Chereads / Cinta Istri Kedua / Chapter 35 - Wishes Bakery & Coffee

Chapter 35 - Wishes Bakery & Coffee

Terlalu bosan di rumah, Riu pergi ke pertokoan dekat perumahan. Sengaja tidak membawa orang agar tidak di ganggu siapapun. Sepanjang jalan hanya ada pepohonan yang cantik bikin mata semakin bersinar memperhatikan. Pertokoan terlihat di belokan pertama, tampak sangat menarik mata. Gaya yang ditampilkan seperti klasik Eropa. Sungguh menawan hati dan mata. Senyum terus muncul setiap kali melihat benda cantik di beberapa toko.

"Wishes Bakery & Coffee" gumamnya pelan. Bau harum kue kering menggugah hidung, Riu melihat tampilan dari balik jendela.

kling....

Suara pintu dibuka terdengar nyaring di telinga hingga mengalihkan mata. Sesaat Riu membutuhkan semua organ penting tubuhnya untuk bisa beraksi pada pria di depannya.

"Riu?"

Riu terpaku melihat pria di depannya yang berubah total sejak terakhir kali pertemuan mereka berdua. Suaranya masih sama. Badannya lebih besar dan terlihat kekar, terasa nyaman apabila di sentuh bikin hati Riu serasa jatuh tak berdaya. Jauh berbeda.

"Kamu....,Jay?" , Riu berusaha keras menggerjap mata berulangkali. Ia terlalu takut jika salah melihat.

"Apa kabar Riu?" tanyanya dengan tangan terlipat di dada, badan setengah bersandar di dinding samping pintu yang tertutup otomatis.

"Tidak mungkin" katanya menepuk pipinya, sungguh menggemaskan di mata Jay. Mantan terindah di masa lalu yang layak untuk dikenang sepanjang masa.

Wajah tampan bak model buku masakan menyengat di mata Riu. Ia tidak menduga bakal bertemu mantan pacarnya disini. Baru beberapa hari lalu berusaha berdamai dengan masa lalu dan sekarang, harus melihatnya. Konyol itu pikiran yang terlintas pertama kali di kepala Riu, ingin tertawa sekaligus menangis pada Langit yang kejam padanya.

"Kamu kerja disini?"

Riu merasa tak tenang, iapun masuk ke dalam toko diikuti Jay dari belakang. Matanya liar dan rakus merekam semua penampilan serta suara Riu dalam ingatan tersembunyi.

"Ini tokoku"

"Toko kamu? sungguh?"

"Kamu tidak percaya? Riu, walaupun hanya kecil tapi ini sungguh punyaku"

"Ini sungguhan?"

Jay benar-benar dibuat kesal dari nada pertanyaan Riu. Matanya melotot tak senang, Riu hanya tertawa remeh untuk menanggapi.

"Sesuai janji ku dulu, aku pasti bisa mewujudkan mimpi"

Riu mengangguk saja, ia tidak pernah meragukan mantan pacarnya ini, sebelum Robi muncul, ia selalu tahu Jay termasuk mantan yang menyebalkan tapi juga selalu mengusik.

Tangan terlipat di depan dada, Jay memperhatikan mantan kekasihnya yang selalu menghantuinya lalu menurunkan.

"Kamu sudah menikah"

Riu berputar melihatnya lalu melihat kaca etalase. Terdapat beberapa kue tar kecil yang menggugah selera, pelayan sigap mengambil apa yang ditunjuk.

"Sudah"

"Kamu bahagia"

"Bahagia"

"Benarkah?"

"Iya"

Riu berjalan ke arah kursi panjang dekat jendela besar. Toko kue yang bernuansa romantis menambah nilai tersendiri di mata pengunjung yang memiliki pasangan. Jay mengikuti, sebenarnya ia mempunyai rencana sendiri untuk melewati hari ini tetapi pertemuan dengan Riu memberikan perasaan lama kembali terbuka.

"Kamu menyukainya"

"Siapa? astaga, kue ini enak sekali. Kamu hebat bisa membuatnya"

Satu suapan berlanjut menjadi dua dan seterusnya. Jay menghela nafas melihatnya lalu mengelengkan kepalanya, selalu seperti ini, Riu tidak peduli dunia luar selama masih ada kue depan mata. Jay menunggu Riu menyelesaikan makan kue, ia cepat meminta pegawainya membuatkan kopi kesukaan.

Dua orang memiliki masa lalu dan bertemu merupakan hal yang wajar tetapi apabila pertemuan itu membuka luka lama dan baru, sangat merusak hari. Riu tahu itu tapi untuk sekali ini, hatinya ingin mengalah. Kalau dulu Robi menyakiti hatinya parah dengan berbohong padanya namun, Jay berbeda. Hubungan mereka berdua lebih dari sekedar kebohongan di permukaan.

"Kamu semakin cantik, Riu"

Bola mata Riu berputar seperti mengejek. Jay tertawa terbahak-bahak melihat tingkah manja Riu yang dulu di kenalnya.

"Kamu sudah menikah"

"Sudah"

"Bahagia?"

"Bahagia"

Pertanyaan yang diulang dua kali hanya untuk memastikan hati Jay tidak berdarah.

"Riu...."

Bola mata Riu memandang wajah tampan Jay lalu mencoba membandingkan setan yang menjadi suaminya yaitu Jero.

