Ayun menghela nafas dan menarik nafas dengan perasaan kesal. Ia harus mengontrol diri sebelum mencapai rencananya sendiri. Ia tidak mau menikahi Carlo, ini menentang kata hatinya yang selalu untuk Jero.
Ia berjalan lambat-lambat ke arah ruang kerja Carlo di lantai bawah agar tak seorangpun tahu. Sejak acara pertunangan sampai sekarang, ia ada di mansion milik Carlo. Semua barang miliknya tertinggal di rumahnya. Tak ada yang dibawa bahkan handphone disita.
Perlahan-lahan masuk ke dalamnya tanpa ada suara. Ia menarik nafas lega, begitu masuk tak ada seorangpun disini. Kaki dan tangan cepat mencari handphone yang disita oleh Carlo dengan alasan biar lebih fokus mempersiapkan pernikahan.
Matanya membesar melihat handphone miliknya berada di tumpukan dokumen di laci paling bawah. Ayun mengecek handphone sambil bergerak bersembunyi di bawah meja sudut.
Tangan gemetaran menekan tombol cepat di handphone, beruntung baterai penuh. Terakhir kali pegang sempat mencharger. Keringat membasahi belakang punggungnya dengan cepat. Baju berbahan satin yang di pakai sangat terasa tidak nyaman.
Dering kesekian, terdengar nama sambung. Ayun menunggu dengan perasaan takut. Ia takut apabila ada orang yang masuk ke dalam ruangan ataupun ternyata bukan Jero yang menerima telepon darinya.
---- "Halo"
---- "Jero, ini aku Ayun"
---- "Katakan!"
---- "Tolong aku, Jero"
---- "Kamu dimana"
---- "Aku-- ada di mansion Carlo"
---- "Apa maksud kamu? Ayun, kamu mau menikah, apa hubungannya dengan aku?"
---- "Jero, aku-- tidak mau menikah dengan Carlo. Aku di paksa. Bantu aku keluar dari sini"
---- "Ayun, kita tidak ada hubungan lagi"
---- "Aku tahu tapi Jero, kamu pernah berkata jika aku tidak bisa melupakanmu maka aku boleh beritahu kamu. Aku-- tidak bisa menikah dengan Carlo. Aku-- masih mencintaimu. Carlo terlalu menakutkan"
---- "Ayun..."
---- "Carlo tidak mengijinkan aku keluar dari mansion. Dia menyekap ku"
Tidak ada suara dari Jero, Ayun semakin panik. Satu-satunya penyelamat dalam hidupnya adalah Jero untuk saat ini.
---- "Jero, tolong. Kamu berhutang padaku"
---- "Ayun...."
---- "Tolong sekali ini, Jero. Demi cinta kita di masa lalu"
---- "Kamu tahu aku--"
---- "Jero, aku mohon padamu"
Ada jeda sesaat. Ayun berharap besar dengan rencananya selama belum menandatangani surat pernikahan maka ia layak mendapatkan apa yang diinginkan hatinya.
---- "Baiklah, tunggu aku disitu"
---- "Tapi Jero, aku-- tidak bisa keluar. Carlo tidak akan mengijinkan aku"
---- "Tenanglah, selama ada aku. Carlo tidak akan bisa menyentuh kamu"
---- "Jero..."
---- "Ya?"
---- "Aku-- mencintaimu"
---- "Aku tahu"
---- "Kamu masih cinta aku?"
Tidak ada suara di sana. Ayun bertaruh dalam hatinya jika Jero masih mencintainya maka ia pasti bisa keluar dari sini.
---- "Ayun, jangan lewat batas. Kamu tunggu disana saja. Pastikan kamu baik-baik"
Tanda bunyi handphone di tutup lebih dulu terdengar nyata di telinga, Ayun terpaksa menutup handphone miliknya dengan perasaan campur aduk. Tidak mungkin wanita jalang itu bisa mendapatkan hati Jero, itu pasti tidak mungkin terjadi mengingat banyak hal yang terjadi di antara mereka berdua pikir ayun berusaha mengatakan banyak hal di kepalanya. Jero akan datang pikir ayun lagi. Celah kecil yang dibuat di masa mereka masih menjadi suami istri, ternyata dapat digunakan.
Senyum tawar dan hati sakit teringat kebodohannya yang mau saja menerima tantangan Carlo di masa lalu. Sungguh tidak menyangka malah terjebak.
klik....
Ayun termangu mendengar suara pintu dibuka lalu terdengar suara sepatu yang masuk. Keringat dingin yang semula mulai kering, kembali datang membasahi.
"Carlo, sayang. Kamu tahu sebentar lagi bakal menikahi wanita itu tapi masih mengajak aku ke mansion?"
Ayun terkejut mendengar suara wanita. Entah apa yang dilakukan tapi kepalanya panik, ternyata Carlo yang masuk.
"Aku mencintai Ayun tetapi aku manusia biasa yang butuh kenikmatan lain"
"Kamu mempunyai niat mempermainkan wanita itu"
"Tidak ada, hanya tidak mungkin aku berkomitmen pada satu orang"
"Jadi, apa statusku?"
