Ayun keluar dari kamar mandi dengan gugup, Carlo tak dapat mengatakan apa-apa selain sesuai kenyataan, "Kamu cantik sekali".
Wajah ayun memerah malu. Carlo mendekat memegang tangan Ayun yang lembut, dari banyak wanita, hanya Ayun yang diinginkannya seumur hidup tetapi sayang hati Ayun tidak ada padanya. Ini jalan terakhir.
Carlo mengarahkan Ayun untuk duduk di ranjang kemudian mengajarkan cara merayu laki-laki dari dasar. Pada awalnya Ayun tampak kaku tapi lama-kelamaan Ayun mulai menguasai.
"Jadi, seperti ini rasanya France kiss" kata Ayun terpesona dengan keahlian Carlo yang luar biasa menarik minatnya. Badannya bergetar seperti gravitasi dan menyenangkan.
"Kamu suka?" tanya Carlo melihat bibir Ayun yang bengkak, pipi merah dan mata bulat seperti anjing minta dipukul. Sungguh menawan.
"Tapi, apa benar Jero akan suka" jawab Ayun masih ragu. Ini kali pertama baginya. Carlo menghela nafas lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur seakan menyerah padanya. Melihat itu, ayun menjadi tidak enak hati.
"Carlo, jangan begini. Aku hanya takut salah" ujarnya mendekat ke arah Carlo.
"Kenapa salah? ini benar kok" kata Carlo heran memiringkan badannya menghadap Ayun yang duduk.
"Ajari aku lagi" ujar Ayun setelah memikirkan matang-matang dari segala penjuru aspek kehidupan cintanya yang menyedihkan.
"Kalau aku tidak bisa menghentikan?" tanya Carlo menegakan badannya menghadap langit-langit.
"Aku--". Ayun bingung mau berkata ya jangan sampai tapi namanya manusia bisa saja lolos.
"Aku laki-laki juga, ayun. Berbuat begini juga ada resikonya. Padahal aku sudah mau berbaik hati mengajarkan, kamu malah begini" keluhnya.
"Bukan begitu Carlo" tangkis Ayun berusaha membujuk dengan ikut membaringkan badannya.
"Bukan begitu? lihat saja, kamu ragu lagi. Seharusnya kamu ikuti saja dan langsung praktek padaku. Kalau salah, diulang lagi sampai benar" ucap Carlo enteng.
"Ya sudah, ajari aku" bujuk Ayun mengalah, lagipula ia juga tidak mengenal pria lain sebaik Carlo di kampus. Ia takut jikalau orang lain bisa bermasalah.
"Jangan tanya-tanya lagi nih" ancam Carlo, emosinya sudah malas ditambah situasi juga tidak mendukung, mana ada keinginan lagi.
"Kenapa?" tanya Ayun ingin tahu, mengapa tidak boleh tanya, kalau dipikir-pikir lagi, Carlo jenis pria yang imut kalau begini.
"Apa tidak ada pertanyaan lain selain kenapa!" ancam Carlo tegas seraya menyamping.
"Aku cuma tanya Carlo, jangan marah" kata Ayun pelan ikut menyamping melihat Carlo.
"Otakku mau pecah dengar kalimat kenapa, Ayun. Aku bingung kok kamu bisa sampai sidang kelulusan kalau otak kamu lemot begini" keluhnya.
"Eh, kamu kok begitu. Aku cuma tanya saja. Habis ini, aku tidak tanya lagi" bujuk Ayun dengan memegangi lengan Carlo di depannya.
"Benarkah? ikut semua gerakan yang diajarkan tanpa protes" ujarnya meremehkan dengan tangan menarik Ayun lebih dekat.
Ayun mengangguk pelan. Carlo tersenyum senang melihat itu.
"Kalau begitu buat kesepakatan tidak tertulis" kata cepat bangun dari tidurnya.
"Apa itu?" tanya Ayun lagi. Aneh, tadi mengomel dan sekarang malah semangat.
"Tertulis saja, sebentar" ucap Carlo membatalkan cepat. Ia ingat jika tidak tertulis, Ayun mudah lupa, bisa gawat ceritanya.
Carlo mencari-cari kertas disekitar kamarnya setelah menemukan ia memberikan kertas dan pena yang ada di atas meja dekat tempat tidur.
"Tulis apa?" tanya Ayun bingung menerima beberapa lembar kertas kosong dan pena.
"Tulis, aku Ayuni Dyah memberikan seluruh hidupnya dan kebebasannya pada Carlo Leonidas Zipas untuk mengajarkan banyak hal sampai batas tidak di tentukan. Apabila dalam perjalanannya ada keraguan maka Carlo Leonidas Zipas dapat memberikan hukuman yang membuat Ayuni Dyah mengerti bahwa itu untuk kebaikan Ayuni Dyah"
"Eh tunggu, mengapa tanpa batas?" tanya Ayun bertambah heran.
