Chereads / Berjodoh Dengan Ustadz / Chapter 14 - KEJUJURAN ARDI

Chapter 14 - KEJUJURAN ARDI

Safira berlari ke sudut ruangan, memojokkan dirinya di sana. Seluruh tubuhnya tampak terlihat gemetaran. Kedua bola matanya begitu terlihat sayup dan banyak derita di sana.

Ardi menghela nafas panjang, tak kuat ia melihat wanita yang ia cintai menderita sedalam itu. Ingin rasanya ia bawa pergi dan bahagiakan Safira kembali. Namun itu semua hanya angan yang tak sampai.

"Fira sayang, jangan seperti ini Nak. Ayo kemari, kami ingin berbicara denganmu lagi." bujuk Kartika yang sudah tak lagi menangis ia tak ingin membuat putrinya semakin merasa menderita.

Safira menggeleng, kuku telunjuknya ia gigit sekuat mungkin. Entah apa yang sedang wanita cantik itu rasakan saat ini. Dilihat dari segi mana pun Safira tampak sedang depresi dan banyak derita yang ia pendam.

"Istighfar, Nak. Harus tabah dan kuat, semua yang terjadi sudah kehendak Tuhan. Untuk itu sebaiknya kau perbanyak berdzikir dan berdo'a." kali ini Pak Usman yang tampak membujuk putri satu-satunya.

"Ya Tuhan, aku benar-benar tidak tega melihatnya seperti ini. Semoga cepat terpecahkan kasus yang menimpa Safira. Aku ingin melihat siapa yang jail pada wanita pujaanku ini." ucap Ardi dalam hati.

"Bagaimana ini, Yah, Ardi. Safira masih seperti ini. Ibu benar-benar takut." ucap Kartika sendu.

"Ardi, coba kau yang membujuknya. Siapa tahu dia bisa luluh." pinta Pak Usman sedikit memohon.

=

Ardi membuang nafas berat, ia pun mengangguk mengiyakan.

"Mudah-mudahan bisa." ucapnya dalam hati.

Ardi pun melangkahkan kakinya mendekati Safira yang seperti sedang ketakutan.

"Safira, kau masih ingat siapa aku?" Ardi mulai meluncurkan siasatnya.

Safira meringkuk dan giginya begitu gemelutuk.

"Fira, kau dengar suaraku?" kembali Ardi mencoba meluluhkan Safira.

"Pergi! Jangan datang lagi." usir Safira dengan sorot mata yang terlihat ketakutan.

"Tidak, aku datang untuk membawamu pergi. Mengajakmu untuk bahagia bersamaku." jawab Ardi yang tampak berusaha menyadarkan Safira.

Safira menggeleng.

"Bohong! Kalian semua sama saja. Hanya bisa menyakitiku! Meninggalkanku, aku benci kalian semua!" pekik Safira yang tampak emosi.

Ardi semakin mendekat pada Safira.

"Tenang, Fira. Aku tidak berbohong. Aku benar-benar sayang padamu. Kau seperti ini benar-benar membuatku tidak tega dan begitu sakit melihatmu." ucap Ardi yang semakin mendekat.

Safira terdiam sejenak.

"Kau berbohong.. Hiks hiks hiks.." kali ini Safira tampak menangis sedih.

Ardi membuang nafas berat dan mengusap wajahnya frustasi.

"Tidak sayang. Mas tidak berbohong, Mas benar-benar sayang pada Fira. Mas ingin minta maaf karena telah menyakiti hati Fira. Mas janji, setelah ini Mas akan membahagiakan Fira. Maka, ayo kita bicara di luar bersama Ayah dan Ibu. Kami sangat sayang padamu." bujuk Ardi yang kini tampak sudah mengusap lembut puncak kepala mantan kekasihnya.

Safira masih terisak. Ia benar-benar merasa sedih dan menderita. Namun pengakuan Ardi membuatnya sedikit tenang.

"Hiks hiks hiks.." isak tangis Fira masih terdengar, bagaikan alunan musik kematian bagi Ardi.

"Fira, tatap mata Mas." pinta Ardi yang tampak berbisik lembut.

Safira mendongakkan wajahnya, ia pun menatap mata mantan kekasihnya. Di sana, ia sedikit melihat ketulusan dan rasa cinta dari Ardi. Ia pun semakin terisak dan kini menghamburkan dirinya ke pelukan mantan kekasihnya.

"Hiks hiks hiks, kenapa kalian semua tega menghancurkan harapanku." rintih Safira di dalam pelukan Ardi.

Ardi tampak mengusap lembut puncak kepala mantan kekasihnya. Ia tampak sedikit lega melihat Safira yang sudah mulai luluh padanya.

