"Mas belum menjelaskan alasan Mas mengakhiri hubungan kita," ucap Safira pada mantan kekasihnya yang terlihat dingin.
Ardi membuang napasnya kasar, ia tampak bingung harus berkata apa. Sementara alasan dia mengakhiri hubungannya dengan Safira adalah karena ia melihat wajah cantik Safira berubah menjadi buruk rupa dan sangat menyeramkan.
Tentu saja dia tidak tega jika harus mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana pun dia masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu. Namun, entah mengapa tiba-tiba Safira berubah menjadi buruk rupa dan tentu saja hal itu membuat seorang pria tampan dan mapan itu tampak enggan menjadikan Safira sebagai pendamping hidupnya. Bukan karena ia tidak sayang, tapi karena tiba-tiba muncul perasaan ingin meninggalkan wanita malang itu.
"Mas, sebenarnya apa yang ada di dalam—" Safira tampak menggantung ucapannya saat tiba-tiba Ardi menyelanya.
"Cukup! Kau terlalu banyak bicara. Bagaimana pun hubungan kita sudah berakhir, kau bukan siapa-siapa lagi bagiku," sela Ardi dengan suara yang dingin.
Safira tampak terkejut mendapatkan serangan dari mantan kekasihnya. Entah mengapa rasanya sangat sakit sekali saat Ardi mengatakan jika dia bukan siapa-siapa lagi bagi Ardi.
"Tapi, Mas. Aku ingin tahu alasan kau meninggalkanku!" pinta Safira sedikit memaksa. Ia tampak terlihat mengiba dan memelas.
Ardi tampak memalingkan wajahnya, sebenarnya ia tak sanggup lagi berlama-lama dengan mantan kekasih yang masih melekat di hatinya. Namun karena rasa yang tiba-tiba muncul membuat Ardi tidak sanggup lagi menjalin hubungan dengan Safira.
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi, paham!?" tegas Ardi yang tampak sedikit menaikkan suaranya.
Sontak saja Safira terkejut saat mendapatkan jawaban dari mulut Ardi. Tidak mencintainya lagi? Secepat itukah pria itu berpaling darinya.
Tanpa diminta, buliran bening mengalir dari kedua sudut mata bulat milik Safira. Ia tampak tak kuasa menahan sesak di dadanya. Sementara Ardi tampak uring-uringan dan tak sanggup melihat Safira menangis di hadapannya.
"Secepat itu kau berpaling dariku, Mas? Lalu apa maksud dari perhatian kamu kemarin? Jangan membohongi perasaan kamu sendiri, Mas! Aku tahu ada yang sedang kamu sembunyikan dariku!" protes Safira dengan suara yang bergetar.
Ardi tampak mengusap wajahnya frustasi. Ia benar-benar tidak bermaksud membuat mantan istrinya menangis seperti itu. Namun, ia pun sangat bingung harus berbuat apa. Sementara Safira masih memaksa dan mendesaknya agar mengakui alasannya mengakhiri hubungannya dengan wanita di hadapannya itu.
"Sudah kubilang aku sudah tak lagi mencintaimu, Ra. Jadi jangan kau tanyakan lagi, lebih baik sekarang kau berusaha untuk terbiasa tanpa diriku. Karena aku tak akan mungkin kembali padamu," tegas Ardi yang tampak tak sedikit pun menatap wajah cantik Safira.
Safira tampak terdiam dalam tangisnya. Ingin rasanya dia peluk pria tampan yang pernah menjadi kekasihnya itu. Namun itu tidak mungkin, karena dia bukan siapa-siapa lagi bagi Ardi.
"Baiklah, aku akan mencoba hidup tanpamu, Mas. Terima kasih atas segalanya." setelah bicara demikian, Safira pun berlalu dari hadapan Ardi. Tentu saja dengan sejuta rasa sakit dan dendam yang mendalam.
Safira sangat heran dan tidak terima atas alasan Ardi yang tak masuk akal. Bisa-bisanya semudah itu Ardi mengatakan jika dia sudah tak mencintai Safira lagi. Tentu saja hal itu sangat membuat Safira geram. Pria macam apa itu, padahal mereka akan menikah. Tapi, Ardi benar-benar berubah menjadi pria jahat bagi Safira.
Dengan penyelasan yang teramat dalam, Safira tampak keluar dari ruangan Ardi tanpa mengharap untuk kembali.
