"Ini sudah berakhir" kata Kings menatapku.
"Ehm! Saatnya pulang?" balasku ragu-ragu.
Kami mulai berjalan membelakangi jasad itu.
Detik berikutnya…
JROTSHHH!!!
"!!"
Crakshh!!
Kings mengeluarkan darah dari mulutnya, aku langsung menoleh kebelakang.
"Kau pi..kir… aku.. aka…n mati… sen…." suara makhluk bajingan itu masih saja terdengar.
Terlihat sesuatu yang menjijikan berwarna hitam keunguan muncul dari jasad Azazel menusuk Kings. Seperti daging yang berurat tebal yang panjang keluar dari tubuhnya.
Brugh! Kings langsung tumbang. Aku tidak bisa menahan bobot tubuhnya selagi terluka.
Dia langsung mengangkat tombaknya dengan tangan kanannya, aku tidak dapat mengidentifikasi dimana tangan kiri sampai ke bahu kirinya.
"Ku..serahkan… sisanya..pa-"
Crak! Aku langsung mengambil tombaknya dan berlari ke mahkluk menjijikan itu.
CROK!! CROKSH!! BRKSH!! JIKSH!! BASH!!
"MATI!! MATI!! MATI KAU!! MATI!!!" aku sudah kehilangan akal sehatku.
Aku terus menusuk makhluk yang berdesis itu setiap kali aku merajamnya dengan ujung bilah pedang tombak ini.
"AHH!! AHK!! MATI!!" aku tidak bisa menahan emosiku yang meluap-luap ini.
"CUKUP! SUDAH MATI!! MAKHLUK ITU SU-"
"HIYA!! MATI!! MAT-"
"BERHENTI DAZ!" suara teriakkan yang kukenal.
Dia berdiri dibelakangku sambil melingkarkan kedua tangannya di dadaku.
"AHK?!" aku baru tersadar.
Aku melihat pantulan mukaku dari cairan berwarna hitam keunguan dari kakiku. Mukaku sangat terlihat mengerikan. Apakah ini yang namanya dendam?
Aku langsung menghampiri Kings.
"Tidak! Ini.. tidak!!!"
Aku tidak bisa merasakan nadinya lagi.
"Kau sudah menjadi pahlawan untuk semua orang! Hiks..hik" aku menahan emosiku yang meluap-luap ini.
Beberapa emosi berbenturan di dalam hatiku, sangat sulit untuk menahannya. Apa-apaan perasaan ini?
"Uhk!! Apa ini? UAHK!!"
Iblis itu kesakitan dan terlihat sempoyongan secara tiba-tiba.
"Ini dia saatnya! SERANG!"
"KITA HABISI DIA!"
"MATI HIDUP SUDAH DI TANGAN TUHAN!"
"Nafas Pembunuh! Penghancur Iblis!"
BLARRRR!!!!
Sihir penggabungan listrik dan cahaya semua penyihir langsung menghantam iblis itu bersamaan.
Iblis itu langsung lenyap tak bersisa. Semua pasukan yang tersisa bersukacita melihat itu.
Keesokan harinya, aku dan Ordella menguburkan Kings dan botak kekar. Seorang dari pasukan menemukannya tergeletak di pos tepat di depan kastil Azazel.
Aku tidak menyangka bajingan itu bisa menembus formasi pertahananku!
Ini adalah kesalahanku! Jika saja aku lebih-
"Ssst! Sudah cukup, kita sudah menyelesaikan ini semua" Ordella mendekapku dari belakang punggungku. Aku dapat merasakan kehangatan tubuhnya di pagi hari yang dingin ini.
Cara bicaranya seolah-olah dia tahu apa yang kupikirkan, itulah satu lagi alasan kenapa aku menyukainya.
Sudah tiga hari berlalu, 23 pasukan berpedang, 10 pasukan berkuda, 2 dokter, 9 penyihir berjalan beriringan denganku dan Ordella.
Apakah pengorbanan ini benar-benar setimpal dengan nasib negeri ini? Aku tidak peduli lagi, yang kupedulikan sekarang apakah Kings sudah tenang disana?
Sesudah kembali aku akan keluar dari kemiliteran dan menjadi tukang obat saja. Kami pasti akan mendapat hadiah dari raja sebagai modal usaha. Juga, aku akan melamar Ordella.
