Caoli membanting semua barang di dekatnya. Tak ada yang berjalan mulus sesuai ekspektasi. Pertemuan dengan Jero malah menambah kemarahan di hatinya. Semua barang di dekatnya, di banting dan dilempar hingga tak berwujud. Orang kepercayaannya berdiri dekat pintu masuk ruang kerjanya. Sepulang dari kantor Jero, Caoli mengamuk pada semua orang termasuk ruang kerjanya yang sekarang berubah berantakan.
"Tuan"
"Ada apa!"
"Anda masih bisa memanfaatkan Ayun"
Bola mata Caoli membesar tanpa sudut jelas. Orang kepercayaannya bertaruh jika kali ini, Caoli mendengarkan idenya maka ia bakal diberi kekayaan berlimpah apalagi saat ini, orang kepercayaannya lainnya tidak berada di sini. Jelas, harus mengambil keuntungan besar.
"Wanita itu"
"Benar tuan. Nona Ayun telah lama berada di zona nyaman. Bukankah sudah saatnya membalas budi baik?"
Caoli terdiam mendengar itu, ia berjalan ke arah sofa di tengah-tengah ruang kerjanya. Orang kepercayaannya buru-buru mengambil rokok lalu diberikan pada Caoli. Bau rokok terbakar seketika tercium satu ruangan.
"Nyonya Ayun seharusnya sudah saatnya dimanfaatkan lebih, tuan"
"Kamu--"
"Benar tuan, nyonya Ayun berhutang banyak pada anda. Seharusnya tidak masalah jika membayar di muka tapi tuan Carlo tidak mudah di hadapi"
Orang kepercayaannya segera mengambil minuman keras dari balik lemari kecil di sudut lalu memberikan pada Caoli di meja. Tatapan tajam Caoli tidak menganggu karena ia tahu Caoli membutuhkan dana yang besar untuk menutupi skandal yang dibuatnya.
"Nyonya Ayun terlalu lama dibiarkan, takutnya semakin lupa asalnya"
Caoli tersenyum sinis. Wanita ular semacam Ayun tidak mudah dilupakan tapi memang di sengaja di lupakan olehnya mengingat Carlo di balik layar.
"Apa Carlo tahu, berapa hutang Ayun diluar?"
"Saya kira tidak tuan, kalau tahu, mungkin gelar nyonya Carlo tidak mudah di dapatkan"
Caoli menyesap pelan minuman keras berwarna coklat bening tersebut. Mengalir seperti air yang mengalir tenggorokannya dengan halus.
"Tidak terburu-buru. Ayun masih harus bersenang-senang dengan Carlo, begitu nama nyonya Carlo di pakai, kita bergerak"
"Kalau begitu, bagaimana langkah tuan untuk menutup dana ini?"
Wajah kebingungan tampak pada orang kepercayaannya, Caoli selalu memiliki orang kepercayaan yang berbeda tujuan. Ia tahu, ada orang Jero di dekatnya. Oleh karena itu, ia selalu waspada pada segala bentuk.
"Cari Desti. Aku butuh dia bergerak"
"Baik tuan"
Orang kepercayaannya segera pergi tinggalkan Caoli. Adapun Desti disini merupakan adik tiri Caoli yang tergila-gila oleh Carlo. Sejak lama jatuh cinta hingga mengejar menjadi istri simpanan namun, Carlo hanya menganggap angin lalu.
----
Carlo membuka matanya perlahan, kepalanya berat bahkan tubuh terasa tidak nyaman. Dilihatnya Ayun tertidur di sofa, tak jauh darinya. Wajah cantik yang menjadi obsesi dan posesif dengan cinta yang dalam.
klik!
Kepala Carlo berputar pelan ke arah pintu. Desti diam di tempatnya sambil memandang kepadanya.
"Kamu ingin bersamanya"
"Ya, tinggalkan kami"
"Carlo..."
"Pergilah! jangan lewati batas, Desti"
"Bagaimana kalau aku katakan wanita ini hanya menipumu? jauh dalam hatinya namamu tak penting"
"Aku tidak peduli meskipun 0,1% namaku ada di hatinya maupun kepalanya, itu sudah cukup"
"Carlo ..."
"Kamu tidak akan mengerti Desti. Apa yang membuatnya berubah banyak, itu dikarenakan aku"
Untuk sejenak Desti tidak tahu mau berkata apa. Dia hanya wanita biasa yang mencintai pria yang tidak mencintainya.
"Pergilah!"