"Fira sayang, maafkan Mas. Mas sangat mencintai Fira, setelah ini Mas akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi Mas mohon, jangan seperti ini lagi. Kembali menjadi Safira yang dulu." kembali Ardi membujuk Safira.

Safira tampak masih terisak kecil.

Sementara Kartika dan Pak Usman tampak saling berpelukan, Kartika tampak meneteskan air mata. Namun kini ia sudah mulai bisa bernafas dengan lega.

"Ayo sayang, kau mau kan bicara dengan Ayah dan Ibumu? Mereka sangat merindukanmu."bisik Ardi penuh kelembutan.

Safira mengangkat wajahnya, merenggangkan pelukannya.

Matanya kini menatap pada kedua orang tuanya yang terlihat sedang menangisinya.

"Ayah, Ibu." panggil Safira dengan suara yang bergetar.

"Fira." ucap Pak Usman dan Kartika.

***

Safira menundukkan kepalanya teramat dalam.

Air matanya masih mengalir membasahi wajah cantiknya.

Di sampingnya, Ardi tampak setia menemani mantan kekasihnya itu.

"Sudah lebih tenang?" tanya Ardi pelan.

Safira mengangguk kecil.

"Jangan bersedih lagi. Kami semua sayang padamu, setelah ini kami akan menyelidiki kasus yang selalu terjadi padamu. Karena aku yakin jika ada sesuatu yang menyerangmu." tutur Ardi menenangkan mantan kekasihnya.

Safira hanya manggut-manggut dan masih terdiam. Dalam hatinya berkata.

"Ini semua karena keegoisanku. Coba saja tempo hari aku nurut pada Ayah dan Ibu. Aku yakin tidak akan terjadi hal menyakitkan seperti ini lagi."

"Fira, apakah kau sudah bisa berpikir jernih saat ini?" tanya Kartika lembut.

Safira mengangguk, air matanya kembali mengalir.

"Maafkan Fira, Yah, Bu. Ini semua karena keegoisan Fira. Fira menganggap enteng keinginan Ibu dan Ayah kemarin. Fira sangat menyesal, hiks hiks hiks." kali ini Safira berkata sambil menangis. Wanita cantik itu benar-benar merasa menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Hust, sudah jangan difikirkan. Mungkin dengan seperti ini kau baru tersadar dan mulai memperbaiki diri. Sebaiknya setelah ini kau turuti perintah kami, kami akan tetap membawamu pada seorang Ustadz yang akan mengobatimu." tegur Pak Usman yang kemudian mengajak putrinya kembali untuk berkonsultasi dengan seorang Ustadz muda yang memiliki kemampuan luar biasa.

Safira hanya mengangguk menyanggupi.

"Seorang Ustadz?" selidik Ardi. Ya, memang Ardi belum tahu rencana Pak Usman dengan Kartika.

"Ya, Ustadz itu memiliki kemampuan untuk mengobati orang-orang yang terkena penyakit ghaib. Karena kami rasa Safira sedang dipermainkan oleh seseorang yang tak suka padanya." jelas Kartika yang menjawab pertanyaan Ardi.

Ardi mengangguk tanda memahami.

"Itu ide yang bagus, Bu. Ardi setuju." seru Ardi.

"Ya, karena hanya jalan itulah satu-satunya yang harus kita ambil." timpal Pak Usman.

Suasana hening seketika..

"Yah, Bu, bisakah tinggalkan kami berdua? Fira ingin bicara pada Mas Ardi, sebentar saja." pinta Safira dengan lembut dan hati-hati.

Pak Usman dan Kartika tampak saling beradu pandang, saling memberikan isyarat. Dan kemudian mereka pun mengangguk mengiyakan. Sepasang suami istri itu pun berlalu meninggalkan Safira dengan Ardi.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Fira?" tanya Ardi dengan suara yang lembut.

Safira menghela nafas panjang lalu membuangnya perlahan.

"Aku ingin tahu dan ingin dengar dari mulut Mas sendiri, alasan apa yang menyebabkan Mas meninggalkanku? Sama seperti yang dilakukan oleh calon suamiku itu." ujar Safira.

Ardi membuang nafas berat. Ia tampak berfikir keras, haruskah ia jujur pada wanita yang sedang terpuruk itu?

"Jawab saja, Mas. Sampai saat ini aku benar-benar penasaran. Kenapa kalian semua selalu meninggalkanku di saat menjelang pernikahan. Aku ingin tahu alasannya." desak Safira tidak sabaran.

Ardi mengusap wajahnya frustasi.

"Baiklah, aku akan menjawabnya. Tapi kau tidak boleh tersinggung dan marah saat mendengar jawabanku." tegas Ardi.

Safira mengangguk penuh semangat.

Ardi terdiam sejenak, memikirkan kalimay apa yang pantas ia ucapkan pada mantan kekasihnya itu. Tentu saja dia akan bicara jujur sejujur-jujurnya.

