Chereads / Berjodoh Dengan Ustadz / Chapter 12 - SELIDIKI KASUS INI

Chapter 12 - SELIDIKI KASUS INI

Satu minggu setelah kejadian menyakitkan itu...

Safira tampak selalu murung dan mengurung dirinya di dalam kamar. Beberapa hari ini wanita cantik itu tampak tidak mau bertemu dengan siapa pun. Kabar batalnya pernikahan Safira dengan Sambas tampak marak menjadi bahan gosipan yang hangat.

Kartika selaku Ibu yang mengerti keadaan putrinya tampak selalu membujuk Safira agar mau berbicara dan menegarkan hatinya.

Kejadian menyakitkan yang menimpa Safira untuk ke sekian kalinya membuat Safira setres dan depresi.

Karirnya di perusahaan tampak tak ia hiraukan, beberapa hari ini Safira tampak meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ia sangat merasa malu pada semua orang yang tahu tentang dirinya.

"Fira, ini Ibu, Nak. Ayo buka pintunya, Ibu membawakanmu nasi goreng kesukaanmu." ucap Kartika di balik pintu. Sepiring nasi goreng ia jadikan alat untuk menarik perhatian Safira.

Namun sepertinya usahanya sia-sia, Safira tampak tidak merespon panggilan orang tuanya. Tak ada suara yang menyahuti Kartika, Ibu satu orang anak itu tampak mengusap air mata sedihnya.

"Ya Allah, Nak.. Kenapa cobaan seperti ini selalu kau dapatkan." rintih Kartika yang tampak sedang menahan sakit di ulu hatinya.

Kembali Kartika memanggil putrinya dengan lembut, berharap kali ini Safira akan tergerak untuk membuka pintu kamarnya.

"Fira, sedang apa kau di dalam? Ayo makan dulu, jangan seperti ini Nak. Kau harus banyak-banyak istighfar dan selalu ingat pada Allah." ucap Kartika berusaha membujuk putrinya.

Namun lagi-lagi Safira masih terdiam dan enggan menjawab panggilan Ibunya.

Safira yang malang, di tepi ranjang ia meringkuk sambil menangis. Dadanya selalu sesak setiap hari, kepalanya selalu sakit memikirkan nasib percintaannya yang selalu buruk.

Rambut yang panjang itu, kini kusut tak terawat lagi. Kulit wajah kusam tak bercahaya, kedua mata membengkak hitam akibat terlalu lama menangis dan selalu terjaga setiap malam. Bibir ranum itu, enggan untuk mengembangkan senyuman manisnya.

Dunia seakan berhenti berputar, langit-langit seakan hendak runtuh menimpa hidupnya, masa depannya seakan suram buram dan tak ada yang dia harapkan lagi selain kematian yang membuatnya tenang.

"Hiks hiks hiks, semua lelaki di muka bumi ini benar-benar terkutuk! Tak punya hati! Perasaan cinta seakan hanya sebuah permainan yang menyenangkan bagi mereka." celoteh Safira di sela-sela isak tangisnya.

Kuku-kukunya yang panjang dihiasi cat kuku berwarna maroon itu tampak menancap tajam pada pahanya. Rasa perih di pahanya seakan terkalahkan oleh rasa perih di hatinya.

Wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu tampak mengutuki semua lelaki di muka bumi ini. Mantan-mantan yang selalu menyakiti hatinya tak henti-hentinya ia maki dan sumpah serapah keluar dari mulutnya.

"Kau! Sambas, kenapa kau tega menggores luka di hatiku. Hiks hiks hiks, kukira kau akan berbeda! Kukira kau sangat sempurna untukku, tapi ternyata kau sama saja seperti Ardi! Seperti mantan-mantanku yang lain. Sialan! Terkutuk! Bajingan! Semoga kalian semua mendapatkan hukuman atas perbuatan yang telah kalian lakukan padaku." teriak Safira mengutuki mantan-mantan kekasihnya.

Teriakan Safira terdengar oleh Kartika dan Pak Usman. Mereka tampak cemas memikirkan kesehatan akal dan fisik putri mereka.

"Ya Tuhan, putri kita, Yah. Bagaimana ini,Ibu benar-benar takut." rengek Kartika yang tampak cemas pada putrinya.

"Tenang, Bu. Safira masih meluapkan emosinya. Biarkan dia menenangkan hati dan pikirannya dengan caranya sendiri. Saat dia sudah merasa lelah dan jenuh, Ayah yakin pasti dia akan merengek pada kita." ucap Pak Usman penuh ketegaran. Bukan karena ia tidak cemas, Pak Usman hanya tidak ingin menambah kesedihan istrinya.

