Chereads / Berjodoh Dengan Ustadz / Chapter 6 - NARSISTIK

Chapter 6 - NARSISTIK

"Ha ha ha ha, jadi kau pernah tertipu oleh pasangan online-mu?" Safira tak kuasa menahan tawanya saat Sambas menceritakan pengalaman menggelikannya.

"Yap! Dan aku sempat mengutuki kebodohanku sendiri," ucap Sambas disertai anggukkannya.

Safira masih tertawa kecil. Ia begitu geli mendengar ucapan pria di hadapannya itu.

"Bahkan aku sempat merasakan trauma dan kapok. Setelah kejadian na'as itu, aku benar-benar tidak ingin lagi melakukan hal konyol semacam ini," sambung Sambas menceritakan apa yang pernah ia alami.

"Waaah benarkah itu?" selidik Safira.

"Yup!" jawab Sambas sembari mengangkat kedua alisnya.

"Hmmmm, tapi kenapa kau melakukan hal konyol seperti ini lagi?" tanya Safira penuh selidik.

Sambas terdiam dan memutar otaknya.

"Entahlah, aku hanya merasa sangat membutuhkan hal semacam ini," jawab Sambas.

Safira masih merasa kurang paham dengan jawaban Sambas. Sepertinya ia harus menyelidiki lebih dalam lagi. Ia benar-benar penasaran, mengapa pria setampan Sambas mau melakukan hal yang konyol seperti itu.

"Perlu? Tunggu-tunggu! Aku rasa pria model kamu ini pasti sangat mudah untuk mendapatkan wanita cantik yang kau inginkan. Tapi kenapa kau malah melakukan hal konyol seperti ini?" selidik Safira panjang lebar.

Sambas menarik ujung bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman manis di sana.

"Ya, kau benar. Tapi, setelah aku mengalami berbagai hal saat aku berpacaran dengan wanita-wanita yang sengaja aku dapatkan, aku merasa tidak ada yang cocok. Sebab, mereka hanya...," ucap Sambas yang kamudian menahan kata-katanya.

Safira semakin penasaran pada sosok pria tampan di hadapannya.

"Mereka kenapa?" selidik Safira.

Sambas tersenyum kecil.

"Kenapa kau malah kepo, cantik?" seloroh Sambas sembari mencubit hidung mancung Safira.

Safira tampak terjingkat kaget dengan sikap Sambas yang terlalu bar-bar menurutnya.

"Aish, kenapa dia bar bar sekali," ucap Safira dalam hati.

"Sebaiknya kau jangan terlalu banyak bertanya yang tidak penting. Aku takut kau akan menyesali pertemuan kita ini," sambung Sambas yang kini tampak mulai memasang wajah serius.

Safira mengernyitkan dahinya tak mengerti. Namun walaupun begitu dia tetap mengangguk mengiyakan.

Suasana hening seketika. Keduanya tak ada yang memulai bicara. Sementara itu Indah tampak masih setia menunggu sahabatnya yang sedang melakukan kencan dadakan.

"Sepertinya mereka klop dan serasi. Aku rasa mereka akan menjadi pasangan yang saling mencintai," ucap Indah yang tampak mengintip Safira dan Sambas.

Safira memang wanita periang dan mudah akrab dengan siapa saja. Maka tak heran jika Safira dan Sambas begitu terlihat akrab dan bar bar seperti itu.

"Begini, setelah kulihat-lihat, wajahmu sangat cocok menjadi permaisuri," celetuk Sambas membuyarkan keheningan.

Safira terlonjak, menatap penuh intimidasi pada Sambas yang tersenyum manis menatap wajahnya.

"Emh, maksudku menjadi permaisuriku. Hehehe." sambung Sambas sembari nyengenges.

Safira ikut nyengenges mendengar ucapan Sambas yang kini mudah dipahami.

"Ooooh, begitu. Hehehehe," ucap Safira di sela-sela cengengesnya.

"Permaisuri? Memangnya kau seorang pemimpin kerajaan Majapahit?" ucap Safira dalam hati.

"Bagaimana menurutmu? Apakah kau merasa cocok denganku?" tanya Sambas yang berhasil membuat Safira kelimpungan.

"Aaah, itu—" Safira belum selesai bicara, dengan cepat Sambas menyelanya.

"Aku rasa kau pun merasakan hal yang sama denganku," sela Sambas tanpa kompromi.

