JRAKSHHH!!!
"Uhk??!"
"Hihi!"
DZIGG!! BUAGH!!
"AH! AHKK!! UHUK! UHUK!"
Percobaan serangan Silvester berakhir sia-sia. Daz dengan mudahnya menghindari sergapan pria berotot itu dan menusuk dada kirinya dengan tangan kirinya dengan cara yang sama seperti pertama kali dia melukai dada tengahnya.
"HAHAHA! Kau sungguh berpikir kalau kau berhasil menakutiku seperti dulu? HAHAHA!"
"Uhuk! Buah! Ba..jin..gan"
Kedua laki-laki kurus itu hanya diam membeku melihat aksi mereka.
"Melihat muka sombongmu sekali lagi di kondisi seperti ini benar-benar membuatku puas! Kau benar-benar jatuh ke dalam skenarioku! Kau sungguh berpikir aku akan takut?"
"Ha….?? Si..apa ka..u?"
"Itu semua hanya akting, BODOH!" suara yang sangat kegirangan memenuhi ruangan itu.
Clak.
"Kau benar-benar seorang bajingan kau tahu Daz?" suara dari belakang mereka tepat dari arah pintu yang terbuka.
"Eh?"
"Kau tega sekali meninggalkanku sendirian di luar sana!" suara yang sedikit serak keluar dari mulutnya.
Greb!!
Perempuan teman menjual pai apel itu bergabung dengan mereka.
Tanpa banyak basa-basi dia langsung mendekap erat Daz didepan mereka.
"Aku kembali sayang! dia tersenyum hangat pada Daz.
Seluruh tubuhnya melekat erat dan melingkari tubuh yang dinilai menyeramkan oleh pemiliknya itu sendiri.
"Lepaskan! Kau mengganggu kalau sedekat ini!" laki-laki itu mendorong bahu perempuan yang merapat padanya dengan erat.
"Ehe!" dia melompat kebelakang dan bersuara nakal.
"Kau sebaiknya bilang dulu bos kalau mau melakukan hal ini!"
"Jantungku sudah mau lepas rasanya!"
"Karena ini dadakan jadi kalian hanya perlu ikuti arusnya"
"Ak…u pas..ti aka..n ma..ti… setidaknya.." pria besar itu bergerak maju di lantai dengan kedua tangannya menjauh dari mereka.
JRAK!!!
Sebuah kaki menginjak tangan kanannya dengan keras.
"UAHHK!!"
"Ehh… Begini ya suara teriakkannya ya? Terdengar jelek dan tua!" Clare lah yang menginjak tangannya.
"Dia sudah mau mati. Pakai itu saja!" Daz menghampirinya.
"Eh? Sungguh?"
Daz hanya menatap balik tanpa bergeming.
"Kalau itu mau Daz… baiklah" dia menatap balik dengan ragu-ragu.
"Penerang pada akhir hayat makhluk hidup… pemberi kelegaan pada manusia yang segera menemui ajalnya! Heal!"
SINGGGG!!!!!
Clare mengeluarkan sinar hijau dari tangan kirinya menutupi seluruh tubuh Silvester. Dalam hitungan detik, tubuhnya pulih dengan cepat seperti sedia kala.
Pria itu hanya kebingungan melihat dirinya kembali sehat seutuhnya. Dia meraba tubuh bagian atasnya dengan kedua tangannya.
"Ah?? Sihir penyembuhan? Siapa kau sebenarnya?!"
Silvester memberi tatapan terkejut dan tak percaya disaat yang bersamaan kepada perempuan bermantel merah yang baru saja menyembuhkannya.
Daz hanya tersenyum sinis.
"Tak usah khawatir, ini baru permulaan"
Keesokan harinya di pagi hari….
"Selamat pagi Komandan Auxel! Selamat menikmati sarapan di Bomba Kitchen!"
Beberapa pelayan hotel berdiri beriringan menyambut kedatangan pria berseragam militer hijau kehitaman.