"Prok prok prok!" terdengar suara tepukan dari seseorang yang mengadukan kedua telapak tangannya.
Safira menoleh, ia tampak jengah saat menatap wajah judes dari sekretaris mantan kekasihnya.
"Hebat, kau memang jalang yang tak tahu malu!"cela Ammara dengan tampangnya yang benar-benar tak bersahabat.
Safira tampak tersentak dan jengah mendengar ucapan kasar dari mulut domba itu.
"Apa urusanmu!" sungut Safira dengan tatapan tajamnya.
"Tentu saja aku sangat bahagia karena Ardi sudah tidak lagi mencintaimu," ucap Ammara dengan seringai liciknya.
Safira hanya terdiam. Ia tampak enggan meladeni wanita rubah di hadapannya itu.
"Tetapi, kau sangat tidak tahu malu. Kau masih saja mengemis cinta dari mantan kekasihku itu!" sambung Ammara yang tampak menekan setiap ucapannya.
Safira menghela napas panjang dan membuangnya perlahan.
"Kau sudah tahu bukan!? Jadi, jika kau ingin kembali padanya, maka aku tidak keberatan. Karena itu bukan urusanku lagi!" tegas Safira tampak penuh percaya diri. Setelah mengucapkan kalimat itu, Safira pun bergegas pergi meninggalkan wanita rubah yang bermulut domba itu.
"Cih! Bilang saja kau hanya menyemangati dirimu sendiri. Padahal kau sangat terluka, hahaha," cibir Ammara diiringi tawa jahatnya. Ia tampak puas melihat Safira terluka oleh mantan kekasihnya. Tentu saja setelah ini ia akan berusaha merebut kembali pria tampan yang sedang gundah gulana itu.
"Kenapa kau murung seperti itu? Kau ditolak?" celetuk Indah tanpa beban.
"Berisik kau!" dengus Safira yang tampak kesal.
Indah hanya mengernyitkan dahinya, ia tampak menerka-nerka apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
"Dah." tiba-tiba Safira menyerukan suaranya.
"Hmmm," jawab Indah malas-malas.
"Carikan aku pasangan online," pinta Safira tanpa ragu.
Indah tampak terkejut mendengar permintaan sahabatnya. Entah apa yang ada di dalam pikiran Safira sehingga meminta Indah untuk mencarikan pasangan online.
"Apaaaa!!?" Indah tampak membulatkan kedua bola matanya penuh.
"Aku serius." ucap Safira yang tampak memasang wajah datar.
"Apa kau sudah tidak mampu menarik perhatian pria-pria nyata?" sungut Indah yang tampak tak percaya dengan keinginan sahabatnya itu.
"Kau pikir aku akan mencari pasangan sesosok makhluk halus seperti jin dan syetan!?" protes Safira yang tampak menekan ucapannya.
"Ha ha ha, bukan begitu maksudku, bekicot!" sungut Indah sembari tertawa renyah.
"Maksudku kenapa kau tidak berpacaran dengan pria-pria yang kau temui langsung, seperti dengan mantan-mantanmu dulu," sambung Indah.
"Ck! Sulit mendapatkannya," ucap Safira sembari berdecak kesal. "Sudah kau tak usah banyak komentar, karena ini bukan sosial media. Pokoknya aku ingin kau mengenalkanku dengan pria melalui jasa perjodohan online." tegasnya yang tampak memaksa.
"Hmmm, aneh! Hari gini masih percaya dengan jodoh online. Awas lho nanti dapet pria gak ori, yang ada cowok jadi-jadian," celetuk Indah yang tampak sedikit mencibir keinginan sahabatnya.
"Kau! Menyebalkan!" gerutu Safira sembari melemparkan bulatan kertas ke arah Indah.
Indah hanya terkekeh, dalam hatinya bertanya-tanya, untuk apa Safira melakukan hal konyol seperti itu? Apakah untuk memanas-manasi Mas Ardi? Namun walaupun begitu, Indah akan tetap menuruti keinginan Safira. Walau sebenarnya ia merasa geli dan ilfil.
"Sepertinya, mencari jodoh online memang cara yang tepat untukku. Aku malas, malas mencari pria yang mengemis cinta padaku. Aku sangat tak ingin hal semacam ini terjadi kembali," cerocos Safira dalam hati.
****