AUTHOR POV
Seseorang berpakaian serba hitam berjalan sambil mengendap-endap di koridor rumah sakit tempat Jake tengah di rawat.
Saat itu lewat tengah malam dan keadaan sudah sangat sepi. Lelaki itu melihat beberapa penjaga di depan ruang rawat Jake tengah tertidur.
"Kesempatan bagus" pikir lelaki itu.
Dia tidak akan mengalami kesulitan untuk masuk ke ruangan di mana orang yang ingin dia temui berada.
Hanya perlu waspada dan kehati-hatian hingga lelaki itu berhasil berada di dalam ruang rawat Jake.
Dia sempat memperhatikan keadaan sekitar ruangan itu. Beruntung baginya tidak bertemu siapa pun di sana selain Jake yang tengah terbaring dengan beberapa alat medis yang masih melekat di tubuh nya.
Dia mendekat ke arah pembaringan Jake dan menatap sosok yang tengah tertidur dengan keadaan gelisah.
"Bangun lah adik... " ucap lelaki itu.
Bagaikan suatu perintah, Jake membuka matanya dan nampak terkejut saat melihat seorang lelaki yang seperti nya tak asing berada di dekat pembaringan nya.
"Kau siapa? " tanya Jake di saat kesadaran nya mulai terkumpul.
"Aku Russel" ucap lelaki itu dengan nada dingin.
"Kau... "
"Ya aku Russel" kata lelaki itu secara cepat memotong perkataan Jake.
"Kenapa kau ada di sini? " tanya Jake dengan nada sinis.
Jake tak bisa menutupi kekesalan nya akan sosok yang ada di dekat nya.
Meski mereka adalah saudara satu ayah berbeda ibu, namun Jake tak habis pikir kenapa Russel harus memiliki dendam pada nya.
"Aku hanya ingin memastikan jika kau sudah benar-benar sadar dari tidur panjang mu, adik"
Ucapan yang baru saja terlontar dari mulut seorang Reinhard Russel Black itu terdengar aneh bagi Jake.
Adik? Oh yang benar saja itu terdengar menggelikan.
Beberapa hari setelah Jake tersadar dari koma, pelan-pelan Anthony mulai bercerita panjang lebar tentang masa lalu nya. Tentang hubungan segitiga di antara dirinya dengan Madeline ibunya Jake dan juga Shailene ibunya Reinhard.
"Aku harap kau dan Russel bisa akur "
itu lah kata-kata yang di ucapkan Anthony pada Jake. Seolah kata-kata itu amat sakral hingga terngiang-ngiang di kepala Jake.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi. Langsung ke inti nya saja"
Lelaki itu menarik napas guna mengendalikan dirinya yang tengah bergulat dengan rasa dendam dan penyesalan.
Sebesar apapun rasa dendam itu melingkupi jiwa nya bertahun-tahun, entah mengapa saat dia mengetahui fakta jika dirinya hanya di jadikan pion untuk menghancurkan keluarganya saat itu lah timbul rasa sesal yang teramat dalam di hati kecil seorang Reinhard Russel Black.
"Maaf kan aku atas semua nya"
"Maaf ? Semudah itu? " ucap Jake terdengar amat sinis.
"Aku mengerti jika dosa-dosa ku tidak terampuni. Itu hak mu. Aku pikir tidak baik juga jika menyimpan dendam dan amarah terlalu lama"
Hening. Dua lelaki itu saling pandang dengan pikiran masing-masing.
"Sekali lagi aku minta maaf. Aku pergi dulu" kata Reinhard yang akhirnya angkat bicara.
Dia berbalik ke arah pintu dan mulai berjalan beberapa langkah sebelum berhenti.
"Semoga kau cepat sembuh, adik" ucap Reinhard tulus sambil menolehkan sedikit kepalanya sebelum kembali berjalan.
"Terimakasih. Aku sudah memaafkan mu, kakak" ucap Jake canggung.
Seketika tubuh Reinhard mendadak kaku, terasa aneh ada seseorang yang memanggil nya dengan sebutan 'kakak' terlebih lagi yang mengucapkan nya adalah Jake yang merupakan target dari dendam nya di masa lalu.
Tanpa mereka sadari dari tadi ada seorang lelaki tua yang menyaksikan percakapan singkat antara kakak beradik itu.
Anthony merasa lega melihat kedua putra nya telah bertemu dan tidak lagi menyimpan dendam dan amarah.
"Ayah... " ucap Reinhard dan Jake bersamaan. Mereka tampak kaget melihat Anthony tiba-tiba muncul dari pintu masuk.
