"Ini? Dimana ini?"
Aku melihat hamparan tanah luas, ini di dalam kota ya? Terlihat banyak bangunan dari batu.
Aku melangkahkan kedua kakiku kedepan dan melihat sekeliling.
Kota? Banyak bangunan terbuat dari batu berderet, namun tidak banyak terlihat orang.
"Hm?"
Aku melihat siluet perempuan didepanku. Dia berambut panjang terurai hitam kecoklatan, dia terlihat seperti gadis yang kukenal.
"Eh? Kings!!" katanya.
Tunggu… suara itu?? Ordella kah itu??
Aku bergegas menghampirinya dari belakang.
Dia menoleh ke kiri selagi dia menatap orang lain.
Tak salah lagi, itu dia! Muka itu hanyalah milik Ordella seorang!
"Ordella!" aku menepuk bahu kanannya.
Tap!
"Hmm?" dia memalingkan tubuhnya mengarahku.
"Oredella!! Ini sungguh kau? Iya kan?"
"I…iya. Aku Ordella. Siapa Anda?"
"Eh? Ini aku!"
Seharusnya dia tahu aku kekasihnya. Daz Eloi!
Dia memberikan tatapan bingung seolah-olah dia tidak mengenalku.
"Ini aku! Daz Eloi! Aku masih hidup! Dan kau juga!! Syukurlah!" aku mulai terharu melihat mukanya.
"Ha? Daz Eloi?" balasnya.
Dia mengangkat tangan kirinya menutupi mulutnya mengatakan namaku.
Dia sungguh kaget ya? Terlihat dari tatapan mata yang mengisyaratkan dia tak percaya apa yang dia lihat.
"Sungguhkah ini kau?" tanyanya. Matanya terlihat berkaca-kaca.
"Iya! Ini aku!" aku meyakinkannya sambil menepak dadaku.
"Begitu? Hahhh.. Sungguh tak bisa dipercaya! Kau mau mengaku sebagai Daz untuk mendekatiku? Dasar orang aneh!!" tatapan berkacanya berubah menjadi tatapan tajam mengitimidasi.
Terlihat rasa benci melapisi kedua bola mata coklatnya itu.
"Eh? Aku Da-"
"Berhenti menyebut nama terkutuk itu! Dia hanya orang gagal yang tak tahu kapan harus menyerah!"
"Apa maksud-"
"Jangan coba-coba lagi Anda menyebut lagi nama orang mati itu! Aku tidak mau kutuknya menyambar diriku atau orang-orang yang dekat denganku! Sampai jumpa, orang aneh!" dia membuang mukanya sesudah mengatakan itu.
"Tunggu! Orde-"
"Hai sayang! Kamu sudah menunggu?" suara lain menggema di gendang telingaku.
Itu?
Lelaki muda berzirah besi berjalan dan menyambut gadis itu.
Kings?
Apa… apa ini?
"Tidak! Aku baru saja sampai! Aku bertemu dengan orang aneh tadi!"
"Siapa?"
"Itu!" dia menyeringai mukaku tanpa ragu.
"Oh… Pengecut itu? Biarkan saja dia. Dia tidak akan mampu melakukan apapun. HAHA!"
GREP!
"Aww!! Nakal!"
Tangan kekar lelaki bernama Kings itu menggenggam keras bokong gadis yang bernama Ordella itu.
"Apa ini? Kalian seharusnya tahu aku kan? HEI! TUNGGU!"
CRING!!! CLAK!! CLAK!!
"Apa lagi ini?"
Kedua tanganku terborgol oleh kekang besi, aku diangkat melayang ke udara.
Sial, apa lagi siksaan kali ini?
BRUKSHHH!!!
"Ahh…kk…"
Crkahssshh….
Logam panjang menembus dada kananku….
"UAHK!!"
Panas!!! SAKIT!! PERIH!!
"AHHHKKK!!!"
DAK! DAK!! DAK!!
"Ahh!! Ahhh!! Ahhkk!!! Lebih cepat!! Lebih jantan lagi Kings!!!"
Hantaman bokong lembut dan paha kekar terus-menerus menggemakan suara itu.
Kedua orang yang seharusnya tak mungkin melakukan hal ini menunjukkan semuanya tanpa malu di depanku!
"Kau sangat suka ini kan! Apalagi jika keluar di dalam kan?! KAN!! Posisi tombakku menggali dalam-dalam lubang nikmatmu selagi kugendong tubuh mungilmu ini!!" teriak Kings.
"IYA!! BERIKAN!! IYA!! BERIKAN!!"
CROTT!!!
"Ahh!!! AHH!!!" teriakan yang semakin melengking terdengar.
"Ber..hen…ti… Kalian… bukan..lah"
PLAK!!
"Nikmati saja!"
"Kau cerewet sekali!"
"HIHIHIHI!"
"?!"
Muka pemuda bernama Kings itu berubah menjadi muka orang yang sebenarnya memperkosa kekasihku.
"OLDROE!!!!"
"HIHIHIH HAHAHAHAHA!"
"Kenapa kau berhenti?" tanya gadis itu.
"Ada yang ingin bergabung. Namanya adalah-"
"AHHHHKK!!!!"
"Kurangi dosisnya! Kita perlu kekuatan natural dari ototnya!"
"Hmmm.. Tidak! Tambah lagi dosisnya! Kita akan kehilangan dia!!"
"Lighting Massacre!"
"HAHAHAHA! Darahnya sangat nikmat sebagai ramuan negeri ini! Aku akan kaya!!"
"Seni dari kepala buntung adalah seni yang mahal dan eksentrik!!"
Banyak suara bergema memenuhi kepala lelaki bernama Daz ini.
