pepohonan yang rindang.
Apa yang terjadi?
Aku yang penasaran mencoba mencari tau. Dengan pelan aku menuruni tangga sambil memegangi perut besar ku. Ketika aku akan melewati kamar Mirna, langkah ku terhenti saat mendengar tangisan bayi perempuan nya. Aku pun masuk ke kamar itu .
"cup cup cup sayang.. " ucap Mirna menenangkan anaknya.
"ehh nyonya di sini? Perlu sesuatu? " tanya Mirna pada ku.
"Tidak. Kenapa dengan Sovia? " Ujar ku balik bertanya.
"Dia terkejut dan terbangun dari tidurnya karena mendengar suara nyaring dari luar " ucap Mirna menjelaskan.
"Iyaa. Aku juga mendengar nya"
Kemudian aku dan Mirna yang membawa serta Sovia keluar kamar menuju teras depan untuk melihat keadaan di luar.
Orang-orang nampak berlalu lalang masuk ke dalam hutan.
" Ada apa pak? " tanya Mirna pada seorang lelaki tua yang melewati Villa sederhana ini.
"Ada ledakan dari dalam hutan" ujar pak tua sebelum berlalu.
Ya Tuhan ledakan?
Aku kira berada di sini akan sangat tenang.
Tapi ternyata...
kenapa bisa terjadi ledakan?
Apa yang baru saja meledak?
Seketika perasaan ku menjadi tak tenang. Seperti terjadi sesuatu .
****************************
JAKE POV
Aku terus berjalan dan berjalan. Entah berapa lama waktu ku lalui dan berapa jauh jarak ku tapaki. Aku terus berjalan tanpa menemukan tempat persinggahan. Aku ingin berhenti tapi badan ku terus saja bergerak tanpa kenal lelah.
Sebenar nya di mana aku saat ini?
Seperti ruang hampa udara. Semua nya memutih dan tidak jelas arah nya.
" Jake, anak ku "
Suara itu. Suara wanita yang terdengar lembut seolah menarik ku untuk menjejakkan kaki ku pada suatu taman yang indah.
Di tengah taman itu ada air mancur. Dan di dekatnya ada seorang wanita anggun yang berdiri seolah menyambut ku.
" Jake... Kau datang " kata wanita itu.
Dia memeluk ku. Rasa nya sangat damai berada dalam pelukannya.
Bahkan pelukan nya sangat nyaman seperti berada dalam pelukan Flora, isteriku.
Yaa Flora. Di mana kamu sayang?
"Jake. Anak ku. Kau sudah menjadi lelaki dewasa yang tampan. Sebentar lagi kau menjadi ayah dan aku akan menjadi nenek"
"Ibu ....?"
Wanita ini terlihat mirip sekali dengan potret ibu ku ketika masih muda.
"Ya aku ibu mu Jake. Aku tidak bertambah tua sedikit pun. Keadaan ku masih sama seperti pertama kali aku berada di sini" ucapan nya masih membingungkan ku.
Dia seperti bisa membaca pikiran ku.
"Ya mungkin terdengar mustahil mengingat di dunia nyata ayah mu saja sudah menjadi kakek-kakek tua. Tapi ini lah surga Jake. Keindahan selalu abadi di sini "
Perkataan nya membuat aku terhenyak.
Dia bilang surga. Apa aku sudah mati?
"Tidak. Kau masih hidup anak ku " ucap nya lagi seolah bisa membaca pikiran ku.
"Kenapa kau bisa membaca pikiranku? "
"Aku ibu mu. Aku tau semua hal tentang anak ku"
"Daddy.... " teriak seorang anak lelaki yang berlari ke arah ku.
Aku terkejut saat mendapati tubuh kecil anak itu memeluk kaki ku.
" Daddy.. Ayo kita pulang. Mommy sudah lama menunggu.. "
"Jake pulang lah. Temui keluarga mu" ucap ibu ku.
"Apa?? " semua ini sungguh membingungkan ku.
Seketika keadaan kembali seperti semula. Semua nya memutih. Tidak ada lagi keadaan taman yang indah. Ibu ku dan anak lelaki tadi menghilang entah kemana.
" Kembali ke dunia nyata Jake" suara itu samar-samar terdengar.
"Wake up Jake.. "
"Wake up.. "
********************
Aku terbangun di suatu ruangan asing. Ini bukan kamar ku. Aku mengerak-gerakkan bola mataku untuk meneliti keadaan sekitar tubuh ku terbaring.
Ini seperti di rumah sakit. Dan aku sedang dalam perawatan macam apa hingga tubuh ku harus di pasang kan alat-alat medis yang aku tak tau apa namanya selain ventilator yang terpasang untuk membantu pernapasanku.
"Jake.. Kau sudah sadar" ucap seseorang yang perlahan mendekat ke arah ku.
Dia Mita. Istri muda ayah ku.
Tak lama ayah ku datang bersama seorang dokter yang memeriksa keadaan ku.
"Keajaiban telah terjadi.. " ucap Dokter itu.
"Syukur lah" ucap ayah ku terdengar sangat senang.
"Masih perlu beberapa waktu lagi untuk anggota gerak tubuh nya bisa bekerja seperti semula mengingat sekian bulan dia terbaring koma"
Ucapan dokter itu sungguh mencengangkan ku.
Sekian bulan aku tak sadarakan diri? Yang benar saja?
Apa yang terjadi selama aku koma?
Dimana isteriku?
Flora kamu di mana sayang?????
*********************