"Aku senang melihat putra-putra ku berkumpul" ucap Anthony yang langsung merangkul Reinhard dan membawa nya mendekat ke pembaringan Jake.
"Ayah. Aku harus segera pergi" ujar Reinhard yang mencoba melepaskan rangkulan tangan ayahnya yang terasa menghangatkan hatinya.
"Hei. Kenapa terburu-buru " kata Anthony mencoba menahan kepergian Reinhard.
"Aku harus segera kembali ke sel" ucap Reinhard terdengar dingin.
Dengan bantuan anak buah yang masih setia padanya, Reinhard berhasil menyuap petugas yang menjaga sel nya untuk membebaskan nya sementara waktu. Yaa hanya sementara waktu ketika dia ingin menghirup udara kebebasan di luar penjara. Itupun hanya di malam hari saja tepatnya saat lewat tengah malam.
Dia akan kembali masuk ke dalam sel nya saat matahari akan terbit.
Begitu lah Reinhard Russel Black menjalani sisa hari-harinya di balik jeruji besi. Tidak lah sulit baginya untuk meloloskan diri selama-lamanya dari penjara tapi Reinhard bukan lah seorang pengecut yang terus lari dan menjadi buronan.
"Russel. Aku akan mengupayakan segala cara untuk membebaskan mu" ucap Anthony.
Reinhard menggeleng.
"Tidak perlu ayah. Aku bisa menghadapi masalah ku sendiri. Meski sekarang ruang gerak ku terbatas tapi aku masih seorang mafia yang di takuti "
Anthony terkekeh mendengar perkataan Anak sulung nya itu.
"Jika kau perlu bantuan, segera hubungi aku.. "
"Aku juga siap untuk membantu" ucap Jake cepat memotong perkataan Anthony.
Reinhard tersenyum merasakan perasaan nya menghangat .
"Terimakasih ..." ucap Reinhard.
"Aku hanya kesulitan menemukan jejak Paman Sergio, bisa kalian bantu aku untuk menyeret nya. Aku tidak ingin sendirian menjalani sisa hukuman ku "
**********************
Meski Jake sudah tersadar dari tidur panjangnya, dia masih harus berada di rumah sakit guna menjalani serangkaian terapi dan pemeriksaan.
Seluruh tubuh Jake masih terasa sulit untuk di gerakkan hingga dia harus menjalani terapi. Yaa Jake berusaha keras untuk mengembalikan kemampuan geraknya. Bagaimanapun dia harus segera bisa berjalan dengan normal seperti biasanya.
Sudah seminggu ini Jake mengikuti saran dokter untuk terapi dan sudah menunjukkan hasil jika kedua tangan nya sudah bisa bergerak seperti sedia kala. Begitu pun dengan kaki-kaki nya yang sudah bisa menopang tubuhnya meski harus di tuntun ataupun berpegangan dengan seseorang.
Begitu tersadar dari kondisi koma, Jake sempat frustasi mengetahui jika tubuhnya serasa mati rasa, dia sudah seperti orang lumpuh dan yang lebih membuat Jake terpuruk adalah ketidakberadaan Flora, wanita yang sudah di nikahi nya beberapa bulan itu tidak pernah sama sekali terlihat di hadapan Jake.
"Di mana kau Princess?? "
Pertanyaan itulah yang selalu memenuhi benak Jake.
Jika saja keadaan nya sudah memungkinkan, Jake tidak akan bisa menunggu lagi untuk mencari keberadaan wanita yang sangat di cintainya itu.
Tapi mau bagaimana lagi, Jake hanya bisa pasrah dan menunggu. Yaa menunggu sampai keadaan tubuhnya cukup bersahabat dan dia tak lagi harus menjalani pengobatan yang membosankan di rumah sakit.
Jake tak habis pikir mengapa tubuhnya seperti orang lumpuh saat dia terbangun setelah sekian lama tertidur panjang. Dokter yang menangani keadaan Jake sama sekali tidak memberikan penjelasan akan hal itu. Dokter hanya memberikan nya saran untuk terapi dan terus mengkonsumsi obat nya secara rutin.
Mengenai kondisi organ paru-paru Jake yang sempat cedera sudah
berangsur-angsur membaik. Tapi hingga saat ini dokter sama sekali tidak memperbolehkan jika alat bantu pernapasan itu di lepas walau hanya sebentar.
Dokter mengatakan jika tubuh Jake akan sangat membutuhkan ventilator tersebut hingga beberapa bulan ke depan tergantung perkembangan kesehatan tubuh Jake secara keseluruhan.
