"Fir, si dia ingin bertemu dengan lu!" ucap Indah pada Safira.
Safira terjingkat kaget.
"Apa??? Secepat itu?" Safira tampak sedikit syok dan melongo tak percaya dengan apa yang dia dengar.
Indah mengangkat kedua alisnya. "Yup, pokoknya lu harus profesional. Jangan sampai membuatku malu seumur hidup. Mengerti!?" tegas Indah yang tampak menekan setiap ucapannya .
"Tapi, ini terlalu cepat, Dah," rengek Safira.
"Lebih cepat lebih baik. Jangan menolak dan beralasan lagi!" tegas Indah tanpa bantahan.
Safira menelan ludahnya kasar dan menghela napas berat. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, kemarin ia ngebet ingin segera memiliki pasangan baru yang akan dia jadikan sebagai suami. Maka tak tanggung-tanggung ia meminta Indah untuk membantunya mencari jodoh online via sosial media.
Tentu saja Indah tidak akan sesulit itu mendapatkan seorang pria jomblo yang juga sedang mencari wanita cantik.Hanya dengan memberikan info dan sebuah foto cantik Safira, beberapa pria langsung tertarik.
Indah pun dengan teliti memilih pria yang lumayan tampan dan mapan. Ia tidak ingin sembarangan mencarikan pasangan untuk Safira. Hingga saat Indah bertukar informasi, si pria itu pun dengan cepat mengajak Safira untuk bertemu.
"Ya ampun, apa yang sudah aku lakukan? Argh, sepertinya permainan akan segera dimulai," celoteh Safira dalam hati.
Mau tidak mau Safira harus menemui pria yang Indah dapatkan dari sosial media. Rencananya malam ini Indah akan mengantar Safira ke sebuah caffe untuk bertemu dengan pria online itu. Jadi mak comblang, dong. Hihi.
"Pokoknya lu jangan ragu apalagi sampai membatalkan rencana ini. Karena gue sudah menyepakati keinginan jodoh online elu untuk bertemu malam ini." sekali lagi Indah menegaskan pada Safira yang masih bengong.
"Iii, iya. Bawel!" dengus Safira kesal.
"Dan satu lagi, jaga sikap dan kepribadian elu. Jangan sampai dia kecewa, karena gue sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memuji-muji sikap dan kepribadian elu padanya. Jangan sampai dia kecewa dan merasa dibohongi,"ujar Indah yang lagi-lagi memberikan penegasan pada sahabatnya.
"Memangnya apa yang elu katakan padanya?" tanya Safira penuh selidik.
"Yang pasti apa yang tidak ada pada diri elu!" celetuk Indah yang berhasil membuat Safira terlonjak kaget.
"Apa?? Gila lu ya! Bisa-bisanya mengatakan apa yang tidak ada pada diri gue," protes Safira yang tampak menaikkan suaranya.
"Itu namanya sama saja kau mengatakan orang lain pada dirinya. Dan jelas saja itu bukan gue! Ck! Pokoknya gue gak bisa ngikutin apa yang elu perintahkan. Sebab, gue akan tetap menjadi diri gue sendiri," sambung Safira penuh penegasan.
Indah tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oke, terserah elu saja. Yang pasti elu harus menemui pria itu malam ini juga," ucap Indah yang akhirnya pasrah.
Safira mengangguk mengiyakan. Dia tidak bisa menolak, walaupun sebenarnya ia belum siap moveon dari mantan kekasihnya yaitu Ardi.
Saat malam tiba..
Safira menatap wajah cantiknya di cermin. Dress berwarna navy itu tampak melekat indah pada tubuhnya yang ideal. Kulit putih bersih yang menjadi dambaan bagi setiap insan, membuatnya selalu cocok mengenakan pakaian berwarna apa saja.
"Cakep! Kamu memang cantik, Fir. Aku yakin pria itu pasti langsung tertarik padamu," ucap Safira pada dirinya sendiri.
Ya, Safira memang sangat cantik. Bahkan siapa pun yang melihatnya tidak akan menyangka jika dia terlahir dari keluarga sederhana. Pashionnya yang selalu kece badai membuatnya terlihat seperti seorang putri pengusaha kaya.
Sesampainya di caffe.