Kami hampir sampai di depan gerbang Kerajaan Asterial, aku bingung melihat kondisinya.
Banyak sekali pasukan berjaga di depan gerbangnya, aku melihat banyak orang dipersenjatai dan pemanah diatas dinding kota.
"Ada apa ini?"
"Apa terjadi sesuatu?"
Kami mengangkat bendera Asterial sebagai isyarat bahwa kami adalah teman.
Tak lama kemudian kami akhirnya sampai tepat di depan gerbang.
"Anda siapa? Sebut keperluan Anda" tanya penjaga.
"Pasukan Gama, Jenderal Orcus. Kami baru kembali dari misi pembunuhan Iblis Azazel" balasku.
Kemudian mereka berbisik satu sama lain, tatapan mereka cukup mencurigakan.
"Kami tidak tahu siapa itu Jendral Orcus, atau pasukan Gama dan juga Iblis Azazel" balas tentara itu.
"Ha? Apa maksudmu?" kata beberapa pasukan di belakangku.
"Kami baru saja kembali dari misi bunuh diri" kata pasukan lain.
Kami mulai memunculkan keributan karena perbedaan pendapat.
"Ehem, maaf menyela. Selamat datang kembali, Pasukan Gama yang berada dibawah pimpinan Jendral Orcus" seorang bertubuh tinggi mengenakan zirah putih muncul diatas gerbang dan menatap kami dari atas.
"??"
"Maaf ya orang-orang dibawah itu pasukan baru, mereka tidak tahu kondisi kalian" dia tersenyum ramah.
Matanya melirik beberapa dari kami dengan mata yang sedikit mengganggu untukku.
"BIARKAN MEREKA MASUK!" teriak pria berwajah lonjong berambut hitam klimis itu.
KLENG!! Suara pintu gerbang besar terbuka didepan kami, dinding itu setinggi kurang lebih lima meter dengan logo negara Asterial.
Kami menyusuri jalan utama kota, tapi tidak ada satupun dari orang-orang menyapa kami.
Tatapan mereka seperti melihat orang asing datang ke tanah mereka.
Ada apa ini? Bukankah kami harusnya menjadi pahlawan?
Aku bertukar pandang dengan pasukan lainnya, tampaknya mereka pun juga heran dengan suasana ini.
Tak lama kemudian, kami sampai ke kastil raja Asterial.
Bangunan megah yang pantas sebagai tempat kediaman raja, tentunya. Kami semua berbaris di lorong utama yang menghadap langsung tahta raja. Dibawah tahta ada pimpinan pasukan tadi bersama beberapa anak buahnya menunggu dihadapan kami juga.
"Uhuk..uhuk" suara batuk dari seorang pria lanjut usia menghampiri kami dengan pakaian megahnya.
Kemudian dia duduk diatas tahta menghadap kami semua. Seluruh pasukan dan aku bersujud dengan sebelah kaki.
"Pasukan Gama telah kembali dari perang melawan Iblis Azazel, Yang Mulia. Misi sukses" laporku.
Raja Phixil yang memiliki jenggot putih tebal itu menupangkan dagunya dengan tangan kirinya memperhatikan kami satu per satu dengan mata sayupnya.
"Kalian hampir mati ya. Hanya tersisa hitungan jari dari kalian" kata Yang Mulia.
"Benar Yang Mulia. Kami beruntung pada detik-detik terakhir kami dapat mengalahkan dan menghancurkan semua anak buahnya" balasku lagi.
….. Hening sejenak.
"Hmm baiklah… Mengenai hadiah kalian karena telah menghancurkan negara tetangga Brixinia aku akan-"
"Ha? Apa katanya barusan? Menghancurk-"
"Kalian semua akan dihukum mati, hak hidup kalian akan kucabut. Tentunya juga Daz Eloi, Ordella Woshe tak terkecuali. Tangkap mereka!" nadanya menyentak.
"Tunggu Yang Mulia! Kami baru saja kembali dari misi bunuh diri! Apa maksud Yang Mulia penghancuran negara tetangga?" aku panik.