Meski tak bisa ke mana-mana, Jake tetap melakukan upaya untuk menemukan Flora dengan menggerakkan banyak anak buahnya.
Jake sempat kecewa saat mengetahui Flora tak lagi berada di New York. Wanita yang masih berstatus sebagai isterinya itu di ketahui berada di Mansion nya di Jakarta, Indonesia.
"Ohh yang benar saja mengapa Flora tak ada di saat aku sangat membutuhkan kehadirannya? "
"Mengapa Flora menghilang? Bukan kah aku sudah mengatakan padanya jika aku akan kembali. Harusnya dia menunggu ku !! "
"Atau kah ada sesuatu yang terjadi dan itu semua di luar kendali ku?? "
Semua pertanyaan seputar menghilangnya Flora lagi-lagi mengisi lamunan Jake.
Hingga akhirnya dia mengetahui cerita sesungguhnya dari Devani sewaktu wanita itu datang menjenguk Jake bersama dengan kembaran nya Devina.
"Mau apa kau ke sini? " tanya Jake enggan menatap ke arah Devani.
Hingga kini pun Jake masih menjaga jarak dari wanita yang pernah menjadi teman masa kecilnya itu.
"Menjenguk mu, Jake " jawab Devani dengan nada canggung.
Meski sudah beberapa kali Devani menyempatkan waktunya untuk sekedar melihat keadaan Jake, dia masih saja merasa kikuk berhadapan langsung dengan Jake. Terlebih lagi sekarang Jake telah tersadar sepenuhnya dari tidur panjang.
"Jake. Syukurlah kau sudah sadar. Keajaiban telah terjadi saat orang-orang mulai putus asa melihat keadaan mu seperti mayat hidup " kata Devina mencoba membuat keadaan agar tidak terasa kaku.
"Mayat hidup? Sialan kau Devi..!! " ucap Jake setengah kesal.
Devina tertawa sebentar saat menyadari candaan nya terasa garing dia pun segera membungkam mulut nya.
"kau tau Jake. Jika saja Tuhan tidak berbaik hati padamu mungkin alat-alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuh mu akan di lepas dan... Yahh kau sudah berada di surga dan tak kan lagi berkesempatan bertemu dengan princess Flora"
"Apa??? Brengsek...!! " maki Jake tambah kesal.
"Sebelum kekesalan ku berubah menjadi amarah, sebaiknya kau pulang saja " ucap Jake mengusir Devina.
Kemudian dia menatap dengan enggan pada Devani dan berkata, " Kau juga pergi.Pergi yang jauh" ucap Jake sinis.
"Heii jangan usir kami tuan Xander Junior. Karena kau akan sangat menyesal melewatkan informasi penting" ucap Devina dengan suara selembut mungkin.
Akhirnya Devani memulai penjelasan panjang lebar pada Jake. Devani mengatakan cerita yang sesungguhnya. Sulit bagi Jake untuk bisa mengontrol dirinya agar tak meledakkan amarahnya pada Devani atau pun Reinhard, kakaknya.
Rasa marah dan kesal yang sempat singgah pada Jake telah padam saat dirinya berdamai dengan Reinhard. Tapi ada satu cerita yang di lewatkan lelaki yang merupakan saudara satu ayah dengan Jake itu.
Cerita tentang perceraiannya dengan Flora yang telah di rekayasa. Yaaa semua nya sudah jelas sekarang. Sangat masuk akal jika Flora pergi meninggalkan nya tanpa tau kebenaran nya.
Seketika amarah menguasai Jake , dia hampir saja bangkit dari ranjang nya jika saja si kembar Devani dan Devina tidak menahannya.
"Lepaskan aku. Aku harus pergi. Aku harus menemukan isteriku dan menjelaskan semuanya" ucap Jake serak.
"Tenang kan dirimu Jake. Masalah tidak akan selesai jika kau pergi dengan amarah di dirimu" ucap Devina bijak.
"Itu benar Jake. Lagi pula kondisi tubuh mu masih tidak memungkinkan untuk bepergian jauh" ucap Devani yang masih memegangi tangan Jake.
Sesaat Jake tersadar jika yang di katakan dua wanita kembar di dekatnya itu ada benarnya.
Emosi yang sempat menguasai Jake perlahan mulai redam. Dia mulai berpikir lebih jernih dan saling bertukar pikiran dengan si kembar.
