Chereads / Patner For Love / Chapter 9 - 9. Melihat ke Belakang

Chapter 9 - 9. Melihat ke Belakang

Suasana semakin dingin ketika berada atmosfer pada ketinggian. Keadaan di bawah sana masih begitu ribut, karena kasus pembunuhan.

Dentingan jam tangan menghipnotis Awan, sejenak membuatnya berdiam diri, memutar kembali memori ingatan. Malam semakin mencengkam, ingin mengatakan bahwa kegelapan tengah menelan sinar cahaya. Tak bisa menghindari, namun harus ditelusuri agar menemukan cahaya. Seperti inikah rasa sakit kerang, untuk menciptakan mutiara-mutiara indah? Bertahun-tahun membalut rasa sakit, tanpa meritih, tanpa mengusapnya dengan tangan. Hingga menghasilkan kualitas mutiara yang sempurna.

Bisakah hati Awan seperti itu? bisakah ia tak mengeluh dengan ujian yang tengah di hadapi? Terkadang ia berfikir, jika dirinya hanyalah bongkahan batu yang bermimpi menjadi mutiara.

Begitu sesak, hanya tangan yang bisa meremat dada yang tengah sakit, ada ribuan kupu-kupu yang tengah mengelitik sakit di dalam hati. Ada senyuman paksa, dan air mata yang mengalir di pipi.

Tetesan air mulai berjatuhan membasahi daun polyanthia yang tengah berderet di pinggir jalan menyempunakan kedukaan yang tengah nelangsa di hati miliknya.

Isak tangis, tidak lagi terdengar, bukan karena dia tak ingin mengeluarkan suara tangisannya. Tapi, suara tangisannya tercekat dengan rasa sesak yang sangat di dalam dasar hatinya.

Ritme hujan yang turun membasahi bumi pun perlahan berubah, kini tanah mulai di basahi keseluruhan, bumi tengah menyambut hadirnya air dengan pH sempurna dari sang pencipta alam, rumput-rumput liar pun seakan menyambut kehadiran penolongnya di tanah kering, tanpa seseorang menyiramnya.

Biota alam di sekelilingnya menjadi saksi seorang gadis tengah duduk berjongkok di pinggir jalan sambil memegang dadanya yang sesak, serta tangisan tanpa suara. Air matanya bercampur dengan air hujan yang mengalir.

Beberapa menit yang lalu, raut wajah bahagiannya di ubahnya...

"Aku butuh keturunan, bukan hanya cinta," kata yang sangat menyesakkan di dalam hatinya.

Menghunjam dasar hatinya sebagai seorang wanita. Tidak ada yang tidak akan merasa terhina, lebih dari apapun ketika di katakan seperti itu.

Apakah dia bunga? Dia bukan barang untuk dipakai setelah itu tidak dibutuhkan lagi.

Tidak ada wanita yang menginginkan sebuah penyakit yang menghalanginya menjadi seorang wanita yang sempurna dengan mengandung serta melahirkan bayinya.

Apakah ada pria yang lebih menderita dari pada wanita, ketika menerima hal itu? Tidak ada! Gadis itu mengutuk tentang tes kesehatan, harusnya dia tidak melakukan tes, benar bukan? Harusnya dia tidak pernah meminta melakukannya.

Ketika di vonis menderita kanker rahim, tidak ada yang membuatnya terkejut, selain itu. bahkan ujian dalam mengambil gelar apapun tidak sulit untuknya.

Tangannya di kepalnya dengan erat, ada begitu rasa takut di dalam hatinya.

Dia masih muda, usianya beberapa tahun lagi, genap tiga puluh tahun, mengapa harus menerima kenyataan yang begitu pahit? Tentu tidak benar. Ya, sangat tidak benar. Bagi gadis itu.

Kata yang dia tanamkan di dalam hatinya "Apapun yang terjadi aku tetap mencintaimu," kini begitu pahit ketika dia menerima kenyataan itu

Rambut panjang, bulu mata lentik, tapi bermata cipit, kulit putih. Dress berwarna ungu muda tengah di pakainya, sepatu high heels berwarna hitam di pakainya. Make Up yang di pakaianya luntur karena hujan, maskara membuat warna hitam mengelilingi matanya.