"Dah, kok gue jadi deg-degan gini ya," bisik Safira sembari meletakan tangannya pada dadanya.
"Santai saja, Fir. Jangan sampai terlihat gerogi dan tidak profesional." Indah kembali mengingatkan sahabatnya.
Sementara itu si pria yang menyetujui perjodohan online itu tampak baru saja datang. Safira dan Indah tampak tertegun melihat ketampanan wajah pria yang berjalan mendekati meja mereka.
"Dah, apakah itu orangnya?" bisik Safira.
"Ya, betul. Itu orangnya, dia sangat mirip dengan yang di foto," jawab Indah sembari membandingkan wajah pria yang berjalan ke arah mereka dengan sebuah foto yang ada di layar ponselnya .
"Hallo, apakah kalian yang—" ucap Sambas yang tampak menggantung ucapannya saat Indah dan Safira buru-buru bangkit dari duduknya.
"Mr. Sambas?" selidik Indah.
Sambas mengangguk seraya tersenyum manis.
"Omegot, senyumnya bikin hati gue meleleh," bisik Safira dalam hati.
"Oh Ya Tuhan, kenapa kau lebih tampan dibanding dengan foto di sosial mediamu," seru Indah.
Plak!
Safira memukul tangan Indah yang terlalu terpesona pada ketampanan Sambas.
"Alamak! Keceplosan gue," gumam Indah sembari menutup mulutnya.
Sambas hanya tersenyum simpul.
"Mari silakan duduk," Safira mempersilakan Sambas untuk duduk.
Sambas menurut, ia pun mendudukkan bokongnya di kursi depan Safira dan Indah.
"Kalau begitu silakan saling berkenalan dan habiskan waktu kalian. Semoga cocok dan jodoh," ucap Indah dengan gaya sopannya.
Sambas tersenyum disertai anggukkannya. Sementara Safira tampak gugup berhadapan dengan pria tampan yang baru saja ia temui.
Setelah kepergian Indah, Safira tampak semakin gugup dan gerogi. Pasalnya pria tampan di hadapannya itu tampak memandangi wajahnya sedari tadi.
"Santai saja, Nona. Jangan tegang seperti itu," ucap Sambas membuyarkan lamunan Safira.
"Aish! Bagaimana aku tidak tegang. Sedari tadi kau menatapku seperti itu," sungut Safira dalam hati.
Safira pun mencoba menghela napas panjang dan membuangnya pelan, ia harus terlihat profesional di hadapan jodoh onlinenya.
"Setelah kuperhatikan, wajahmu sangat cantik," ucap Sambas penuh pujian.
Jlebbb!
Safira tampak terjingkat kaget dan tercengang mendengar ucapan pria tampan di hadapannya.
"Aduh Abang, jangan buat hatiku meleleh seperti eskrim begini," batin Safira berucap.
Safira tampak tersenyum kaku dan wajahnya memerah merona menahan malu.
"Tapi kenapa kau melakukan ini? Aku kurang mengerti, padahal dilihat dari segi mana pun kau sangat sempurna. Dan, aku yakin setiap pria yang melihatmu akan langsung terpesona seperti aku," tutur Sambas memecah teka-teki yang menyangkut di kepalanya.
Lagi-lagi Safira terjingkat kaget dan tersipu malu. Ia benar-benar salah tingkah dan terdiam seribu bahasa. Hanya sebuah senyuman kaku yang ia berikan pada Sambas.
"Pria ini benar-benar menguji imanku," ucap Safira dalam hati.
"Ohya, kita belum kenalan. Tapi, aku sudah tahu siapa namamu," ucap Sambas sembari mengubah posisi duduknya.
"Kalau sudah tahu untuk apa kau mengajakku berkenalan, kodok!" umpat Safira dalam hati.
Safira tersenyum masam.
"Aku juga sudah tahu namamu," ucap Safira malu-malu. Ia baru mengeluarkan suaranya lagi.
Sambas tersenyum. Entah mengapa ia langsung tertarik pada wanita cantik di hadapannya.
"Ternyata kau memang sangat cantik. Aku tidak tertipu lagi, " celetuk Sambas yang berhasil membuat Safira bertanya-tanya.
"Tertipu? Maksud dia apa?" tanya Safira dalam hati.
****