Tanpa sadar jarak yang selama ini di ciptakan Jake terhadap dirinya dengan Devani mulai menghilang secara perlahan seiring dengan kesadaran dari kedua belah pihak yang menyadari jika sebenarnya mereka menginginkan keakraban persahabatan mereka seperti dulu.
Yaa seperti dulu saat masalah di dunia seolah tak pernah ada. Saat yang menyenangkan saat di mana mereka bisa terus bersenang-senang tanpa harus memikirkan beban hidup.
*************************
Sudah satu bulan semenjak Jake tersadar dari koma. Kini Jake sudah tidak lagi berada di rumah sakit. Dia sudah di perbolehkan dokter untuk pulang ke rumah dengan tetap mendapat perawatan. Yaa dokter telah menempatkan perawat untuk memantau kondisi Jake. Semua itu tak lepas dari keinginan Anthony, ayah nya Jake.
Lelaki itu tampak risih dengan semua aturan itu toh dia sudah merasa sangat sehat sekarang. Tapi mau bagaimana lagi dia hanya bisa menerima semua perlakuan istimewa itu yang terasa berlebihan bagi Jake.
"Aku hanya ingin yang terbaik bagi mu son. Kau tau saat dirimu terbaring dalam kondisi koma , aku merasa separuh jiwa ku tak lagi ada di tubuh ku. Aku merasa gagal sebagai orang tua"
Begitu lah kata-kata yang di lontarkan Anthony saat Jake sempat menolak jika menempatkan beberapa perawat untuk memantau kesehatannya ataupun mengingatkan nya untuk meminum obat.
Suatu ketika Jake mendapat informasi dari Kondrad jika Flora tak lagi berada di Indonesia. Jake sempat menggeram saat mengetahuinya. Dia tak lagi bisa berdiam diri dan hanya menunggu informasi. Dia harus bergerak juga untuk menemukan keberadaan Flora secepatnya.
"Ya secepatnya akan ku temukan kau, isteriku"
Tanpa menghiraukan peringatan dari perawat nya, Jake pergi dengan menggunakan pesawat jet nya menuju ke Indonesia tepatnya Jakarta. Jake harus memastikan jika informasi yang di dapat Kondrad dari anah buah nya tidak lah keliru.
****************************
Jakarta, Indonesia at 10.00 Am
Begitu turun dari pesawat jet nya dan menjejakkan kakinya di Jakarta, Jake langsung menuju ke Mansion Flora dengan harapan jika informasi yang di sampaikan anak buah Kondrad memang keliru.
Sesampainya di Mansion itu, kedatangan Jake di sambut para Maid yang sama sekali tak menyangka jika suami dari nyonya mereka akhirnya datang setelah beberapa minggu yang lalu nyonya mereka pergi tanpa mengatakan apapun.
Di sana Jake juga bertemu dengan Catty yang nampak sangat senang bisa bertemu lagi dengan nya.
"Catty. Katakan padaku jika kau mungkin mengetahui keberadaan Flora "
Keponakan dari Jake itu hanya menggeleng dan hal itu membuat Jake tampak frustasi. Tapi semua kegundahan itu seolah terobati saat kemudian Catty menceritakan tentang kehamilan Flora.
"Benarkah? Flora sedang hamil? Dia mengandung anak ku? " tanya Jake hampir tak percaya.
Sungguh Jake sangat senang mengetahui jika sebentar lagi dia akan menjadi ayah.
Kebahagiaan itu akan terasa sempurna jika saja Flora berada di dekat nya. Tapi mengapa Flora harus pergi jauh tanpa meninggalkan jejak.
"Iya uncle Jake . Selamat yaa " ucap Catty tulus.
Hening sesaat
"Uncle. Apakah kalian sedang ada masalah ?? " tanya Catty pada Jake.
Masalah? Sebenarnya tidak ada masalah. Hubungan Jake dan Flora bisa di katakan baik-baik saja jika tidak ada pihak yang mengusik ketentraman rumah tangga mereka.
Semua ini hanya kesalahpahaman dan Jake harus meluruskan nya. Tapi dia harus bertemu dengan isterinya itu agar semua nya dapat di perbaiki dengan kejelasan yang sesungguhnya.
**********************
Berbulan-bulan Jake harus bolak-balik Jakarta-NewYork. Hal itu harus Jake lakukan, Bagaimanapun Jake sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaan nya. Sebenarnya Anthony sudah menawarkan diri untuk menghendel semua nya sampai Jake menyelesaikan masalah rumah tangganya. Tapi Jake tidak bisa membiarkan ayahnya yang sudah tua itu terus bekerja menggantikan nya. Terlebih lagi Anthony sudah cukup lama menggantikan nya saat Jake koma dan saat Jake menjalani masa perawatan setelah sadar dari koma.