"Kau tahu Fir? Malam itu, saat aku datang menemuimu, kau berbeda dari Fira yang selama ini aku tahu." ucap Ardi di awal kejujurannya.

Safira mengernyitkan dahinya, masih meminta Ardi untuk mengungkap lebih.

"Kau yang selama ini aku lihat berwajah cantik, ayu, dan berseri. Saat itu kau benar-benar berubah seratus derajat celcius menjadi menyeramkan. Sumpah! Aku berkata jujur, maaf jika ucapanku membuatmu syok dan tersinggung." lanjut Ardi dengan tidak enak hati.

Safira tampak terkesiap dan benar-benar syok mendengar ungkapan Ardi. Tentu saja ia merasa ada yang aneh pada dirinya.

"Dan entah mengapa pada saat itu mulut ini begitu mudah untuk berkata putus dan berakhir. Tak ada lagi harapan untukku membangun cinta denganmu, fikiranku saat itu hanya ingin meninggalkanmu." lanjut Ardi.

Safira terdiam dan mencerna setiap ucapan mantan kekasihnya.

"Dan kau tahu? Saat aku sudah jauh darimu, saat hubungan kita sudah berakhir. Saat itu rasa cinta dan sayangku kembali tumbuh untukmu. Aku pun benar-benar tak mengerti, entah mengapa aku merasa sedang dipermainkan. Saat kulihat lagi wajahmu, dan saat itu kau telah kembali pada Safira yang dulu." tutur Ardi penuh kejujuran.

Safira mengusap air matanya kasar. Dadanya terasa sesak kala ia mengingat betapa kejamnya dunia padanya.

"Aku tak mengerti kenapa aku bisa seperti ini. Siapa orang yang tega membuatku menderita seperti ini? Hiks hiks hiks." rintih Safira di sela-sela isak tangisnya.

"Sabar, Fir. Aku akan membantumu untuk menuntaskan kasus ini. Aku yakin bukan orang lain yang melakukan ini padamu. Orang-orang di sekitarmu yang tega melakukan kejahatan ini." ucap Ardi.

"Tapi siapa?? Selama ini aku tidak pernah usil pada siapa pun. Aku tidak pernah berbuat jahat pada siapa pun, aku tidak pernah membalas kejahatan pada orang yang jahat padaku. Aku tidak punya musuh di dunia ini." cerocos Safira yang tampak terlihat marah dan frustasi.

"Musuh? Sepertinya kau punya musuh di dunia ini, Fir." ucap Ardi.

Safira terdiam sejenak dan berfikir keras..

"Musuhku? Siapa musuhku itu?"

"Ammara!" jawab Ardi tanpa ragu.

"Haaaaaah???? Mungkinkah? Dia yang melakukannya?" Safira tampak terkejut dan benar-benar penasaran.

Ardi terdiam sejenak dan mempertimbangkan akan hal itu.

"Kurasa jika dia yang melakukannya, itu tidak mustahil. Secara Ammara memang tidak suka padamu, dia selalu ingin menjatuhkanmu. Ya, karena kau berhasil menjadi kekasihku." tutur Ardi.

"Ya, kau benar, Mas. Aku rasa memang dia pelakunya. Ck, dasar sialan! Beraninya dia melakukan hal bejad seperti ini padaku." decak Safira emosi.

"Tapi kita jangan asal bertindak, Fir. Sebaiknya kita selidiki terlebih dahulu kasus ini. Jangan sampai kita salah orang dan salah sasaran. Dan lagi pula aku sudah menyuruh Ammara untuk menyelidiki alasan apa yang membuat mantan calon suamimu itu meninggalkanmu." ujar Ardi yang tampak memberikan peringatan pada Safira.

"Apaaa?? Kau menyuruh wanita rubah itu untuk menyelidiki Mas Sambas?" Safira tampak terlihat kaget.

"Ya, ada apa?" jawab Ardi disertai pertanyaannya.

"Ck, kenapa kau ceroboh seperti ini Mas." decak Safira kesal.

"Kenapa kau malah menyuruh wanita rubah itu? Sudah jelas dia tidak menyukaiku, aku takut dia akan mengatakan yang tidak-tidak pada pria itu." lanjut Safira.

"Tidak, kau tenang saja. Dia pasti selalu nurut jika aku yang menyuruhnya." sergah Ardi penuh keyakinan.

"Benarkah itu? Apakah kau berani menjamin?" desak Safira.

Ardi mengangguk dengan pasti.

"Baiklah, tapi kenapa kau tidak menyuruh Indah saja untuk menyelidiki si pria itu!?" ujar Safira.

"Tidak, karena Indah tidak terikat kontrak denganku." jawab Ardi penuh penegasan.

BERSAMBUNG...