"Kamu mau apa? pilih saja tetapi istri sah dan pertama harus di pegang Ayun"
"Apa aku tetap mendapat hal yang sama seperti wanita itu?"
"Tentu saja tetapi tidak boleh ada anak yang terlibat disini. Kalau ada, jangan salahkan aku jika nyawamu tak lagi di tempat"
"Anak? tidak mau. Badanku terlalu sempurna, untuk apa mengandung lalu melahirkan, itu merusak tubuh. Biar wanita itu yang lakukan tugas menjijikan seperti itu"
"Hahahaha itu benar, biar Ayun yang lakukan. Lagipula aku sudah terlalu banyak mengeluarkan uang, aku rasa sudah saatnya mendapatkan manfaat, kemari lah dan tutup mulutmu"
Tidak berapa lama, Ayun mendengar suara erangan bercampur teriakan yang heboh. Bau percintaan sekejap memenuhi ruangan tersebut.
Ayun menutup mulutnya rapat-rapat mengunakan telapak tangan, air matanya turun dengan cepat membasahi pipi. Ia tidak menyangka ternyata Carlo memiliki rencana padanya, ia mengira Carlo benar-benar mencintainya hingga seperti orang gila.
"Ayun... mau sampai kapan bersembunyi disitu?"
Wajah Ayun pucat seketika mendengar panggilan Carlo. Perlahan-lahan keluar dari bawah meja, handphone dibiarkan tetap di situ. Tampak Carlo duduk dengan santai sementara wanita yang tidak dikenalnya asyik bergerak di atas pangkuannya tanpa peduli bahkan menikmati.
"Kamu? dia siapa?" , Ayun berhasil menguasai dirinya setelah beberapa waktu. Mata Carlo menyipit melihat pakaian yang dikenakan Ayun, sangat menarik mata.
"Dia? tidak tahu. Kemari lah"
"Aku-- tidak mau"
"Ayun, kamu tahu aku tidak pernah mengulang kata-kata, jangan buat aku salah paham"
Wajah Ayun semakin pucat mendengar kalimatnya, perlahan-lahan melangkah ke arah Carlo. Begitu di dekatnya, Carlo cepat menarik badan Ayun, sementara wanita itu turun dari pangkuannya.
"Carlo, katakan dia siapa?"
Wanita tersebut duduk di dekatnya tanpa mengunakan pakaian sama sekali bahkan tatapannya meremehkan pada Ayun. Carlo menoleh ke arahnya lalu menarik wajahnya yang cantik untuk diciumnya lembut.
Ayun terbelalak melihat itu. Carlo melepaskan ciumannya ketika di rasakan wanita tersebut mulai mengerang ketagihan.
"Dia pengganti kamu. Itu saja yang perlu kamu tahu"
"Pengganti? Carlo!!!"
Suara teriakan Ayun sangat menusuk telinga Carlo dan wanita itu. Wajah Carlo mengeras mendengarnya, "Jangan naikan suaramu, kamu tak punya hak disini" katanya dingin.
"Nyonya, aku beritahu ya, tuan Carlo kekasihku, aku harap kamu tahu batasan"
Ayun kaget mendengar itu, hatinya berubah tidak nyaman. Carlo memicingkan matanya ingin melihat apa yang akan dilakukan Ayun, kali ini bertaruh pada hatinya agar berharap untuk terakhir kalinya.
"Aku-- "
Carlo mendengus dingin, tak pernah ia merasakan kekalahan seperti ini. Wanita di dekatnya menatap Ayun dengan sorot mata kebencian. Ayun tampak bingung merespon.
"Kamu pakai baju dulu. Kamu tunggu aku di kamar kita"
"Carlo...."
"Kali ini saja"
"Baiklah"
Wanita itu cepat berdiri lalu meraih pakaian, cepat memakainya tanpa melihat lagi ke arah mereka berdua kemudian pergi dari ruangan itu.
Carlo merapikan celananya, Ayun masih diam di tempatnya. "Ayun, kamu membuatku sangat kecewa" ucapnya pelan kemudian menutup matanya rapat-rapat, hatinya sangat lelah. Melihat itu, Ayun perlahan duduk dengan hati-hati di dekatnya.
Ruangan seketika sepi sementara itu, jarak 9km arah selatan dari rumah Carlo. Mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi.
"Beritahu sopir untuk menjemput nyonya muda, kita putar arah ke rumah Carlo"
"Baik tuan"
Sopir cepat menghubungi salah satu sopir di mansion rumah besar. Kecepatan mobil tidak berkurang sama sekali, melesat menuju rumah Carlo. Wajah Jero tegang, ia tidak ingin berurusan dengan Carlo tapi tidak bisa melupakan Ayun yang setia menemani walaupun pada akhirnya terjebak bersama Carlo, Ayun tidak bersalah pikirnya kacau. Karena dirinya, Ayun menjadi seperti ini.