Jake tau ayah nya perlu menikmati masa tua nya bersama Mita, isteri muda nya.
Suatu hari Jake bertemu dengan Joseph. Lelaki tua itu seakan mengetahui sesuatu tentang keberadaan Flora tapi dia terkesan enggan memberikan informasi pada Jake.
"Aku tau kau menyembunyikan sesuatu dari ku" kata Jake yakin.
Lelaki tua itu tertawa kecil sebelum mengeluarkan kata-kata.
"Ya. Tebakan mu benar jika itu mengenai keberadaan isteri mu"
Seperti biasa Joseph bisa membaca pikiran Jake sebelum Jake mengatakan apa yang dia inginkan.
"Katakan padaku dimana Flora sekarang" ucap Jake langsung pada intinya.
"Aku rasa mungkin sudah saat nya kalian harus bertemu dan berbaikan. Lagipula kau harus siap siaga di saat Flora akan melahirkan nanti" ucap Joseph santai.
"Kau... Kau tau? "
"Ya. Tentu saja aku tau"
"Kenapa selama ini kau diam saja saat aku dan anak buah ku kesulitan melacak jejak Flora huh " ucap Jake kesal.
"Ini semua keinginan Flora. Dia hanya perlu ketenangan selama masa kehamilannya. Kau tau, kandungan nya sempat melemah karena stress dan tertekan dengan masalah kalian"
Ucapan Joseph itu bagaikan tamparan keras bagi Jake. Bagaimana mungkin Flora harus melewati semua itu seorang diri. Seketika Jake merasa sangat bersalah dan tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa-apa.
"Aku tidak tau posisi pasti nya Flora berada sekarang. Karena tempat itu masih memiliki hawa magis yang cukup kuat. Bahkan daerah itu tidak terlacak oleh satelit"
Kata-kata yang baru saja di ucapkan Joseph membuat Jake kebingungan.
"Katakan saja padaku " pinta Jake.
"Pedalaman hutan Kalimantan. Dia tinggal di sebuah Villa kecil dekat air terjun. Aku tidak pernah ke sana sebelumnya. Tapi aku sering mendengar tentang pertambangan emas dan berlian yang di kelola saat kakek dan nenek Flora masih hidup. Tapi karena aktivitas pertambangan itu perlahan merusak ekosistem sekitar, akhirnya pertambangan di hentikan dan di gantikan dengan mengelola perkebunan kelapa sawit"
Penjelasan panjang lebar dari Joseph cukup di pahami Jake.
Dia pun segera menghubungi anak buah nya untuk bergerak cepat dan segera menemukan posisi Flora berada.
***********************
Jake hampir saja putus asa saat semua usaha nya tidak juga mendapatkan hasil. Keberadaan pasti posisi Flora saat ini masih belum bisa di pastikan.
Petunjuk yang di berikan si tua Joseph tidak benar-benar membantu . Entah karena kawasan hutan pedalamaan Kalimantan itu memang terdapat sesuatu yang mistis atau kah anak buah nya tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Hingga suatu hari seseorang yang tak di kenal Jake datang menemui nya dan membawa kabar yang cukup menarik.
"Siapa kau? " tanya Jake menyelidik pada seorang lelaki yang jika di lihat secara fisik dapat di ketahui jika dia bukan orang Asia.
"Saya Rex. Saya salah satu dari anggota team Kondrad" jawab lelaki itu sopan sambil menunduk seolah menghindari tatapan Jake yang selalu bisa mengintimidasi siapa saja yang bertatap muka dengan nya.
"Seperti nya aku tidak pernah melihat mu sebelumnya" ucap Jake datar.
"Tentu saja Tuan. Saya biasa nya bertugas di lapangan dan jarang bisa langsung menghadap anda"
Kening Jake sempat terangkat sedikit demi mendengar perkataan lelaki bernama Rex ini.
"Benar juga apa yang di katakan nya. Hanya Kondrad yang selalu bertemu dengan ku dan melaporkan langsung hasil kerja nya bersama team" pikir Jake dalam hati.
"Jadi. Apa yang membawa mu berani menghadap ku? " tanya Jake langsung .
Lelaki itu tersenyum miring sambil merunduk sebelum berkata.
"Saya telah mendapatkan posisi pasti nyonya Flora sekarang"
"Kau yakin? " tanya Jake yang terdengar bersemangat.
