Chereads / Cinta Istri Kedua / Chapter 33 - Saham 1%

Chapter 33 - Saham 1%

Kata orang, memupuk cinta di butuhkan pupuk yang tepat dan penyiraman yang berkala dengan dosis tepat.

Jero memandang ponselnya dengan serius. Semua persiapan sudah dilakukan demi melakukan perjalanan bulan madu bersama Riu. Dulu, karena masalah belum ada perasaan di hati Riu maka tidak bisa dilakukan. Kini, berbeda cerita. Jarinya mengetuk tak sabar di atas mejanya.

"Tuan, semua persiapan sudah disiapkan. Apakah kita perlu membuat rencana cadangan?"

Jero mengangkat kepalanya dari ponsel, Orang di depannya adalah orang kepercayaannya yang paling setia. Penampilan mirip sekretaris pribadi namun, tidak ada yang tahu jika memiliki gelar tak biasa dibaliknya.

"Lakukan! Kamu tahu aku tak suka kejutan tidak berguna"

Handphone di letakan di atas meja dengan wajah tidak senang, ini menjadi sorotan perhatian orang kepercayaannya tersebut.

"Tuan Caoli berada di bawah gedung, apakah kita perlu antisipasi lebih?" tanyanya memberitahu. Semua prosedur harus melalui jaringan orang kepercayaannya sebelum bertemu Jero. Wajah orang kepercayaannya terkesan biasa saja tapi Jero tahu, dia telah melakukan diluar perkiraan orang-orang diluar sana.

"Lakukan seperti biasa" jawabnya menyenderkan badannya di belakang kursi kebesarannya.

Orang kepercayaannya menganguk lalu keluar dari ruangannya. Musuh bebuyutannya ada di depannya, ia harus menjamu dengan sangat 'baik'.

Jero merapikan pakaiannya sebelum orang yang dimaksud masuk ke dalam ruangan. Beberapa poin telah diblokir, apa rencana Caoli berikutnya pikir Jero.

Katakan saja, saat ini beramal mendengar penjelasan Caoli. Senyum tipis muncul seperti muntahan tapi lebih mirip menunggu proses di penggal.

Kakinya santai menginjak karpet tebal di bawahnya, tak ada bunyi yang berasal dari sepatunya membuat orang bertindak waspada.

Orang hanya tahu Jero si tangan emas. Semua benda di tangan berubah menjadi emas di setiap kesempatan, siapa yang tidak mau berhubungan dengannya, maka nasib sial di temui.

Caoli memandangi pemandangan luar gedung kantor Jero dengan wajah muram dan sulit. Ini seharusnya bisa menjadi miliknya. Kekayaan dan kekuasaan tapi sejak dulu, ia selalu tahu kemampuan Jero selalu di atasnya melebihi mata tertutup.

"Apa kamu akan melihat disana terus atau kamu akan katakan apa kepentingan kedatangan mu?"

Caoli berbalik menghadap arah suara Jero, keterkejutan tampak sekilas tapi meredup seketika. Sejak kapan berada di kursi kebesarannya, satu tarikan nafas, ia berjalan untuk duduk di sofa depannya.

"Aku butuh bantuan mu"

Alis Jero naik ke atas satu tingkat. Mulutnya keras terkunci rapat sebelum bicara, ia didahului oleh Caoli.

"Perusahaan ku mengalami inflasi 10% , aku butuh dana untuk menstabilkan semuanya kembali ke posisi semula"

"Semua orang sudah mendapatkan posisi masing-masing, permainan apalagi yang ingin kamu mainkan?"

"Jero, ini bukan masalah semua orang mendapatkan posisi tapi ini masalah sumber penghasilan yang aku bangun bertahun-tahun"

"Apa aku terlihat buta? kamu membuat drama di belakangku tanpa sebab. Kini, kamu ingin aku menolong? apa kamu bodoh?"

Suaranya terdengar dingin mirip es kutub Utara, Caoli tahu kedatangannya tidak akan membuat Jero mau membantu tapi tak ada salahnya mencoba. Sejak acara pertunangan Ayun dan Carlo disertai insiden yang dibuatnya, saham perusahaan mengalami banyak masalah, ia mendapatkan tekanan dari pemilik saham lainnya meskipun Jero sebenarnya pemilik paling besar nomer dua dari perusahaannya.

"Aku tidak punya pilihan lain"

Jero mendengar kalimat itu dengan hati dingin. Persahabatan bertahun-tahun dengan maksud baik ternyata hanya dijadikan pilihan terakhir setiap kali mendapatkan masalah, terlebih niatnya ingin mengambil Riu dari tangannya.

Tak ada suara lagi di ruangan itu, Caoli berharap besar Jero masuk dalam perangkapnya kali ini. Taruhannya adalah perusahaan miliknya yang tersisa sedikit.