"Hmm. Terimakasih, kalau begitu saya akan segera menyantap hidangan sarapan hari ini"
Pria berambut abu dengan rambut pendek klimis berponi belah memasuki ruang makan yang besar. Ruangan itu juga diisi beberapa orang lain yang berpakaian rapi yang sedang menyantap sarapan mereka.
"Hidangan pagi ini, Kambing Bakar Rempah khas Asterial. Silahkan menikmati hidangan tambahan dari meja buffet di tengah ruangan pak komandan" seorang pelayan mengantarkan piring makanan miliknya kemudian berangkat menjauhi mejanya.
"Aroma manis asin yang khas dari rempah-rempah yang sangat menarik nafsu makan. Luar biasa. Juga pelayan tadi sedikit menggoda untuk tampang seumurannya. Sepertinya dia memiliki rupa yang paling keren dan jantan diantara deretan pelayan yang menyambutku tadi.."
Tak lama sesudah dia menyelesaikan sarapannya.
"Permisi" dia mengangkat tangan kanannya untuk mencari pelayan.
Tentunya dia mengarah pelayan mengantar hidangannya barusan.
"Ada apa pak?"
"Aku ingin bertemu dengan koki yang membuat hidangan ini. Bisakah Anda antarkan saya padanya?" dia menatap pelayan itu dengan tatapan yang menusuk namun lembut.
"Baik pak. Ikuti saya"
Mereka berdua memasuki dapur penginapan dan bertemu koki yang membuat sarapannya.
"Saya sangat puas karena sarapan hari ini. Mungkin lain kesempatan saya akan kembali kesini dan saya mengharapkan masakan yang tentunya luar biasa" jelas Auxel.
"Terimakasih pak. Kami menuggu kedatangan Anda sekali lagi" balas koki.
Auxel melangkah keluar dari dapur dan melihat seseorang yang dia kenal sedang duduk di meja tempat dia makan tadi.
"Silvester? Harusnya dia tidak datang pukul sekarang. Ini terlalu cepat" pikirnya.
Dia menghampiri rekan kerjanya dan duduk di seberangnya.
"Sedang apa kau? Ini baru pukul delapan. Seharusnya kita bertemu pukul sepuluh kan? Tau darimana kau kalau aku ada disini?" dia bertanya keheranan.
"Hehe. Maaf. Ada keperluan mendesak sehingga aku bisa sampai disini diwaktu yang tidak terduga" balas Silvester.
"Jangan bilang kau batal ikut rapat mingguan? Sudah berapa kali kau-"
"Bukan. Bukan itu. Ada hal penting yang harus kusampaikan sekarang"
"Apa itu?"
"Kita pindah tempat dulu sebelum kukatakan hal ini"
Dua pria besar itu kelaur dari penginapan dan berjalan ke samping blok penginapan itu berdua. Mereka sampai di dalam gang sepi yang masih agak gelap karena hari masih pagi.
"Jadi? Apa?" tanya Auxel.
"Kau masih ingat Daz? Si bocah kegirangan itu?"
"Hah? Kekasih lucu simpananku? Kenapa-"
"Dia lolos!"
"Apa maksudmu? Dia seharusnya sudah berada di surga sekarang kan?"
"Seseorang sepertinya menolongnya hari itu! Dia bahkan datang kerumahku untuk membunuhku!"
"Haa?? Dia datang kerumahmu?! Seharusnya dia datang kerumahku! Kita bisa bersenang-senang sekali lagi! Hiiii!!!" pria besar ini mulai bergerak dengan gerakan aneh, seolah-olah menahan nafsu dengan seluruh tubuhnya.
"Oi!"
"Daz… Daz!! Aku datang!!"
"Hei!"
"Apa maumu?!" dia mengayunkan tangannya kasar kearahnya.
"Tapi ternyata dia masih lemah seperti dulu. Sangat lembut dan rapuh! Dia bahkan berteriak lebih keras dari sebelumnya! Kau pasti akan senang!"
"Kau menangkapnya?" senyum harap tergambar di muka lonjongnya.