Cinta itu rumit. Terkadang begitu bodohnya, tidak dapat melihat, mana orang yang benar-benar mencintai dan bukan.
Carlo mengangkat badan Ayun dengan sekali tarikan tangan lalu melangkah keluar menuju kamar utama. Wajahnya berubah lembut ketika tanpa sadar Ayun mencari posisi yang nyaman berada dalam gendongannya. Perasaan inilah yang bikin Carlo selalu bertahan di samping Ayun bertahun-tahun.
Perlahan-lahan Carlo meletakan Ayun di atas tempat tidur milik mereka berdua. Ayun bergerak lagi sebentar mencari kehangatan tapi tidak di temukan, kerutan di wajahnya tampak bikin hati tak tega. Carlo cepat berbaring di sebelahnya kemudian menarik masuk dalam pelukannya.
"Ayun..."
Suaranya pelan namun penuh kesakitan akan tindakan Ayun padanya. Jero sudah beri selamat padanya di waktu pesta tetapi temuan belum lama ini menyebabkan lubang kekecewaan semakin besar terhadap Ayun.
Mengapa Carlo tahu? karena handphone tersebut sudah di pasang alat perekam dan pelacak. Ayun bergerak tanpa sadar semakin rapat pada Carlo.
Kata orang, cinta karena terbiasa itu lebih menakutkan daripada cinta tulus. Inilah yang terjadi dengan kedua orang ini, bertahun-tahun bersama namun masih tida tahu untuk siapa cinta di hati yang sebenarnya.
Tanpa sadar, Carlo tertidur.
Sementara itu, Desti berjalan mondar-mandir di atas karpet kamar. Lama menunggu kedatangan Carlo tetapi tidak datang juga. Firasatnya mengatakan apabila Carlo sibuk dengan Ayun. Wajahnya seketika suram.
tok...tok...
Desti membuka pintu, "Ada apa?" tanyanya pada kepala pelayan rumah Carlo. "Nona, di ruang tamu ada tamu yang mencari" jawabnya sopan. Siapapun tahu posisi Desti di rumah ini, tak seorangpun berani bertindak konyol dengan mencari masalah.
Kepala pelayan menunggu instruksi tapi Desti hanya melewati dirinya tanpa mengatakan apa-apa menuju ruang tamu. Nafas lega dihembuskan. Langkah Desti tidak cepat sampai di ruang tamu, ia segera tahu siapa tamu yang dimaksud.
"Ayo! kepala pelayan, beritahu tuan besar jika aku pulang dulu ke rumah"
Desti tidak perlu melihat siapa yang berada di belakangnya untuk mengawasi. Ia tahu kepala pelayan di rumah ini ibaratnya tangan kedua Carlo.
"Baik nona"
Desti terus berjalan ke arah luar rumah diikuti orang kepercayaan Caoli. Mobil menunggu depan pintu, "Nona...". Desti masuk ke dalam mobil baru setelahnya diikuti orang kepercayaan Caoli.
Mobil terus berjalan menjauhi. "Desti, apa kabarmu?" tanyanya pelan. "Aku-- tidak begitu baik" jawabnya ragu. "Kamu tahu aku bakal selalu ada jika kamu butuh bantuan, aku selalu menunggumu" katanya datar melihat wanita yang dicintainya. Tangan Desti mengetuk jendela mobil dengan nada konstan. "Mengapa Caoli memintaku pulang?" tanyanya resah, mau tak mau melihat ke arahnya. "Tuan Caoli membutuhkan dana besar untuk menutupi skandal" jawabnya mengerti mengapa Desti mengalihkan pembicaraan.
Desti terdiam. Caoli adalah kakak dari lain ibu. Ayah Caoli termasuk pria mata keranjang yang senang mengoleksi anak. Menurut pemahaman ayah Caoli, banyak anak banyak rejeki dan banyak kehidupan indah. Oleh karena itu, ayah Caoli memiliki banyak istri tidak sah namun istri sah hanya ada satu yaitu ibu Caoli dan dirinya merupakan anak tidak sah dari istri ke delapan.
"Jangan buang waktu untuk aku, Pedro"
Perkataan singkat itu merubah wajah orang kepercayaan Caoli yang ternyata bernama Pedro. Tarikan nafas tidak senang di perdengarkan tetapi hanya sebatas itu. Kalau boleh memilih, Pedro juga tidak mau mencintai karena bagaimanapun juga, Desti masih satu darah dengannya dari pihak ibu.
Benar-benar sial!