"Aku tidak bohong"

"Kamu lupa aku mengenalmu sejak lama"

"Aku yang tidak kenal denganmu"

"Riu..."

"Mengapa kamu pergi dulu?"

Jay tersudut dalam hatinya mendengar pertanyaan itu tetapi ia tahu sejak lama, jika suatu hari pertanyaan tersebut bakal keluar untuk diselesaikan.

"Keluarga"

"Ibumu tidak suka aku, mengapa?"

"Kamu ingin tahu alasannya?"

"Tentu saja"

Mata Riu menatap Jay dengan harapan seperti matahari pagi yang bersinar terang. Jay merasa dunianya terasa indah hanya dengan melihatnya.

"Kamu tidak masuk dalam kastanya"

"Maksudnya?"

"Ibuku berfikir keluargamu tidak berada dalam golongan yang sama. Kamu anak orang kaya sedangkan keluargaku orang pemerintahan dan terpandang jadi ibu tidak mau ada skandal pintu belakang"

"Ibumu..."

"Aku tahu. Ibuku hanya ingin mendapatkan yang terbaik untuk anaknya"

"Tapi aku tidak bersalah"

Suara protes Riu meringankan hati Jay setelah bertahun-tahun. Riu memakan kuenya dengan sikap tidak puas dengan cara yang dilakukan ibu Jay.

"Maaf"

"Untuk?"

"Membuatmu sudah susah"

"Karena itu, kamu pergi jauh-jauh dariku tanpa sempat berpamitan"

"Ya. Apa yang dilakukan ibuku, sangat membuatku malu. Dia menggunakan kekuasaan miliknya hingga membuat keluarga mu bangkrut. Aku juga dengar masalah Robi, apa dia juga telah membuatmu luka?"

Mengetahui itu, Riu merasa hidupnya tidak lagi nyaman. Ia tidak penting dengan hidup sendiri tetapi ada orang yang sangat memerhatikan dirinya sampai detil selain Jero, ini juga membuat berantakan hatinya.

"Apa kamu sudah menikah, Jay?"

Alis Jay naik setinggi lima centimeter ke arah atas mendengar pengalihan topik Riu. Iapun menarik nafas lalu mengangkat cangkir kopinya untuk sesaat menyesap sementara Riu menggeser semua benda di depannya ke arah samping tangan supaya lebih luas.

Kring....

Riu mengambil ponsel dari tas tangannya, kerutan di sekitar mata membuat resah Jay. Apakah Riu akan pulang? bagaimana masa depannya? apakah bisa bertemu dengannya lagi setelah hari ini? apa yang sebaiknya dilakukan? pertanyaan yang menganggu, Jay meletakan cangkir di tempatnya.

---- "Aku ada di toko kue, ada apa?"

Jay tidak tahu apa yang dikatakan si penelpon tapi perasaan cemburu melanda hingga menusuk kuat.

---- "Aku pulang sekarang"

Ponsel dimatikan, Riu memasukan ke dalam tas tangannya. Jay menatap Riu ingin tahu.

"Itu tadi suamiku. Aku pulang dulu"

"Boleh minta nomor handphone milikmu?"

"Untuk apa?"

"Aku hanya ingin menyapa sekali-kali atau mengajak mu mencicipi kue jika ada kue baru, bagaimana?"

Riu mengambil sesuatu dari tas tangannya, sebuah kartu tipis berwarna hitam bercampur gold diberikan pada Jay.

"Ini kartu namaku. Aku bayar dulu di kasir"

Riu bangkit dari duduknya, bersiap untuk melangkah tapi Jay cepat berdiri lalu mengelengkan kepalanya bikin Riu bingung.

"Tidak usah bayar. Aku traktir kamu kali ini"

"Tapi..."

"Anggap saja ini reuni kecil. Lagipula toko ini muncul karena kamu"

"Jay...?"

"Jangan merasa beban. Nama toko ini sesuai dengan nama yang pernah kamu berikan jadi sudah sepantasnya jika beri kompensasi untuk pemilik inspirasi nama, hahahaha"

"Benarkah? aku sudah lupa"

"Ya, pergilah. Jangan sampai suamimu menunggu terlalu lama di rumah atau bagaimana kalau aku antar"

Riu memghela nafas pelan yang mulai memberat. Jay melambaikan tangan pada pelayan lalu membisikkan sesuatu kepadanya, "Bagaimana? aku antar?" tanyanya setelah memastikan pelayan yang dipanggilnya mengerti.

"Tidak perlu. Rumahku dekat. Terima kasih atas traktiran kue dan minumannya. Lain kali aku mampir jika tidak sibuk"

Jay merasa kecewa tetapi di tahannya kuat hingga masuk kembali di sudut tersembunyi hatinya.

"Baiklah"

Riu tersenyum tulus padanya lalu berbalik pergi tinggalkan Jay yang terpaku memandang senyuman Riu. Hatinya sekali lagi bergerak liar ke segala arah.

Kata orang, sepandai-pandainya menyimpan cinta di masa lalu , akan ada satu hari dimana penyesalan datang.

Jay bergerak ingin mengejar namun terhenti ketika di lihat Riu masuk ke dalam sebuah mobil sport berwarna hitam. Tangan mengepal marah kepada dirinya sendiri karena terlambat.