"Saya sangat yakin dan sudah memastikannya"
Jake kembali menatap ke arah lelaki di dekat nya itu. Jake merasa aneh karena Kondrad sama sekali belum memberikan nya kabar apapun semenjak satu minggu yang lalu.
"Good Job" puji Jake tersenyum lega.
Senyuman tulus pertama Jake semenjak dirinya di landa kegundahan sejak Flora pergi meninggalkan dirinya dengan membawa serta calon bayi mereka.
"Tapi mengapa hanya kau saja yang memberi kabar bagus itu pada ku? Kemana Kondrad? Bukan kah dia ketua team mu , seharusnya kau tidak melangkahinya" ucap Jake yang sempat sangsi.
"Kondrad sedang menjaga nyonya dan memantau posisinya agar tidak berpindah-pindah tempat lagi. Dari yang saya tau beberapa hari lagi isteri Tuan akan melakukan perjalanan lagi "
"Sepertinya kau tau banyak " ucap Jake sinis.
"Tapi kau terlihat tidak meyakinkan " tambah Jake lagi.
"Saya mengerti jika Tuan meragukan saya. Mungkin anda akan langsung percaya jika Kondrad yang sekarang membawa kabar baik ini. Sebenarnya Kondrad sempat cedera saat kami tersesat dalam hutan. Kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk menghadap Anda. Lagipula dia tidak bisa menghubungi anda saat ini karena tidak ada sinyal di sana"
Jake mendengarkan perkataan Rex dengan seksama.
"Baiklah. Apa kah ada sesuatu yang bisa merubah pendapat ku ?" kata Jake yang mulai tidak sabar.
Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari balik saku nya.
Sebuah kamera.
Dia menyerahkan benda itu pada Jake.
"Anda bisa melihat potret terakhir nyonya Flora yang sempat saya abadikan dari jarak jauh " ucap Rex tenang.
Suami dari Flora itu segera memeriksa koleksi Foto dari kamera tersebut. Dan benar saja. Jake melihat seorang wanita dengan perut besar nya tengah duduk di bebatuan dekat air terjun. Meski di ambil dari jarak yang tidak terlalu dekat tapi Jake dapat memastikan jika yang berada dalam Foto itu memang Flora, isteri tercintanya. Jake juga melihat foto-foto lain dan kini dia menjadi sangat yakin jika yang di katakan Rex memang benar.
"Kita harus bergerak cepat Tuan. Karena isteri anda akan segera meninggalkan Villa. Karena dia akan melakukan persalinan di kota. Tapi berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Maksud saya Nyonya bisa berpindah-pindah posisi lagi dan kita akan kembali kesulitan menemukan nya jika terlambat sedikit saja"
Yaa mereka tidak boleh terlambat. Bagaimanapun Jake ingin segera bertemu dengan Flora. Dia ingin menyentuh perut besar princess nya dan menemani isterinya itu di saat-saat persalinan nanti.
"Ya kau benar. Siapkan segala sesuatu nya agar kita bisa cepat sampai di tempat isteri ku berada" perintah Jake.
"Saya sudah menyiapkan sebuah Helicopter untuk mengantar kita ke sana"
**************
Kini Jake dan Rex sudah berada di dalam Helicopter yang sudah menguadara. Entah berapa lama mereka berada di ketinggian ribuan meter itu hingga lamunan Jake tentang Flora terusik dengan gerakan
tiba-tiba dari Rex.
Lelaki itu dengan cepat mengambil sesuatu di belakang kursi kemudi nya. Hal itu tak luput dari pandangan Jake. Namun ada sesuatu yang langsung mencuri perhatian Jake.
"Kau. Kau menjebak ku" geram Jake saat menyadari jika di bangku belakang nya sudah terpasang alat peledak yang masih aktif.
Lelaki di sebelah Jake itu hanya tersenyum miring. Dia terus mengenakan parasut itu dan segera membuka pintu keluar dari helicopter tersebut.
"Sialan " maki Jake kesal karena dia telah tertipu.
"Aku hanya menjalankan tugas untuk akhir yang menyedihkan " ucap Rex yang telah berhasil membuka pintu Helicopter itu.
"Kau tidak bisa lari begitu saja sebelum mengatakan pada ku siapa yang menyuruh mu untuk membunuh ku" ancam Jake yang sudah memegang kuat leher Rex dengan pergelangan tangan nya.
Hal itu menyulitkan Rex untuk bergerak dan langsung terjun ke bawah dengan parasut yang sudah terpasang di tubuh nya.
Dengan memberi perlawanan Rex mencoba mengucapkan kata-kata.