"Kalian bersama Jendral Orcus mengadakan pembrontakkan untuk menghancurkan negara Brixinia karena alasan politik dan ekonomi. Memang itu adalah hal yang menguntungkan Asterial, tetapi hakikatnya dalam hubungan internasional kalian sudah mencoreng nama negeri ini. Banyak penduduk yang menentang kalian, tetapi kalian tetap memaksa untuk melakukan misi yang kalian sebut misi bunuh diri ini"
"Apa maksud Yang Mulia? Tahun kemarin Yang Mulia sendirilah yang meminta kami semua untuk maju ke dalam misi ini? Pasti ada kesalahpahaman disini-"
"Aku tahu kalian pasti akan kembali dengan jumlah yang sedikit. Si tua Orcus itu juga akan meninggal di pertempuran, maka dari itu kubiarkan kalian semua pergi. Ternyata kalian benar-benar bisa kembali hidup-hidup ya! Sayang sekali"
"Yang Mulia, tunggu seben-"
"Kalian hanyalah aib negeri ini. Aku tak punya waktu untuk meladeni kalian lagi di umurku yang sudah pendek ini!" balasnya semakin galak.
"CUKUP BICARANYA! TANGKAP MEREKA!"
"Dengan senang hati Yang Mulia" pimpinan pasukan yang mengantar kami membalas perintahnya.
"Tangkap mereka!" dia memerintah penjaga lain untuk menangkap kami.
"Setelah berjuang satu tahun penuh, aku harus ditangkap dan dianggap sebagai penjahat negara? Kau bercanda!"
"Aku tidak terima ini!"
"Kami tidak akan tinggal diam!"
"Hahh.. bunuh saja mereka sekarang. Namaku akan semakin tercium busuk jika sampah-sampah ini terus hidup" sang raja memberikan tatapan menggelikan kearah mereka semua.
Apa-apaan ini?! Penjahat internasional? Penghancuran negara tetangga? Kings mati untuk dianggap sebagai penjahat?
"Tahan Yang Mulia! Anda pasti tahu ini kan!" aku mengeluarkan tombak milik Kings.
Tombak khusus pemberian raja kepada Jendral Orcus, yang diturunkan kepada Kings saat dia meninggal. Dia seharusnya tau tentang ini, begitupun seluruh pasukan.
"Oh? Aku tahu tombak itu, darimana kau dapatkan itu?" dia sudah beranjak dari kursi tahtanya.
"Ini adalah pemberian Yang Mulia kepada Jendral Orcus sebelum kami berangkat tahun lalu" aku memapangkannya tepat di depan mukaku.
"Pernahkah aku melakukan itu? Tolong bawakan "Tombak Naga Suci"ku!" dia memanggil pelayannya.
"Ini Yang Mulia!" pelayan itu membawa benda yang sama persis dengan yang kupegang saat ini.
"Kau pasti seorang calo yang hebat, tapi inilah tombak Naga Suci yang asli. Pantas saja kau bisa menghancurkan negara Brixinia dengan mudah, tetapi tombak aslinya jauh lebih kuat dari milikmu itu yang mana hanyalah 'tiruan'! Oh dan juga.. berhenti menyebut nama orang yang kau sebut sudah mati itu! Aku jadi mual karena omong kosong itu", Sang raja menodongkan ujung bilah pedang tombak itu kearahku.
"Aku tak paham lagi. Apa maksud raja? Untuk apa dia mengirim kami ke misi bunuh diri jika kita hanya akan dieksekusi sebagai penjahat? Dia tidak tahu apa yang sudah kita lalui!" aku menatap raja dengan marah.
"Jangan galak begitu, kalian pada akhirnya akan mati" pimpinan pasukan berambut hitam klimis itu mendekati kami dengan tombak naga suci raja. Raja itu meminjamkan itu padanya.
"Kalian para petinggi hanya menikmati hidup kalian yang mewah, tak mengetahui perjuangan kami yang setiap harinya selalu melihat orang meregang nyawa! Orcus… Kings… botak kekar…. Kalian… bukan… Iblis Azazel ternyata lebih baik daripada kalian!" urat ubun-ubun kepalaku sudah berdenyut kencang.
"Tembak! Ordella!" aku memerintah Ordella menggunakan sihir panah peledaknya.
