Parkiran mobil di kampus ternama Jakarta terlihat penuh, ayun berlarian diantara mobil-mobil mewah yang terparkir. Begitu melihat mobil putih, iapun masuk kedalam tanpa mengecek lalu membanting pintu mobil.
"Ayun! pelan sedikit" keluh Carlo dengan kesal, tangannya menarik tangan Ayun mendekat padanya. Niat untuk tidur siang menunggu jam kuliah jadi rusak karena kedatangan Ayun.
"Apa yang pelan?" tanya Ayun sok kalem. Carlo mengumpat dalam hati melihat baju yang dipakai Ayun.
"Huh!" sindir Carlo berusaha menenangkan diri. Ayun cemberut sambil memperbaiki tampilan pakaiannya. Sia-sia sudah berpakaian cantik begini.
"Jero mana?" tanya Ayun menatap wajah Carlo yang tegang. Hati Carlo mengeluarkan nanah tanpa akhir.
"Mengapa kamu mencarinya?" tanya Carlo sebal. Ia cemburu, jelas-jelas bersamanya tapi masih mencari orang lain.
"Aku kekasihnya jadi harus tahu" jawab Ayun percaya diri. Carlo mengeluarkan suara cicak tak berperasaan membuat Ayun merengut.
"Kamu? mimpi" seru Carlo tidak senang. Ayun menghela nafasnya lalu mengelengkan kepalanya seakan bersimpati dengan sikap dingin Carlo.
"Eh, kamu tidak percaya. Tunggu saja, aku pasti jadi kekasihnya lalu menikah dengannya" kata Ayun percaya diri selangit.
"Mana bisa aku percaya, kamu masih segel saja aku tidak percaya" ujar Carlo kesal, matanya meneliti bagian tubuh ayun terang-terangan.
"Carlo!"teriak Ayun cepat menutup mata Carlo tapi sigap mengelak sehingga tangan ayun jatuh di tempat kosong.
"Buktikan dulu, kamu segel atau tidak" kata Carlo santai, dalam hati menyeringai jahat. Mana boleh bersama saingan cintanya, kalau masalah mencicipi dia adalah ahlinya.
"Enak saja, nanti rusak kalau dibuktikan" tolak Ayun tidak mengerti dengan otak Carlo yang aneh menurutnya.
"Ada cara yang bisa. Mau coba tidak" usul Carlo berusaha keras tidak menunjukan minat pada Ayun.
"Maksudnya?" tanya Ayun. Mana ada cara begitu.
"Kita coba berdua, dimana gitu" usul Carlo senang. Awalnya kesal tapi kalau mendapatkan kesenangan langka bersama wanita tercintanya, mengapa tidak.
"Tidak" tolak Ayun mengelengkan kepala. Carlo mengeluarkan ponselnya, mengetik kemudian ditunjukan pada Ayun.
"Dengar dulu, disini di katakan kalau sakit itu benar tersegel tapi kalau tidak berarti sudah rusak. Dikatakan juga kerusakan bisa terjadi karena terjatuh, naik sepeda, dll" katanya sambil membaca diikuti gerakan kepala Ayun.
"Aku masih tersegel" ucap Ayun mantap.
"Justru itu, kita harus nyakin tersegel atau tidak. Lihat, disini disebutkan juga cara mengetahuinya" kata Carlo dengan semangat tak terlihat.
Ayun menepuk tangan Carlo lalu mengelengkan kepala lagi. Kerutan di bawah mata Carlo membuat wajah berubah.
"Kamu tidak percaya padaku? lagian Jero tidak bakalan juga mau sama kamu". Carlo sengaja menekankan kalimat itu pada Ayun supaya meruntuhkan pertahanan dirinya yang polos, semua orang mengenal ayun sebagai orang yang naif dalam mengejar sesuatu.
"Apa karena aku tersegel?" tanya Ayun khawatir. Ia sudah mengejar Jero sejak tingkat pertama tapi hingga tingkat terakhir, Jero tidak mau menerimanya.
"Bisa jadi" jawab Carlo pelan, tangannya memainkan tangan Ayun dengan menggores lembut di telapak.
Langit berwarna terang diatas mobil memberikan terangnya di semua tempat juga.Carlo menyalakan mobil sebelum Ayun sadar tentang sekitarnya. Tak terburu-buru tapi juga tidak lambat. Sebentar lagi, mereka lulus dari kuliah maka kesempatan berduaan seperti ini bakal langka. Mereka berempat memiliki jurusan fakultas yang berbeda tapi satu organisasi.