"Seseorang yang sangat ingin melihat Tuan Anthony dan seluruh keturunan nya menderita"
"Sialan. Siapa dia? " tanya Jake yang kali ini makin mengeratkan kuncian nya pada leher dan tubuh Rex.
Rex terus melakukan perlawanan hingga berhasil melepaskan diri dari Jake. Mereka saling pukul tanpa menghiraukan keadaan Helicopter yang mereka tumpangi telah terbang tanpa jelas arah nya.
Helicopter yang telah kehilangan kendali itu berputar-putar di udara. Dan hal itu tetap tak menghentikan aksi saling hantam antara Jake dan Rex.
"Baiklah. Sebelum kau mati penasaran akan ku beri tau kau siapa yang menyuruh ku"
"Bastard...!!!" maki Jake.
"Apakah Russel yang menyuruh mu untuk membunuh ku ?"
Yaa hanya orang itu yang kemungkinan masih menyimpan dendam pada Jake. Tapi bukan kah mereka sudah berbaikan?
Rex sempat tertawa mendengar perkataan Jake yang mengira jika saudara satu ayah nya itu dalang dari ini semua.
"Dengar aku baik-baik Tuan Xander Junior"
Bughhhhhhh
Satu hantaman keras telah melayang ke arah wajah Jake.
Bughhhh
Satu tendangan berhasil menjauhkan Jake dari tubuh Rex.
"Sergio Black. Dia yang merencanakan semua ini. Tuan Anthony pasti akan sangat terluka jika mengetahui anak kesayangan nya mati dalam Helicopter yang terbakar di udara dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Selamat tinggal"
Setelah mengucapkan hal itu Rex keluar dari Helicopter itu dan kembali mengudara dengan parasutnya yang berhasil mengembang.
"Brengsek.... " Jake menyeka luka di sudut bibir nya.
Dia segera bangkit dan memeriksa sistem rotor pada Helicopter , tapi terlambat karena kendali nya sudah error.
Dalam keadaan terdesak Jake seolah tak dapat berpikir dengan tenang , terlebih lagi saat dia menyadari jika Helicopter tersebut terbangnya semakin rendah ,menukik masuk ke suatu hutan belantara.
Benda yang bisa terbang itu terus menabrak apa saja yang ada di depannya hingga sebuah pohon besar menghentikan pergerakan benda error itu. Pohon itu rubuh di samping Helicopter yang sekarat itu.
Tak cukup sampai di situ, sebuah dahan pohon berhasil menembus kaca Helicopter dan masuk ke dalamnya menyebabkan Jake terhimpit dan kulitnya terasa nyeri saat pecahan kaca itu menembus kulitnya dan menyebab kan dirinya terluka.
Ketika menyadari jika dirinya telah berada di daratan hutan belantara Jake segera mencari jalan keluar dari Tempat sempit dan berbahaya itu. Yaa berbahaya, selain pecahan kaca dan patahan dahan yang cukup tajam itu sesungguhnya beberapa saat lagi granat dan boom itu akan meledak dalam hitungan menit saja.
"Aku harus bergerak cepat dan selamat"
Meski sangsi. Jake mencoba membuka pintu Helicopter yang sudah penyok itu.
"Ahh tidak bisa " pintu itu seolah terganjal sesuatu.
Sesaat Jake mencoba untuk tenang. Hanya ada satu jalan keluar dari sana. Jake memandang pecahan kaca di depannya. Terlihat sangat tajam dan mampu membuatnya semakin berdarah jika dia melewatinya. Tapi Jake tak memiliki pilihan lain.
Jake mulai menggerakkan kakinya yang terhimpit kursi kemudi di sebelahnya. Tidak lah mudah. Posisinya hampir tergencet di dalam sana Karena benda yang bisa terbang itu bertubrukan dengan pohon besar dan sekarang sisi-sisi nya sudah di pastikan sudah hancur dan tak berbentuk lagi.
Jake terus bergerak dengan berlahan tanpa peduli pecahan kaca yang tertancap itu menggores tubuhnya lagi dan lagi. Perjuangan Jake untuk membebaskan diri dari keadaan yang membahayakan itu belum berakhir saat dia berhasil keluar dari Helicopter yang rusak parak.
Tubuh Jake yang telah menginjak tanah yang tertutupi daun-daun kering itu terus menjauh dari bangkai helicopter. Dengan gerakan cepat meski terseok-seok Jake terus berjalan dan berjalan mencari tempat persembunyian yang tepat karena harusnya sesaat lagi boom itu akan meledak bersamaan dengan granat. Perpaduan alat peledak itu akan mampu menghasilkan ledakan yang sangat dahsyat dan jika terlambat sedikit saja bagi Jake untuk menghindar, maka perjuangan nya selama ini akan sia-sia.
