Chereads / Patner For Love / Chapter 3 - 3. Sebuah Tragedi

Chapter 3 - 3. Sebuah Tragedi

Setahun sebelum kedatangan Awana Ke Seoul

Sebuah kapal pengangkut barang, tengah terlihat, begitu banyak kotak peti yang di angkut oleh mereka. Setiap peti berisi senjata, dan juga narkoba yang si selundupkan masuk ke Indonesia.

Satu peti, bernilai miliyaran rupiah jika di pasarkan, dan jumlah peti yang di angkut mencapai ratusan. Senjata ilegal pun terlihat tengah di rakit, dan siap untuk di pasarkan. Jenis senjata yang terlihat sangat baru, dan modern, yang biasa di gunakan dalam militer.

Seorang pria tengah mengawasi proses pengangkutan barang itu. Terlihat lima orang anggota tengah di ikat, dalam keadaan babak belur, dan di todongi oleh senjata api. Pria yang tengah mengawasi itu, menatap tajam ke arah mereka, kemudian mencekik leher salah satu kelima anggota itu.

"Kalian mata-mata?" tanya pria itu, sambil mempererat cengkramannya.

"Apa kalian tidak tahu, tidak pernah ada yang kembali ketika mereka masuk ke sini, dan memata-matai kami? Rupanya kalian ini sungguh luar biasa,"

"Satu nyamuk, di bereskan di kirim lalat pengganggu lagi," kata pria itu.

Senjata yang ada di tangan para pengawalnya itu, di ambil dan di tembakkan secara beruntun kepada lima orang yang di sekap oleh mereka, kelima orang itu berprofesi sebagai agen mata-mata.

Sebuah organisasi telah membayang-bayangi benua asia, selama beberapa tahun terakhir, mereka menamakan organisasi mereka—Athlan, organiasasi yang mengontrol dunia, baik segi ekonomi, dan sebagainya, tidak luput dengan dunia politik.\

Setiap anggota yang di kirim untuk menyelidiki organisasi ini, selalu tidak pernah kembali dan kehilangan kontak dengan mereka.

Tahun 2015, sebuah tim di bentuk lagi, terkumpul hampir 100 anggota dari berbagai negara untuk menyelidiki kasus yang tengah terjadi.

Terdiri dari jaksa, polisi, agen rahasia, masyarakat, dan masih banyak profesi lainnya.

Hingga tragedi tahun 2019, membuat mereka harus membubarkan tim mereka kembali, karena tewasnya semua tim yang ada, kecuali seorang anggota yang tidak turun langsung ke lapangan saat itu.

Seperti kebanyakan orang, akhir pekan adalah cara terbaik menghabiskan waktu dengan bersantai. Lautan dan pantai adalah menjadi pilihan seorang gadis setiap saat, untuk mengakhiri akhir pekan Menganti kenangan dengan kisah yang baru. Awan hitam berada di atas, seakan ingin mengatakan jika hujan akan turun sebentar lagi. Anak-anak kecil tengah berlarian di pantai bersama kedua orang tuanya, beberapa pasang kekasih tengah menikmati akhir pekan.

Seorang gadis tengah menikmati udara pantai yang sangat indah, di sebuah tempat wisata di kota nya. Beberapa pondok-pondok terjijir rapi di tepi pantai itu, terbuat dari kayu dan juga berlantaikan bambu, beratapkan rumbia. Ombak kecil berlari-lari saling mengejar satu sama lain.

Angin pantai sore hari begitu menyejukkan, begitu banyak warga lokal yang datang ke tempat itu bersama dengan keluarganya. Sebuah kamera tengah di pegang olehnya, memotret keindahan laut sore itu, dan keramaian pengunjung. Saat itu, begitu banyak turis yang datang untuk berkunjung menambah kesan yang indah, ketika warga lokal bercampur dengan warga asing.

"Huh!" gadis itu tengah menghela nafasnya dengan sangat kasar, seakan dia ingin menghilangkan segala yang berada di dalam hatinya, terasa hampa.

Gadis itu, dengan balutan sebuah celana jeans, baju kemejamenambah kesan elegan terpancar dari raut wajahnya.

Wajahnya terlihat agak chubby, matanya sipit, tidak memiliki kantung mata.