"Saham milikku sekitar 40% disana. Kamu tersisa 40% dan sisanya tergabung dari beberapa orang. Inflasi 10% masih dalam posisi terus naik. Barang dipasaran hanya ada sekitar 25% yang tersedia bagus dan sisanya sampah. Aku tidak tertarik menanam investasi yang sudah pasti bangkrut."

Wajah Caoli berangsur-angsur memburuk mendengar perhitungan jeli yang dilakukan Jero.

"Aku lebih tertarik menjual saham milikku untuk masuk dalam saham modal baru dibandingkan membangun sejumlah waktu yang jelas kerugian di depan mata. Kemungkinan naik 1:1000, kalau aku jadi kamu maka aku ambil 1 tapi masih ada keuntungan perputaran modal baru"

Keringat muncul sebesar biji kacang hijau di wajah Caoli. Ketika merencanakan di belakang Jero, ia lupa untuk mencari penyelamatan diri. Hanya dalam waktu dua hari, harga saham tertekan oleh pemberitaan dirinya mengambil istri orang.

"Jero, tolong aku kali ini"

Ketukan di sofa oleh Jero menambah tekanan pada Caoli. Mau tak mau, Caoli mengerutkan keningnya, sejak kapan Jero melakukan ketukan yang membuat nafasnya serasa mau mati pikirnya kalut.

"Dana yang tersedia hanya 25% bahkan kalaupun ada aku hanya bisa memberikan 1% jadi, apa yang akan kamu berikan padaku demi 1% ini?"

Caoli merasa tanah yang dipijak mendadak lembek bahkan mirip pasir yang menghisap perlahan membawanya masuk ke dalam. Mata Jero tenang bak air laut. Sudut mulutnya seperti sinis tak berujung. Caoli tahu 1% itu berarti baginya tapi apabila salah melangkah, takutnya Riu tidak akan didapatkan sama sekali.

"Aku tidak punya apapun untuk dijadikan jaminan. Kamu tahu kesulitannya"

"Kamu minta aku beramal untuk sesuatu yang sia-sia?"

Keringat dingin yang keluar-masuk dari belakang punggungnya terasa menyakitkan sejak berbicara pada Jero.

"Penambahan saham 1% tidak kecil, kamu menjadi orang pertama sedangkan aku orang kedua. Aku rasa itu tidak sia-sia"

Jero memiringkan kepalanya untuk melihat penampilan Caoli yang perlahan mulai menyedihkan. Ini pria yang ingin mengambil Riu dari tangannya. Gara-gara pria ini, ia terpaksa menikahi Ayun. Bodoh, Kalau dirinya tidak mengetahui dibaliknya. Bukankah wajar jika membunuh dalam diam tapi apakah itu berharga, takutnya malah kehilangan banyak setelah sekian lama.

"Jaminan tidak ada. Kemungkinan rugi ada. Caoli, kamu tidak ingin aku bangkrut lebih cepat?"

"Apa maksudnya itu?"

"Uang masuk tidak sebanding uang keluar"

"Apa mau mu Jero?"

"Perubahan struktur perusahaan. Aku ingin menjadi ketua komisaris"

"Kamu-- bercanda"

Kerutan di sekitar alis Jero bikin Caoli ketar ketir ditambah tidak ada gerakan apapun di wajah Jero malah ketakutan muncul.

"Kalau begitu tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi"

Sehabis bicara, Jero bangkit dari sofa hendak melangkah tetapi Caoli sigap menghalangi jalan Jero.

"Tidak! tidak! kita bicarakan lagi. Kamu ingin menjadi ketua komisaris dan duduk di perusahaan lalu aku-- duduk di mana?"

Wajah bingung Caoli memberi kesan pada Jero tetapi tak mau masuk dalam permainan perangkap Caoli. Ditepuknya bahu Caoli, matanya sinis melihat.

"Waktumu 24 jam dari sekarang. Perubahan dilakukan maka uang 1% kamu dapatkan setelah tanda tangan. Tidak setuju? aku tidak masalah, itu berarti saham milikku siap dijual bebas"

Caoli tertegun mendengarnya, ia bahkan tak sempat menghalangi langkah Jero yang berputar melepaskan diri dari hadapannya. Perubahan wajah Caoli tidak diketahui oleh Jero sepeninggalnya tapi Jero tahu, Caoli mengalami dilema saat ini. Langkah apapun yang dilakukan tidak dapat menyelamatkan perusahaan milik Caoli.

"Tuan"

"Mobil!"

"Siap di lobi utama"

"Siapkan dokumen pengalihan saham besok pagi sebelum aku berangkat bulan madu"

"Apa ini tidak akan menimbulkan masalah, tuan"

"Masalah tetap ada tapi istriku tidak bisa menunggu"

"Baik tuan"

Jero memasuki lift diikuti orang kepercayaannya dengan wajah dingin seperti es batu di kulkas namun, hatinya tersenyum puas.