"Di siang hari pun di sini masih minim cahaya" gerutu Jake dalam hati.
Tiba-tiba kaki Jake tersandung sesuatu yang menyebabkan tubuh nya terjatuh dan terguling masuk ke suatu parit yang mengering.
"Akhhhhh" pekik Jake saat di rasanya bagian tubuh nya terasa sakit karena terhantam potongan dahan pohon yang mengering.
Saat Jake hendak bangkit dari dalam parit itu, dia menghentikan pergerakan nya karena teringat jika parit yang memanjang ini bisa jadi sangat lah membantu untuk mengamankan diri mengingat jika sebentar lagi akan terjadi ledakan.
Dan dalam sepersekian detik dugaan Jake terbukti.
Duaaaaaaaaaarrrrrrddddddddtttttttt
Suara menggelegar yang amat sangat keras seolah menggema di sekitar Jake. Beruntung baginya bisa terperosok ke dalam parit yang dalam itu.
Seketika hawa panas langsung menyebar dan begitu terasa membakar.
"hukk.. Uhukkkkk... Uhukkkkk"
Jake sempat terbatuk-terbatuk tatkala menghirup udara yang berpolusi.
Semua nya menjadi gelap. Ledakan dahsyat tadi menghasilkan asap hitam yang menggangu. Bukan hanya itu, beberapa pohon ikut terbakar dan apinya perlahan semakin membesar.
"Aku harus segera pergi dari sini secepatnya. Setidaknya aku harus menemukan pemukiman penduduk terdekat" pikir Jake yang langsung bergerak cepat meski dengan langkah yang terseok-seok.
Rasa sakit di kaki nya yang masih mengeluarkan luka segar tak di hiraukan Jake. Dia terus menjauhi lokasi gelap dan berasap tadi hingga suatu cahaya terang di ujung hutan belantara itu seolah mengajak Jake untuk keluar dari hutan.
Penglihatan Jake seolah segar kembali saat melihat air terjun yang dengan riakan nya yang seakan memanggil Jake untuk mendekat.
Tunggu dulu. Air terjun?
"Tempat ini seperti latar foto Flora yang diam-diam di abadikan si brengsek yang hampir membunuh ku tadi" kata Jake pada dirinya sendiri.
Jake semakin mendekatkan diri pada bebatuan besar dekat air terjun.
"Ya. Aku ingat jika isteriku itu duduk di atas batu besar ini "
Seketika Jake merasa amat yakin jika tak akan lama lagi kerinduannya akan sosok Flora akan terobati.
"Tak akan lama lagi kita pasti bertemu Princess" gumam Jake sebelum kesadaran nya perlahan hilang.
********************
"Ada mayat dekat air terjun" teriak salah seorang ibu yang tengah menggendong anak nya.
Hal itu tak luput dari perhatian Flora yang langsung merasa tak enak hati.
Beberapa orang di kampung kecil itu berbondong-bondong pergi ke arah air terjun untuk memastikan perkataan dari ibu-ibu tadi.
"Ada-ada saja. Padahal baru siang tadi mereka berhasil memadamkan api besar dalam hutan. Sekarang di temukan mayat dekat air terjun " oceh bik Minah.
"Ketenangan di kampung ini langsung terusik karena kejadian hari ini" gerutu Mirna yang sedang menggendong baby Sovia .
"Nyonya Flo kenapa? " tanya bik Minah saat melihat Flora memegangi perut nya dan sempat meringis.
"Enggak apa-apa bik, Bayi Flo menendang keras sekali" ucap Flo.
"Nyonya anda terlihat pucat dan banyak berkeringat. Apakah nyonya baik-baik saja? " tanya Mirna sama khawatirnya dengan neneknya.
Flora hanya menggeleng.
"Flo baik-baik saja. Mungkin Flo hanya perlu istirahat "
Flora sedikit berbohong karena tak ingin membuat khawatir bik Minah atau pun Mirna.
Flora merasa keadaan nya dan bayi dalam kandungan nya baik-baik saja. Tapi entah mengapa sedari tadi hati dan pikirannya tak bisa tenang. Flora merasa telah terjadi sesuatu. Iyaa sesuatu. Hal yang mungkin akan mampu membuat Flora menangis lagi dan terluka.
Tidak. Itu tidak boleh terjadi.
******************************