BAMMMMMM!!!
......…..
"Uhh… Pinggangku terasa nyeri… Appolo, tolong tongkatku!"
"Ini Yang Mulia. Hati-hati"
"Uhh.. Tubuh tua ini sudah sulit untuk dipakai setidaknya hanya untuk berjalan. Memang benar waktuku sudah dekat"
"Jangan berkata demikian Yang Mulia. Karena Anda lah negeri ini tetap bertahan sampai hari ini. Anda juga meringkus para pemberontak itu."
"Hmmm, ada benarnya juga kau Appolo. Mungkin keberadaanku disini masih bisa berpengaruh."
"Betul Yang Mulia"
"Kecuali tubuh lemah dan sudah rapuh manusia ini. Cih"
"Eh? Apa Yang Mulia? Saya tidak mendengarnya. Suaranya tidak terlalu jelas"
"Oh bukan apa-apa. Aku hanya bergumam saja"
Orang tua itu yang disebut Raja Phixil bangkit dari kasur megahnya. Dia sedang beristirahat karena ketahanan tubuhnya semakin melemah.
"Ayo Yang Mulia kita berangkat ke ruang rehabilitasi. Sudah waktunya kegiatan rahabilitasi dimulai"
"Iya aku paham"
…
DAK! DAK! DAK!!
"Ah!! Ahh ahh ahh!!"
"Hah hah hah. Ma…afkan aku… Clare"
"Mmmhhppphh!!"
"Hah hah hah" nafas laki-laki itu semakin memburu.
"Ah ah ah ah ahh" desahan perempuan itu membayang-bayangi hentakan nafas dan suara hantaman tubuh mereka.
"Hei. Sebaiknya kau serius menggoyang perempuan itu. Dia terlihat tidak bersemangat" suara berat dari laki-laki yang membunuh atasan mereka.
"Hiii!"
"Tidak..ah … tida.. ah aku menikmat..ah.. nya!"
"Heh?"
Pemuda bertubuh mengerikan itu menjambak rambut Clare sambil tersenyum terpancing.
Dia mendekatkan matanya tepat ke depan mukanya.
"Kau memang gadis yang baik ya. Aku suka itu"
"Ah ah ah!"
"Hei bajingan! Sebaiknya kau buat dia puas. Akan disayangkan jika tubuh perawannya tidak dapat menikmati pengalaman pertamanya disini"
"Hiii!! Baik!" Jix panik selagi menusukkan tongkat kejantannya ke dalam lubang kemaluan Clare.
Mereka berdua terlihat terpaksa, tetapi seperti menikmatinya selagi semakin terlarut dalam kondisi mereka saat ini. Clare berbaring di bawah dan Jix menguasainya dari atas dengan kedua lututnya.
"Hei kau! Mau sampai kapan kau berdiam diri disana?"
"Ah?!! Aku.. a-"
"Tubuh wanita memiliki tiga lubang yang dapat dirajam oleh pedang pria untuk mencapai kepuasan. Kau masih tidak paham ya?"
"Ba-"
BUAK!!DZIGG!!
"Uahk!!"
BUAK!! BUAK!!
Hantaman pukulan dan tendangan menghujani tubuh lelaki itu.
"Loi!! LOI!"
"LOI!"
Laki-laki menyeramkan itu menatap balik mereka dengan tatapan kejinya dari ujung kiri korneanya.
"Ba..baik!!" dia segera bangkit dan membuka busananya.
Laki-laki itu mengenakan setelan rapi dari kemeja dan celana panjang yang dia dapatkan dari lemari ruangan itu. Dia berbenah diri seutuhnya. Tapi itu tidak menghilangkan rupa mengerikannya.
Kemudian dia melihat sebuah lemari kaca.
"!!"
"Ah!! Sa..sakit!! Pelan sedi.. AHK!"
"Maaf!! Aku sedang mencoba!"
Lubang kedua tepat dibawah lubang kemaluan Clare hendak dirajam oleh Loi. Dia tepat berada dibawah perempuan kurus itu sebagai kasurnya.
"Su…dah masuk ya?"
"Hmmp!" dia mengangguk sambil menggigit bibirnya.
"Ayo mulai lagi"
"Kalian terlihat lemas. Akan kuberikan sedikit bantuan"
Gyutt! Gyutt!! Gyutt!!
Ketiga leher orang itu disuntikkan cairan berwarna merah muda cair oleh Daz.
DEG!
"A-apa ini?"
"Ahhh!! UAHH!!"
"Ini terasa memuaskan!"
Mereka bertiga tersenyum aneh seolah-olah menikmati sesuatu yang tak terlihat. Tatapan mereka mulai kosong tak berfokus. Tubuh mereka mulai menguat terlihat dari garis-garis otot mereka muncul dan terlihat tegang.
"AH! AH AH AH!! LEBIH KERAS!!"
"HAHAHAHA!!"
"JANGAN LUPAKAN AKU CLARE!!"
DAK!! DAK! DAK!! DAK!!
Semua orang itu mulai kegirangan tak terkendali selagi menikmati tubuh mereka dari adegan panas yang terdiri dari satu wanita dan dua pria.
"Lihatlah diri kalian. Sudah seperti binatang liar"
Daz melangkah keluar ruangan itu.
Klap! Clik!
Dia mengunci pintu ruangan itu dan melangkah keluar.
….
"Pemberontakkan? Tidak buruk"
"Inilah saatnya Anda menunjukkan hasil kerja Anda! Kita gulingkan Raja Phixil selagi kedua anaknya sedang tidak ada di Asterial!"
"Hohoho. Akan kugunakan ramuan 'ajaib' milikku sebagai amunisi penghancuran negeri ini!"