"Jadi, karena aku masih tersegel lalu Jero tidak melihat aku begitu?" tanyanya seraya menunjuk ke arah dirinya. Carlo diam saja membiarkan imajinasi liar Ayun bermain.
Mobil melambat memasuki gedung apartemen, Carlo berusaha tenang. Ayun menoleh kearah luar jendela saat mobil berhenti.
"Kok? ini?" tanya Ayun bingung. Apartemen siapa ini, mewah. Matanya melirik ke arah Carlo, orang yang dilirik pura-pura bego.
"Rumahku. Aku capek" jawab Carlo asal. Ia memang anak orang kaya tapi bersikap gembel. Inilah yang membuat tidak banyak memiliki teman dikarenakan dicap miskin.
"Kamu capek tapi kenapa bawa aku juga" tanya ayun bingung ikut keluar dari mobil, Carlo cepat menguncinya. Ia berjalan santai menuju lift yang ada dekat mobilnya.
"Kamu tidak keluar dari mobil malah bengong, kelamaan ya aku bawa" jawab Carlo tanpa merasa bersalah.
"Carlo, aku ada kuliah habis ini" rengek Ayun begitu menyadari kesalahannya.
"Ijin saja. Lagian kalau tidak salah mata kuliah kita sama habis ini" jelas Carlo santai masuk kedalam lift diikuti Ayun yang kebingungan.
"Carlo, kamu tidak bisa begini. Ini terkait dengan masa sidang sebentar lagi" kata Ayun dengan wajah bingung, selama ini ia hanya tahu rumah dan kampus selain itu mana mau datang ke tempat orang.
"Masa bodoh, aku capek". Suara Carlo sedikit kencang bertepatan pintu lift terbuka, Carlo keluar dari lift. Mau tak mau Ayun mengikuti dari belakang.
"Tidak bisakah kamu berfikir dulu sebelum bawa aku" kata Ayun kesal.
"Siapa suruh nganggu orang tidur" sindir Carlo sengaja mempercepat langkah kakinya mendekati kamar apartemennya.
"Carlo!" teriak ayun kesal karena ditinggal. Ia cukup takut dan khawatir jika berada disini sendirian namun Carlo cuek bebek malah memperparah langkahnya nyaris berlari.
"Carlo!" teriak kencang ayun ikut berlari dibelakangnya. Carlo tersenyum senang mengetahui gerakan kaki Ayun yang cepat.
buk!
Ayun membentur punggung Carlo yang berhenti mendadak. Spontan Carlo berbalik lalu memegangnya agar tidak jatuh kemudian menggesek kartu di pintu.
ting..
Pintu dibuka Carlo perlahan memberikan efek dramatis di dalam suaranya. Ayun terbelalak melihat kemewahan di dalamnya hingga tanpa sadar masuk ke dalam.
"Selamat datang ke rumah kecilku" katanya dengan percaya diri, ayun duduk di sofa dekat jendela besar.
"Ini sangat nyaman" ucapnya kagum, badannya masuk sedikit menenggelamkan dirinya. Tepukan halus di sofa membuat rasa ingin tidur di atasnya.
"Jelas" kata Carlo ikut duduk disampingnya hingga Ayun bergeser padanya. Ayun menoleh menatap Carlo yang melihatnya.
"Bagaimana?" tanya Carlo sengaja memberikan intonasi yang berbeda, hal ini terlihat dari mata Ayun yang bingung.
"Apa?" tanya Ayun tidak mengerti. Carlo harus ekstra sabar demi kebahagiaan malam pertamanya bersama wanita yang di cintai.
"Kamu mau coba yang tadi aku katakan" jawab Carlo berusaha tidak menyudutkan tapi juga tidak.
"Jero akan melihatku karena aku sudah tidak tersegel dan mencintaiku, begitu?" tanya Ayun setelah memikirkan di mobil. Apa benar karena dirinya tersegel rapat dan tidak tahu apa-apa maka Jero enggan menanggapi, memang benar wanita disekitarnya banyak yang profesional.
"Kalau melihat sudah pasti tapi kalau mencintai... itu tergantung pada usahamu" jawab Carlo sedikit menjauhkan diri hendak bangkit berdiri.
