Dua minggu berjalan dengan lambat….
Seorang laki-laki terkapar di tanah. Di ruang lingkar yang sama dimana dia ditempatkan pertama kali.
Penampakkannya terlihat mengerikan.
Sekujur tubuhnya berwarna kemerahan, terlihat banyak sayatan yang mengeluarkan darah kental dan nanah saling menimpa diatas luka-lukanya.
Tampak urat-urat ungu tebal di beberapa bagian ototnya yang sudah terlihat lemas. Tangan kanan, lengan kiri, kedua pahanya, dada kirinya. Dia hanya memakai kain penutup kemaluannya.
Dia terlihat tidak sadarkan diri.
"Percobaan minggu ini membuahkan beberapa hasil Breele. Resistensi suhu abnormal, kulit tebal, dan ketahanan paru-paru tanpa oksigen selama sepuluh menit" jelas Brez.
"Dia menunjukkan banyak kemajuan minggu ini, minggu lalu kami hanya mendapatkan resistensi racun. Cukup sulit untuk membuat tubuhnya masuk ke dalam tahap adaptasi"
"Tak masalah, kerja bagus kawan-kawan. Biarkan sisa malam hari ini dia beristirahat" balas Breele.
"Baik"
"Siap"
DAR!
Semua orang pergi meninggalkan ruangan itu dan mematikan lampu.
…..
"Hei Daz! Menurutmu apakah misi ini benar-benar akan membuat kita menjadi pahlawan Asterial?" seorang pemuda berambut hitam berzirah duduk di sebelah anak berambut coklat dengan pakaian pelindung logam memandangi langit.
"Sebenarnya aku tidak terlalu peduli. Aku disini sebagai balas budi kepada Jendral Orcus. Urusan perang ini hanyalah omong kosong belaka"
"Sudah sembilan belas tahun aku mengenalmu. Kau tidak akan mungkin berjuang sejauh ini hanya dengan alasan seperti itu kan?"
"Ck. Kau memang sahabatku, kau bisa membaca semuanya. Kuakui"
"Jadi?"
"Aku hanya ingin membawa Ordella dan kau keluar dari sini, itu saja. Kemudian kita bertiga membuka sebuah toko atau berusaha apapun dan hidup sebagai orang biasa, bukan pasukan tempur"
"Terlalu naïf untuk seorang ahli strategi. Aku merasa dibohongi"
"Hah?? Kurang ajar!"
"HAHAHAHA!!"
Lelaki itu membuka matanya.
"Aku…. masih…. hidup? Su..dah berapa tusukan yang ditancapkan ke tubuhku? Tubuhku terasa kesemutan"
Dia memindahkan tubuhnya berbaring menghadap langit-langit ruangan itu.
Dia mengangkat dan memandang tangan lebam berdarah dan yang bernanah kental itu.
"Kena..pa… ini bisa ter…jadi… padaku?"
Dia melirik muka gadis yang sudah diawetkan itu diatas dinding.
"Sudah tidak ada lagi yang bisa kau ambil dariku Tuhan! Kecuali nyawa ini yang masih kau tahan ditubuh yang sudah terlihat mengerikan ini!"
…..
"Dengan ramuan 'ajaib' ini… Pasukan Asterial akan menjadi pasukan tak terkalahkan Yang Mulia!" jelas Breele bersemangat.
"Ramuan apa itu maksudmu?" balas Raja Phixil.
Mereka sedang berada di ruangan pribadi Raja Asterial karena kerusakan pasukan Daz.
"Ramuan ini akan membuat pasukan memiliki daya tahan fisik yang kuat! Suhu, racun, dan ketahanan kulit yang dapat membuat perbedaan besar dalam pertarungan dan strategi!"
"Hmmm… lalu?"
"Saya Ketua Badan Penelitian Militer Breele Lier menawarkan hasil penelitian saya sebagai penambah kekuatan negeri ini, Yang Mulia" dia berlutut sesudah penjelasannya.
"Hmmm…." raut muka Phixil berubah menjadi sedikit menyeramkan.
Tatapan mata tuanya berubah menjadi tatapan tajam, mulut datarnya berubah menjadi senyum lebar yang terhalang kumis putihnya.
"Darimana kamu dapatkan sumber bahan ramuan itu, nak?" balasnya.
"Itu masih… Masih dalam konstruksi, belum bisa saya beri nama secara pasti. Tapi pada waktunya akan saya umumkan ke pada Yang Mulia" balasnya sedikit ragu-ragu.
"Hoooo….. Lupakan"
"Eh?"
"Pasukan kita sudah memiliki banyak keunggulan dalam segi apapun. Senjata, alat-alat pusaka, ramuan obat, penempa besi dan emas, dan juga para ahli strategi. Tak perlu kau adakan ramuan yang kau sebut 'ajaib' itu. Kau hanya membuang waktumu" balasnya sinis.
"A-"
"Aku menempatkanmu disana hanya sebagai pengisi kekosongan kekuasaan. Jangan pikir kau sungguh mampu memajukan kekuatan negeri ini, Breeeleeee!"
"Yang-"
"Cukup! Diskusi selesai. Bawa dia keluar!"
"Tungg-"
BRAK!
Breele digiring keluar secara paksa oleh keamanan.
BUK!!
"Apa-apaan maksudnya?! Tak dibutuhkan? Jangan buang-buang waktumu?! Dia tidak tahu apa yang sudah kulalui!!!"