"Kamu memang mau sampai berapa lama?" tanya Carlo gemas melihat tampang Ayun yang ingin digigit.
"Begini saja dalam lima tahun" jawab Ayun ltenang mengambil kertas lagi.
"Mengapa lima tahun?" tanya Carlo keheranan, benarkah ini Ayun yang terkenal pintar di kalangan mahasiswa angkatannya.
"Dalam lima tahun apabila Ayuni Dyah tidak dapat menyandang nama nyonya Jero Van Jaques maka seluruh hidupnya milik Carlo Leonidas Zipas, bagaimana kalau begitu?" tanya Ayun senang membayangkan Jero menjadi miliknya.
"Tidak bisa" jawab Carlo tegas.
"Tidak bisa bagaimana?" serunya kencang, padahal Ayun sudah bersemangat dengan bayangan Jero.
"Kalau tiba-tiba kamu hamil, lalu aku bagaimana?" tanya Carlo bersedekap di depannya mirip anak kecil.
"Benar juga" jawab Ayun mengangguk dengan ragu, kalau hamil anak Jero tidak akan masalah tetapi jika anak Carlo bisa runyam urusannya.
"Tulis begini saja, aku Ayuni Dyah memberikan seluruh hidupnya dan kebebasannya pada Carlo Leonidas Zipas untuk mengajarkan banyak hal sampai batas tidak di tentukan dalam ikatan pernikahan yang disetujui kedua belah pihak. Poin (1) Apabila dalam lima tahun diketahui ada anak maka perjanjian ini batal menurut agama tapi tidak hukum. Poin (2) Apabila dalam perjalanannya ada keraguan maka Carlo Leonidas Zipas dapat memberikan hukuman yang membuat Ayuni Dyah mengerti bahwa itu untuk kebaikan Ayuni Dyah. Poin (3) Pihak Carlo Leonidas Zipas harus memberikan semua nafkah batin dan fisik seumur hidup, apabila tidak dapat memenuhi maka pihak Ayuni Dyah yang akan mengantikan. Poin (4) Apabila pihak Ayuni Dyah melakukan pelanggaran berat maka Carlo Leonidas Zipas dapat mengakhiri perjanjian ini tanpa bisa digugat. Perjanjian ini dibuat berdasarkan kesepakatan bersama dan ditandatangani secara sadar dan tidak dibawah tekanan" jelas Carlo semangat bahkan nyaris membuat kehebohan jika tidak ditekan.
"Aneh, aku merasa perjanjian ini berat di aku" kata Ayun seperti orang linglung. Carlo tersenyum simpul, ayun memang polos dalam hal ini jadi pantas mudah ditipu. Kalau terjatuh di tangan orang lain bisa gawat, cintanya bakal sia-sia.
"Apa yang aneh? aku ambil materai dulu, dimana aku sering taruh" elak Carlo cepat bergerak kesana-kemari tapi tidak juga ditemukan, sejenak berfikir dimana ia meletakan meterai.
Ayun membaca sekali lagi. Carlo sibuk mengaduk isi laci lemari dekat tempat tidur. Begitu dapat, ia menempelkan lalu meminta Ayun menandatangani perjanjian tersebut lalu dirinya.
"Salinannya besok aku berikan" ucapnya seraya mengambil kertas tersebut dan menyimpannya di suatu tempat saat Ayun masih sibuk di kepalanya sendiri.
"Carlo, aku rasa tidak perlu sejauh ini" ungkap ayun dengan khawatir. Ini masa depannya, mengapa juga membuat perjanjian konyol seperti ini pikirnya.
"Harus. Kalau nanti kita lakukan terus kamu hamil bagaimana? kamu kira Jero mau dengan anak orang lain" tuduh Carlo duduk lagi disamping Ayun.
"Benar juga sih". Ayun mengangguk lalu mengelengkan kepala. Carlo gemas melihatnya, sungguh mirip anak anjing.
"Tapi..." bantah Ayun namun belum disampaikan, Carlo mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Tidak tapi-tapian. Habis kita lakukan ini, aku bawa kamu ke dokter kandungan buat pasang spiral atau apa gitu biar kamu ga hamil jadi tenang di kamu kalau mau belajar gituan sama aku" tuturnya mengenai efek sampingnya. "Benar juga" ucap Ayun tanpa memperhatikan Carlo, ia berbaring lagi.
Katakan cinta dengan benar, tapi jika terhalang, apapun bisa dilakukan.