Apakah kalian pernah menyangka, ketika kita berdandan cantik, di ajak di sebuah gedung pernikahan akan diputuskan di tengah ratusan orang pengunjung dengan sebuah hasil laporan tes kesehatan pra nikah yang begitu tidak menyenangkan untuk di ungkapkan ke banyak orang?

Tidak pernah? Tapi, Awana yang di sering di sapa sebagai Awan mengalami hal itu.

Tidak ada rasa malu, yang lebih hina daripada itu. Untuk dirinya, dan juga karirnya. Laki-laki yang memandang rendah tentang seorang wanita yang tidak bisa menghasilkan keturunan mereka. Apa kata yang cocok untuk mereka? Padahal mereka hanya menginginkan sebuah kenikmatan dunia.

Brengsek!? Yah! Sebutan yang pantas untuk pria yang seperti itu, tidak ada kata yang pantas untuk apapun untuk mengumpat, selain kata pria brengsek yang menjilat ludahnya sendiri.

Tidak pernah ada yang tahu tentang jodoh, karena dia adalah rahasia-Nya.

Awan menelisik ke dalam jiwanya sendiri, bertanya tentang mengapa dia tidak menikah dengannya, padahal hubungan kami telah lama terjalin, dan alasannya begitu sederhana, aku bukan jodohnya, dan dia bukan jodohku. Hanya kalimat itu saja yang masuk akal dengan apa yang terjadi.

Awan mengepalkan tangan dengan erat, beranjak dan mencoba untuk menguatkan diri, sambil menopang dengan batang pohon di tepi jalan.

Ia harus kuat, walaupun nyatanya dia tidak kuat.

Ku ucapkan terima kasih untukmu, pernah bersama mengisi hari-hariku, pernah menjadi penyemangat dalam hidupku, serta pernah menjadi pelindungku selama ini.

Kita memang tidak se iman, tapi aku ingin se iman denganmu, untuk apa? Untuk membuktikan bahwa cintaku tulus untukmu.

Keputusanmu begitu mengores luka, sangat dalam di dasar hatiku. Harapan yang pernah ada, kini hancur berkeping-keping, hanya tersisa pundi-pundi kenangan yang telah hancur dengan keputusan.

Kini, apa yang telah kita rencanakan bersamam tinggalkan sebuah rencana, di atas pengharapan diriku tentang kisah yang telah usang dan menjadi sebuah kenangan.

Aku hargai kau pergi, walaupun diriku begitu terluka dengan hinaanmu.

"Huh!" Awan menghela nafasnya dengan kasar, membuat asap terlihat keluar dari mulutnya.

Sudah cukup Kau beri aku pelajaran hidup tentang berharap pada Makhluk-Mu, hati tidak ingin kecewa dan terluka. Jadikanlah hal itu, yang terakhir.

Awan memasukan tangannya ke kantong Mantel miliknya, dan turun dari atas atap gedung.

Sebuah rumah, dengan tangga di sisi kanannya untuk menuju sebuah pintu, satu bagian atap, namun memiliki dua tempat untuk di tinggali.

Bagian lantai bawah, di huni oleh Noey bersama dengan putrinya, rumah itu memang rumah kontrakan yang dia pilih, karena dekat dengan tempat penitipan anak, dan murah.

Kebutuhan pria itu bertambah, karena ada putri kecilnya, membuat pengeluarannya membengkak jika harus tinggal di Apartement mewah.

Untuk seorang single parents seperti dirinya, dia mulai terbiasa dengan hidup seperti itu. Tengah malam bangun karena menganti popok, membuatkan susu, ataupun hal-hal lainnya.

Noey mengusap pelipisnya, di dalam kepalanya sangat kacau, karena di penuhi gadis gila, yang mengacaukan TKP.

Awana, dia mengganggap jika Awana adalah gadis gila, dari antah-berantah. Untung saja, ada putri kecilnya yang membuat hatinya tenang. Baginya putri kecilnya adalah sesuatu yang membuatnya bisa bertahan, walaupun di tinggalkan oleh orang yang paling di cintainya.

Dia tidak bisa menghardik, ataupun menepis perasaan duka yang dia miliki, ketika Tuhan memanggil wanita itu, di hari yang paling bahagia untuknya.

Bersambung …