Lelaki pendek itu memukul dinding batu dengan tinju kirinya.
"Semua yang kulakukan itu hanyalah untuk negeri ini! Kenapa si tua itu tidak bisa memahaminya?!"
Keeseokan harinya….
"Memulai percobaan dengan artikel baru. Hari ini kita menggunakan Daya Hantam Otot, kita akan menyuntikkan cairan esensi mana ke urat-urat ototnya." jelas Loi.
"Akankah dia bertahan? Urat ungu yang melebam di tubuhnya itu adalah urat otot utamanya, dia benar-benar akan mati lemas" balas Jix.
"Kita sudah menguras daya hidupnya minggu kemarin untuk perwujudan ramuan ajaib, dia benar-benar akan habis jika menggunakan Daya Hantam Otot"
"Perintah adalah perintah! Tak perlu memprihatinkan si bodoh itu!" tukas Brez.
"Berikan! Biar aku yang menyuntikkan obat pemicu nadinya! Kalian anak-anak kecil terlalu ragu-ragu!" pria tinggi itu merampas obat suntik dari tangan laki-laki yang bernama Jix itu.
Daz sedang terduduk dilantai dan bersender ke dinding.
Kelihatannya dia sadar namun lesu tak bertenaga. Seperti minggu-minggu sebelumnya, dia seperti sudah kehilangan semangat hidupnya.
"Ayo bocah! Saatnya bangun! Saatnya bereksperimen untuk tubuh rusakmu itu!"
Nyott!!
Brez tanpa kesabaran lebih panjang langsung menusukkan ujung jarum suntik itu ke leher Daz.
DEG! Suara jantung terdengar keras dan berat tak lama sesudah obat itu disuntikkan kepadanya.
"Subjek menunjukkan gerakan cukup aneh sesudah diberikan obat pemacu"
"Kelihatannya dia tidak bergerak, akankah ini sesuai kemungkinan terburuk?"
"Pak penyihir, tolong analisa sekarang!" kata Brez sambil berjalan kearah pintu pembatas ruang eksperimen.
"Memindai. Subjek terlihat tak bergerak. Tidak ada tanda-tanda abnormal. Eh? Tung-"
JROAKKSHH!!!
"Buakh! A…a…pa?" pria besar itu terlihat tercengang sesudah melihat tangan bocah yang dia kira sudah kehilangan semangat hidupnya itu menembus perutnya.
"Yoo…. JINGAN!" suara serak basah terekam langsung ditelinganya dan telinga pria itu.
Tangan yang menembus pria itu memutarkan telapaknya dan mencengkram mukanya tanpa memberinya kesempatan untuk bergerak.
TEP!! BRAKSSHHH!!!!
"HIIII!!"
"BREZZ!!!"
"APA-APAAN ITU?!"
Duk! Crakshhh!!
Bersimbah darah mengalir langsung dari ujung leher dimana sebuah kepala seharusnya berada.
"TIDAK MUNGKIN! Bagaimana dia bisa sekuat itu?!"
"Obat pemicu itu seharusnya menekan kekuatan tubuhnya supaya dia tidak bisa bergerak leluasa!"
"Sial! Dia memutuskan kepala Brez! Panggil Breele!!!"
"Tolong tahan dia Pak Penyihir!"
"Aku tidak tahu harus menggunakan sihir macam apa! Dia kebal racun, senjata tajam dan juga temperatur!"
"Kurung saja dia!"
"Ini…. tanganku? Terlihat sangat menggelikan, urat-urat ungu tebal ini juga sayatan-sayatan berdarah dan nanah… Ordella pasti akan jijik melihat wujudku sekarang…."
"Oh…."
"Aku lupa…."
"Siapa Ordella ini?"
"Ah…"
"Wanita yang sudah mati itu ya?"
Kedua mata hitam kosong itu menatap pajangan kepala gadis yang seharusnya dia kenal baik.
Tap…tap….tap
Dia menghampiri pajangan kepala gadis yang bernama Ordella itu.
BUAKSH!!!
Pukulan mendarat langsung ke kepala gadis itu.
CRAK!! PRAKSHH!!
Pukulan keras itu langsung menghancurkan kepala itu menjadi berkeping-keping darah dan tulang. Terlihat cipratan otak dan bola matanya terjatuh di depan kaki lelaki itu.
"Sudah kuputuskan. "
Pemuda itu memalingkan pandangannya mengarah pada kaca tebal tempat dimana para peneliti itu memantaunya.
Selangkah…dua langkah…tiga langkah….
Daz berlari semakin cepat dan melompat menggunakan kekuatan ototnya.
KRASHH!!!
Kedua kakinya memecah kaca tebal itu.
"WAA!!"
"DIA KEMARI!!"
"SERANG DIA!"
"Pemecah keheningan! Sayatan angin!"
BRAKSH!!!
Penyihir itu menebas lantai yang dipijak Daz.
FET!
"Jangan remehkan aku"
BRAKASHHH!!! JEREB!
Daz melompat kedepan penyihir itu dan menarik sesuatu yang sangat penting untuk hidup penyihir itu.
Berbentuk seperti mangga, hanya saja ini berwarna merah tua dan bersimbah banyak cairan merah yang sangat deras.
Penyihir itu langsung diam kaku dan terjatuh.
KRAUKSH!!!
"Dii..dia… memakannya?!"
"BUAHHK!!"
"Apakah dia selapar itu?"
"Hahh… Akan kuhancurkan negeri ini"