"Hhhmm!" Silvester menggangguk.
"TUNGGU APA LAGI! Ini baru pukul delapan! Ayo kita pergi kerumahmu!"
Kedua orang besar itu berlari terburu-buru ke rumah Silvester. Banyak orang melihat mereka berlarian dengan nafsu yang menggebu-gebu. Tapi mereka tak peduli itu semua.
Akhirnya mereka sampai didepan rumah.
"Hah hah hah hah!"
"Ayo! Tunggu apa lagi!!" Auxel berlari lebih dahulu dan membuka pintu depan dengan cepat.
"Tunggu!" suara yang tenggelam karena termakan suara langkah kaki Auxel.
BAM!!
"DAZ!! INI AKU AUXEL!!" teriaknya dengan suara yang girang.
Tepat di depannya. Orang yang dia cari-cari itu sudah tergantung tak berdaya. Sama persis seperti sebelumnya. Kedua tangannya diborgol besi yang menempel ke langit-langit ruangan. Laki-laki itu hanya memakai celana dalam dan tak terlihat sadarkan diri.
"Daz….!! D..a…z!! Kau masih mau tinggal denganku?? Iya kan!!" dia melangkah dengan gemetar kearahnya.
Greb!!
"Hmmmpphh!! Hmmphhh!!!"
Pria berseragam rapi itu memeluk tubuh laki-laki yang sudah memiliki banyak bekas luka dan memiliki urat-urat keunguan di sebagian besar tubuhnya.
"Iyaa.. iyaa… Ini Daz!! HiYA!! DAZ!!" dia terlihat seperti menemukan sesuatu yang sudah lama hilang.
"Yo… Auxel Loer Disstri. Aku merindukanmu" balas laki-laki itu lesu.
"Benarkah?? Aku juga!! DAZ!!!"
"Aku baru saja kembali dari surga"
"Kembali? Kenapa?"
"Karena aku ingin…" suaranya semakin lesu dan tak terdengar.
"Karena? Apa?" pria berambut poni belah itu membalas bingung.
"Aku ingin… membawamu juga!" balasnya dengan cepat.
GREB!!
Kedua kaki Daz mengunci tubuh atas Auxel dengan erat.
"Eh? Daz?"
"Habisi"
JRAKSHHHH!!!
"Uhkk!"
"Ehhkk!!"
Sebilah pedang tombak menembus perut mereka berdua tanpa peringatan.
"Ahh..kk.. ahkk!" Auxel merintih dan melirik kebelakangnya.
Ujung tombak itu dipegang oleh orang yang dia kenal.
"SILVESTER! KAU! APA-!"
CRANG! CRANGSH!!
DEB!
"Hee?"
Pria besar itu digendongi oleh laki-laki yang sudah melepaskan kedua rantai besinya dari langit-langit.
"Matilah"
KRAK!!
Suara tulang leher yang dipatahkan oleh kedua tangan Daz dengan gerakan pembunuh di bagian lehernya.
Bruk!
"Kerja bagus Silverster…. Ah ini sudah bukan namamu lagi ya. Kerja bagus Kotoran Satu!"
"Terimakasih banyak Tuan!" pria besar itu menjatuhkan tombaknya dan langsung bersujud didepan Daz.
"Clare! Sekarang masih belum terlambat!" dia menatap tirai yang tertutup.
Dari sana keluar seorang perempuan bermantel merah.
"Aku datang Daz!" dia berlari menghampiri tubuh besar yang sudah tak berdaya itu.
"Regenaration bestowal and Heal!"
Kret krett krett…
Suara dari tulang leher yang patah kembali utuh seperti semula.
"Kemampuan regenerasi memang mengerikan juga" tatap Daz sinis.
Kemarin malam….
"Stik tangan sudah jadi! Sepertinya sudah matang seutuhnya!" seorang laik-laki hendak memutuskan tangan pria itu.
"Hik hikk hikk… hakk" desah kesakitan Silvester sudah tak terdengar lagi.