Sementara itu di perusahaan tempat kerja Safira..

"Iya guys, si Fira memang gak jadi menikah. Hubungannya kandas begitu saja, calon suaminya membatalkan pernikahan mereka saat tiga hari menjelang hari H." bisik-bisik para karyawan kantor tempat kerja Safira .

Semenjak kejadian pahit yang menimpa Safira, hampir setiap hari penghuni kantor menggunjingkan nasib buruk Safira.

Tentu saja kabar buruk itu sampai terdengar ke telinga sang Manager tampan yaitu Ardi.

Ardi mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada dahinya. Kabar batalnya pernikahan Safira begitu menjadi beban pikirannya saat ini. Entah mengapa ia merasa ada yang aneh pada wanita cantik yang masih ia cintai itu.

"Ini aneh! Kenapa pria itu tiba-tiba membatalkan pernikahan mereka. Dan kasus ini sama seperti yang aku alami beberapa minggu yang lalu."gumam Ardi memikirkan kisah Safira.

"Apakah pria itu juga mengalami hal yang sama denganku? Melihat perubahan wajah Safira yang tiba-tiba menjadi jelek dan menyeramkan?" Ardi masih memikirkan perkara yang menyebabkan calon suami Safira membatalkan pernikahan mantan kekasihnya itu.

"Jika memang benar begitu, aku rasa ada yang tidak beres dengan Safira." tebak Ardi.

"Aku harus menyelidiki kasus ini. Jika begini terus, sampai kapan pun Safira tidak akan pernah mendapatkan jodoh." ucap Ardi sembari mengubah posisi duduknya.

"Dan, sepertinya aku yang harus turun tangan. Setelah ini aku akan merebut kembali wanita yang masih ada di dalam hatiku. Karena, aku yakin ada yang sengaja membuat Safira menderita seperti ini." pungkas Ardi yang kemudian menekan tombol untuk memanggil sekretarisnya, Ammara.

Tak berselang lama..

"Ada apa, Pak?" Ammara tampak sudah masuk ke dalam ruangan Ardi.

"Duduk!" perintah Ardi.

Ammara pun menurut. Ia tampak mendudukkan bokongnya di kursi depan meja kerja Managernya.

"Mengenai pernikahan Safira yang tiba-tiba dibatalkan oleh pihak prianya. Aku ingin kau menyelidiki kasus ini." ucap Ardi di awal perbincangannya.

Ammara tercengang dan sedikit tak percaya.

"Maksud Anda? Saya harus menyelidiki perkara yang menyebabkan Safira batal menikah?" tanya Ammara yang tampak sedikit menaikkan suaranya.

"Hmmmm.." Ardi hanya mendehem pelan.

"Maksudku, kau cari tahu keberadaan calon suami Safira yang tiba-tiba membatalkan pernikahannya. Setelah itu kau korek-korek alasan apa yang menyebabkan dirinya mengakhiri hubungannya dengan Safira dan membatalkan pernikahannya." sambung Ardi menuturkan apa yang harus Ammara lakukan.

Ammara tampak terhenyak kaget. Ia benar-benar jengah dan merasa keberatan.

"Apa kau sudah gila!?" sungut Ammara yang tampak tidak bisa mengontrol dirinya.

"Jaga sikapmu! Ini di kantor, kau harus patuh padaku!" tegur Ardi yang berhasil membuat Ammara terdiam dan menundukkan kepalanya.

"Mulai besok kau harus mencari tahu apa alasan pria itu membatalkan pernikahannya. Dalam waktu tiga hari kau harus berhasil mendapatkan jawaban dari mulutnya." tegas Ardi kembali memerintah sekretarisnya.

"Baik!" jawab Ammara dengan berat hati.

Ardi membuang nafas lega, kini ia berharap Ammara akan berhasil mendapatkan jawaban dari mulut Sambas.

"Dan ingat! Kau jangan menyebut-nyebut namaku di hadapannya. Berusaha lah secantik mungkin." tegas Ardi yang tampak menekan setiap ucapannya.

Ammara hanya mengangguk pasrah. Dalam hatinya menggerutu kesal.

"Sialan! Apa gunanya gue menyelidiki kasus kehancuran wanita ja*ang itu. Ck! Jika bukan Ardi yang meminta, maka aku tidak akan sudi melakukannya." gerutu Ammara kesal.

****