Safira terjingkat kaget dan tampak membulatkan kedua bola matanya penuh. Ada apa dengan pria di hadapannya itu? Kenapa dia mendadak seperti seorang peramal? Astaga.

"Kalau begitu secepatnya aku akan melamarmu, aku tidak ingin lagi menunda-nunda kesempatan baik ini. Karena aku sudah menemukan wanita yang cantik dan cocok menjadi pendamping hidupku seperti dirimu," cerocos Sambas semau dia. Ia bicar seperti tidak memberi kesempatan pada Safira untuk berkomentar atau hanya sedikit menawar.

Safira tercengang dan membulatkan kedua bola matanya penuh. Keputusan dadakan dan sepihak itu membuat Safira sedikit bingung. Tapi, dia pun merasa sangat cocok dengan pria di hadapannya itu. Apalagi, saat ini dirinya memang sedang membutuhkan seorang pria yang akan menjadi suaminya. Sebab, kisah cintanya dengan Ardi sudah kandas.

Guna untuk menutupi percekcokan dan kecurigaan publik padanya, ia sangat ingin secepatnya menemukan pengganti Ardi untuk menjadi suaminya. Tentu saja ia tidak ingin menanggung malu perihal pernikahannya yang tidak jadi dengan Ardi.

"Ke–kenapa kau secepat ini?" tanya Safira dengan ekspresi wajah yang penuh misteri. Manik matanya menatap penuh selidik pada wajah tampan pria yang baru saja bertemu dengannya.

Sambas membuang napas kasar dan tersenyum manis pada wanita cantik di hadapannya itu.

"Kau mampu membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, Fir," ungkap Sambas penuh perasaan. Tak ada raur wajah kebohongan di sana. Ia begitu terlihat tulus ketika mengatakan jika Safira mampu membutnya jatuh cinta.

Safira terkejut dan tersipu malu. Ternyata dia memiliki kemampuan yang sangat dahsyat. Tentu saja senyum kemenangan merekah indah di wajah cantiknya.

"Apakah pria ini tidak main-main dengan ucapannya? Astaga, bahkan dia lebih manis dari pada Mas Ardi," ucap Safira dalam hati.

"Apakah kau mau?" desak Sambas. Manik mata kecoklatan itu tampak menatap dengan serius pada wajah merona Safira.

Safira semakin salah tingkah kala sang jodoh online-nya menatap penuh cinta kepadanya. Tentu saja hatinya semakin meleleh dan melehoy. Ada apa ini? Apakah dia juga tertarik pada pria di hadapannya itu? Pria yang baru saja ia kenali itu?

"Sepertinya aku sudah tahu jawabannya, kau pasti tidak akan menolak keputusanku untuk menikahimu. Secara aku kan pria berwajah tampan dan berdompet tebal. Aku yakin kau tidak akan ragu lagi menerima tawaranku," celetuk Sambas tanpa ragu. Lagi-lagi ia bicara tanpa menunggu dan membiarkan Safira untuk mengeluarkan suaranya.

Safira terlonjak kaget mendengar ucapan Sambas yang seolah menganggapnya wanita pecinta harta, tahta dan rupa. Tentu saja ia sangat tidak terima dengan pemikiran Sambas terhadapnya.

"Apa kau bilang!? Kau pikir aku wanita jalang yang selalu menganggap cinta itu seindah wajah dan harta. Ck! Benar-benar menyebalkan!" sungut Safira tak terima dengan ucapan Sambas.

Sambas tersenyum kecil. Ternyata ia salah bicara.

"Sorry, bukan seperti itu. Maksudku, kau memang wanita yang cantik dan cerdas. Sehingga kau sangat cocok menjadi pelengkap hidupku yang sangat luar biasa sempurnanya," sangkal Sambas yang tampak tak ingin membuat Safira marah dan kecewa padanya

Safira terhenyak kaget mendengar setiap kata yang diucapkan oleh Sambas. Ternyata pria tampan itu sangat memiliki sifat yang narsistik.

"Hmm, begitu. Atau mungkin kau yang terlalu narsistik, jodoh online," cibir Safira penuh sindiran. Ia tampak menatap kesal pada Sambas yang tetap bersikap santai.

Sambas terkekeh. Keduanya pun kembali melanjutkan perbincangan mereka mengenai perasaan yang mudah tersirat dari keduanya. Seperti yang Sambas katakan, dia benar-benar akan secepatnya melamar wanita cantik berkulit putih itu.

****