"AH ah ah ah!! Tongkat jantanmu ternyata tahan lama juga ya! Ya meskipun aku menaruh sihir supaya terus-menerus kembali tegang seperti sedia kala! AHHN!! Aku suka ukuran tebal dan urat yang tebal ini!! AHHNN!" seorang perempuan memainkan kelamin jantannya berjam-jam sampai tak terasa lagi kenikmatannya.
"Aku masih kurang paham dengan cara kerja usus besar. Dengan panjang seperti ini bisa muat di dalam perut manusia. Hey bos! Bagian mana yang kau bilang tadi itu hati? Ini kah? Aku kesulitan mengeluarkannya" seorang laki-laki membongkar organ dalamnya tanpa obat atau alat bantu yang tajam.
"Huahh!! Ini sudah membosankan. Cukup sudah balas dendamnya pada bajingan ini. Dia tidak memiliki keluarga atau sepupu. Hey kalian ayo!" Daz bangun dari kasur.
"Berkat informasi Jix dan Gix kita berhasil menemukan lokasi Silvester dan data-data kependudukkannya. Berkat akting Clare kita bisa tahu jadwal dan kesehariannya disini dan juga kemampuan sihir penyembuhnya yang membuat rencana ini sangat mulus. Aku sangat berterimakasih"
Ketiganya duduk menghadap Daz yang berdiri.
"Tidak! Bos juga yang membuat rencana pun sangat berhasil dalam mengeksekusi rencana!"
"Betul! Kalau tidak ada Daz membuat runtutan rencana yang tepat kita tidak bisa menangkapnya! Dia orang sibuk, dia tidak punya banyak hari libur seperti komandan lainnya"
"Betul! Betul! Aku hanya tahu bagaimana cara mengintai dan mencuri informasi dari kantor penyidikan Asterial karena dulu aku bekerja disana"
"Aku berterimakasih pada kalian semua. Balas dendamku baru saja dimulai"
"Kita apakan dia sekarang bos?" Jix menatap tubuh besar yang tak bergerak itu."
"Ihh!! Dia sudah sejelek itu?! Aku hanya membokonginya jadi aku tidak tahu kalau dia sudah sejelek itu! Tapi dia punya anu yang sangat tebal jadi aku tidak begitu peduli hihih!"
"Kau tidak apa menganui semua pria yang kau kenal?"
"Sihir regenerasiku bisa mengembalikan lubang nikmatku seperti sedia kala. Tak usah khawatir"
"Sembuhkan dia seperti semula Clare. Aku ingin membuatnya menjadi bidakku" perintah Daz.
Sepuluh menit berlalu…
"Uhh!! Melelahkan sekali harus mengembalikkan tubuh jeleknya seperti semula! Aku mulai haus Daz! Aku butuh energi sihir!" Clare sempoyongan.
Deb!
Daz menangkapnya sebelum perempuan itu terjatuh.
"Berhenti berbohong! Aku tahu kau sebenarnya mau ini kan?"
Gyutt!!
Cairan merah muda disuntikkan langsung melalui lehernya.
"Haahh.." Clare menggerakan pupil matanya keatas hingga hampir tak kelihatan bola matanya.
Cup!!
Bibir coklat Daz langsung menekan dengan kasar bibir halus Clare tanpa peringatan.
"Hnmpph! Ah! Cup!!"
Ciuman ganas dipertontonkan di depan Jix dan Gix. Kedua laki-laki itu hanya saling menatap tanpa ekspresi.
"Cup!! Aku tahu kau ingin ini kan! Perempuan cabul!"
"Hahh… Iyaa.. teruss.. Cup!!"
Lidah Daz menerobos masuk kedalam mulut Clare dengan cepat dan penuh nafsu. Clare tidak kuasa menahan dorongan Daz yang terus mendominasi bibir lembutnya itu.
"Hahh. Itu harusnya cukup" Daz mengusap mulutnya.
"Terimakasih atas santapannya. Hihi" Clare tersenyum puas.