"Formasi Gadang Bertahan Melintang!"
"Pusatkan Kekuatan Sihir dalam namaku, Ordella!"
Busur panah yang sudah dinaikki oleh anak-anak panah itu memancarkan cahaya putih yang cukup menyilaukan mata sasarannya, tatapan mata coklat Ordella sudah mengunci pada raja dan pimpinan pasukan itu.
BRAT!! BRAT!! BRATT!! BRATT!! BRATT!!
"Wuah!"
"Menghindar!"
BLARR!! BLARR!! BLAR!!!
Ledakan anak-anak panah itu memporak-porandakan tahta raja yang agung itu. Semua perabot hancur berkeping-keping, kaca dengan ukiran dewa Asterial pun terpecah mejadi debu.
"LARI!!" perintahku.
BRAK!! Aku menggedor pintu besar ruang tahta dengan kaki kananku.
"Jangan pikir kalian bisa lari!"
"HIYAH!!"
JREKSHH!!
Lemparan tombakku mengenai muka dua penjaga sekaligus.
"KEJAR!" Pasukan lain mulai berdatangan dari sisi kiri.
BLARR!! KRASH!!!
Kami terus berlari dengan formasi bertahan yang mengandalkan koordinasi dinamis mengikuti jenis area yang kami masuki. Berkat pengalaman dan pengetahuan bertarung di medan perang, kami tidak mudah tertangkap.
Kami sampai di halaman kerajaan, tempat yang sangat luas diisikan oleh halaman rumput dan tanaman hias.
"Cukup sampai disini Daz!" kata pimpinan pasukan itu sudah menunggu kami dengan tombak milik raja.
"HIYAH!!"
KRRKK!!! BRAKK!!!
Dia menusuk tanah dengan bilah tombaknya.
Kret!! Kret!!
Muncul ikatan keluar dari bawah kakiku, dia seolah-olah menarik paksa kedua kakiku kedalam tanah.
"MATI!!"
Dia bergerak dengan sangat cepat dan menebas kami satu per satu.
KRASHH!! BRAKSHH!! JREKSSHH!!
"Ahk!!"
"Uahkk!"
Hamparan rumput hijau itu diwarnai banyak warna darah, begitu pula tanaman hias disana ditumpahi banyak cairan merah segar.
Aku memotong kedua ikatan itu dan membebaskan Ordella dan beberapa pasukan lain. Aku tidak sempat menolong lainnya, mereka sudah terbunuh…
STAB!! STAB!!!
Tembakan panah ditembakkan langsung kearahnya.
STANG!! STANG!! Dia menepis semua anak panah itu.
"Ini hanyalah senjata anak kecil! Aku Oldroe Eare akan membunuh kalian semua disini!"
KRANGG!!!
Aku menahan serangannya dengan tombak Kings.
"Menyerahlah.. pada akhirnya kau akan ma-"
JLEB!!
"Uhk!"
Anak panah lainnya menembus zirah besinya, ada sekitar tiga sampai empat anak panah menembus dadanya.
Tekanan serangannya melemah, ini kesempatanku!
BUAK!!! CROOTTSH!!!
Aku menusuk dadanya, persetan dia pimpinan pasukan atau apa!
"LARI!"
Kami keluar dari kastil, hanya kami berenam yang lolos dari kejaran.
BAM!! BAM!!
BZET! BZETT!!
"UAHK!"
"HIKK!!"
"Cukup sampai disini! Menyerah dan matilah!"
Seorang yang gagah bersenjata pipa panjang menembaki dua dari kami, satu matanya ditutup dengan penutup mata berwarna hitam.
"Berhenti Branz! Dua orang itu milikku!" Oldroe sudah ada diatas kepalaku.
KRANG!!!
Sial! Kukira aku sudah melukainya!
Tenaganya lebih kuat dari sebelumnya. Tatapan matanya menandakan dia benar-benar marah padaku.
BRANG!! BRANG!! KRANG!!
Dia menghajarku terus-menerus, aku bisa menahannya!
"AHHK!!" kedua matanya memancarkan cahaya merah.
Ayunan tombaknya akan datang kearah kepalaku!
KRASHH!!!
"A-apa?!"
Tebasan tombaknya membelah tombakku menjadi dua?