"Aku sudah berusaha banyak cara tapi tidak bisa juga" kata Ayun menarik tangan Carlo supaya tidak beranjak.
"Mungkin karena kamu tidak berpengalaman" ucap Carlo pelan, hal ini bukan berarti Jero menerima Ayun, Jero memang tidak suka saja dengan Ayun dan itu pernah dikatakan pada kesempatan lain.
"Kalau aku melakukannya, aku tetap tidak nyakin Jero akan melihatku" ujar Ayun ragu. Bisa dikatakan Jero lebih sering menghindari daripada menanggapinya.
"Kamu tidak nyakin dengan kemampuan aku, ingat aku sahabatnya, tentu tahu apa yang disukai dan tidak disukai" kata Carlo hendak berjalan tapi tertahan oleh tangan Ayun.
"Tapi..." bantah Ayun masih mau berfikir lagi benar atau salah mengenai ini.
"Jangan banyak berfikir, ayo" ajak Carlo seraya menarik tangan ayun untuk berdiri mengikuti langkahnya.
"Kemana?" tanya Ayun mengikuti Carlo yang membuka sebuah kamar di dekatnya. Ayun terdiam memperhatikan dekorasi kamar, ia takjub.
"Kamar, aku ajarin, kamu pasti bisa" jawab Carlo membuka lemari, tangannya melepas ayun, sibuk memilih baju yang menarik.
Carlo mengambil gaun tidur satin berwarna putih polos lalu berbalik menghadap ayun.
"Coba kamu pakai ini" kata Carlo menyerahkan baju tidur, Ayun terkejut melihat baju tidur yang cantik. Terlihat nyaman. "Punya siapa?" tanya Ayun curiga. Tidak dekat dengan Carlo tapi ada pakaian wanita disini, siapa juga tidak curiga.
"Punya adikku, kamu coba dulu. Kata adikku, pria suka wanita berbaju satin. Oya, lepas bagian dalaman atas" jawab Carlo santai, sebenarnya itu fantasi pribadi terhadap Ayun.
"Kenapa?" tanya Ayun bingung, ia baru dengar hal begituan.
"Kata adikku, itu akan terlihat jelek dipakai bersama-sama berbahan satin. Aku tidak tahu kamu pakai dalaman bawah apa, kata adikku bentuknya harus mungil" kata Carlo bersikap ibu-ibu gosip.
"Mungil? seperti apa? aku tidak punya" kata Ayun bertambah bingung.
"Sebentar aku cari". Carlo mencari-cari diantara tumpukan bajunya.
"Ini". Tangannya memegang benda berenda berwarna hitam dengan tali kecil di pinggir.
"Terlalu kecil" seru Ayun lantang setelah diperhatikan di tangannya.
"Ya mau bagaimana lagi, itu semua punya adikku" elak Carlo secepat angin. Imajinasi terlalu liar di kepala tetapi membuat ayun segera memakai sepertinya akan sulit.
"Aku tidak pakai, takut rusak" tolak Ayun ingin mengembalikan, barang orang mana boleh ia pakai.
"Coba dulu, mandi sebelum pakai baju ini" saran Carlo tanpa peduli. Iapun menarik ayun kuat lalu mendorong ke arah kamar mandi.
"Kenapa harus mandi?" tanya Ayun bingung lagi, dorongan Carlo sampai juga depan pintu kamar mandi yang transparan di dalam kamar.
"Biar terlihat bagus atau tidak, sudah sana jangan banyak tanya" jawab Carlo setengah putus asa lalu membuka pintu kamar mandi, mendorong sedikit Ayun ke dalam kemudian menutupnya.
Carlo menarik nafas supaya tenang, gambaran ayun terlihat jelas di pintu, minatnya bakal terpenuhi tapi harus disiapkan akal bulus yang bagus. Buru-buru ia keluar untuk mandi di kamar lain. Apartemen miliknya ini memiliki 2 kamar yang masing-masing memiliki kamar mandi di dalam.
Ayun menatap gaun dan segitiga di tangan tapi demi Jero, apapun akan dilakukan termasuk melepaskan segel miliknya yang indah. Benar juga kata Carlo, Jero memang suka wanita berpengalaman bahkan menarik, lihat dirinya yang menyedihkan bahkan cara untuk menarik saja harus bertanya pada pria. Sungguh menyedihkan.