Gadis itu pun memakai hijabnya, agak berantakan. Mungkin belum terbiasa dengan penampilan barunya itu.

"Kini aku memiliki seseorang untukku bersandar, dan sebuah obat untuk membalut luka didalam hati ini, dengan mengukir kenangan indah bersamanya,"

"Aku akan sampai beberapa menit lagi," sebuah pesan masuk.

Senyum terukir ketika dia membaca pesan yang baru saja masuk itu.

Gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri pantai sambil memotret moment. Hari itu angin berhembus dengan sejuknya, sebuah teriakkan memanggilnya. Seorang pria, dengan jaket jeans yang di pakainya, tengah berlari ke arah gadis itu. Lagi-lagi, sebuah senyuman terukir, ketika melihat pria yang tengah berlari itu. Sebuah pelukan, di berikan pria itu.

Hingga sebuah suara mengejutkan seluru pengunjung pantai.

Dor... Dor... Dor...

Beberapa kali terdengar suara senjata mengema di udara, raut wajah gadis itu berubah ketika melihat wajah yang tengah memeluknya berubah, tengah meringis kesakitan.

Meraba bagian belakang pria itu, yang di rasanya basah, ketika melihat darah gadis itu menangis dengan histeris.

"Tidak... Tidak... Ku mohon..." Isak tangis terdengar, di sertai hujan yang tiba-tiba turun ketika pria itu terkulai di dalam pelukan gadis yang di cintai nya itu.

"Syukurlah..."

Pria itu mengusap lembut wajah gadis yang tengah menangis di hadapannya itu. Sampai, lengan pria itu lemas dan terjatuh dengan kasarnya ke atas pasir.

Suara petir begitu menggelegar, di serta dengan hujan, sepertinya badai tengah menghampiri. Begitu banyak warga yang tengah melihat gadis itu, mereka menatap gadis itu penuh dengan rasa iba. Beberapa orang pun terlihat telah tewas dengan jarak yang cukup berjauhan.

Tidak ada yang berani mendekat, mereka takut, akan ada senjata yang akan menembak ke arah mereka jika mereka mendekat ke arah pantai.

Seorang pria datang mendekat ke arah gadis itu. Pria itu memakai kacamata, setelah jas, dengan rambut yang tertata rapi.

Pria itu pun merasa sangat terkejut melihat pria yang telah meninggal di dalam pelukan gadis itu.

"Prof... Ku mohon... To... Tolong... Aku... Tidak ingin kehilangannya..." kata gadis itu sambil mendongakkan kepalanya ke arah pria yang baru saja datang itu.

"Dia... Dia menyelamatkanku..." kata gadis itu, suaranya di kalahkan oleh suara derasnya hujan dan juga petir yang tengah menyambar-nyambar di lautan, tidak jauh dari tempatnya.

Beberapa tim inspeksi tengah membawa beberapa tandu untuk mengangkut mayat yang tengah tergeletak, termasuk tim medis berada di sana.

Bruk!

Gadis itu pun ikut tak sadarkan diri!

***

Seoul, sebuah kantor Polisi.

Di tengah kesibukan pasarnya penduduk dan juga, begitu banyaknya orang-orang yang tengah berlaulalang.

Seorang pria, dengan tinggi 180cm, dengan pakaian jas terbalut di tubuhnya, tengah fokus mengintai di sebuah taman hiburan, dia mengintai seorang pria yang telah menjadi buronan selama ini, bersama dengan anggota timnya yang lain telah melakukan pengintaian beberapa jam, namun belum mendapatkan hasilnya.

Seketika matanya terbelalak kaget.

"Itu dia... Cepat tangkap..." teriaknya.

Beberapa anggota timnya telah mengejar pria itu. Ketika dalam pengejaran, pria yang menjadi target mereka menyandera di tengah keramaian membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa, jika mereka bertindak cerobah maka sandera akan dalam bahaya.

"Maju... Jika kalian ingin gadis ini mati..." kata pria itu, sambil mengancam mengunakan pisau.

Bruk!

Seorang pria memakai jas dari arah belakang menendangnya, membuatnya buronan itu tertelungkup di tanah. Dengan perlawanan kecil, membuat pria yang menjadi target mereka kini di borgol dan di bawah ke kantor polisi.

"Huh!" melelahkan, kata pria itu.

Bersambung ...