Tanpa menjawab pertanyaan nya, dan terdiam beberapa saat dengan mengalihkan pandangan Ku darinya, ia seakan mengerti kondisiku dan berkata,
" Jika kau tidak ingin menjawab nya, tak apa. Aku bisa menunggu selama yang kau inginkan."
Dengan mengalihkan pembicaraan yang tadi aku berusaha untuk mengatakan hal lain,
" Aku harap pakaian ku... tidak.. emm.." sebelum menyelesaikan perkataan ku, ia bahkan sudah tau maksud perkataan ku.
" Tidak, bukan aku. Ada seorang wanita yang ku minta untuk mengganti nya. Dan jika kau juga bingung dengan kondisi mu yang bisa setenang ini, itu karena obat yang telah masuk kedalam tubuh mu, sehingga serangan panik mu tidak kambuh dengan situasi seperti ini."
Betul aku memang memiliki serangan panik yang berlebihan, jika aku mengalami suatu kondisi yang sangat emosional. Tapi aku sudah bisa mengatasinya saat ini.
" Terima kasih karena sudah memberikan ku obat itu. Kau seperti nya masih mengetahui diriku?"
" Aku selalu tau dan ingin tau lebih dari siapapun."
Aku terkejut mendengar pernyataan yang seakan ia tak pernah melupakan ku sama sekali, tapi mengapa saat itu ia pergi meninggalkan ku. Saat semua kata kata yang ku ucap dalam hati ku dengan menatapnya, air mata ku tak pernah bisa berhenti untuk menetes.
Mata yang ku lihat dari nya seakan menunjukkan warna sangat gelap dengan tatapan hangat yang mengimbangi air mata ku. Dalam sorot mata itu ia terlihat ingin memberikan semua penjelasan padaku, tapi terlihat tenang untuk memahami kondisi ku, dan apa yang ku inginkan. Ia seakan menungguku untuk berkata lebih dulu tentang masa lalu ini.
" Rora, aku ingin kau makan terlebih dahulu jika tidak ada hal lain yang ingin kau tanyakan sekarang. Kau harus mengembalikan tenaga mu."
" Tentu, aku ingin segera sembuh."
" oke, tunggulah 5 menit, aku akan kembali dengan membawa makanan mu."
Dengan langkah nya yang tak berubah sejak dulu yang selalu memberikan nuansa berkarisma, aku memperhatikan nya meninggalkan kamar ini, menutup pintu lalu seakan menahan nafas panjang dari tadi, aku lalu menghembuskannya dan lebih relaks.
Melihat nya setelah sekian lama tak bertemu membuat tubuh ku kaku di hadapan nya.
Aku bingung, sungguh dilema. Tak tau apa yang harus ku lakukan selanjutnya.
Apakah aku harus bertanya semua nya malam ini, atau apakah aku harus menunggu agar bisa siap mendengar kan semua penjelasannya.
Tak lama beradu argument dengan diriku sendiri, ia kembali dan membawakan makanan untuk ku.
Ia kemudian meletakkan nya di atas tempat tidur dan berkata,
" Makan lah."
lalu aku membalasnya,
" Terimakasih. Tapi apa kau tidak ikut makan ?"
Dengan senyuman yang terlihat samar pada garis bibirnya, ia menatap ku dan berkata,
" Tidak sekarang. Aku akan makan malam dengan mu nanti jika kau sudah sembuh."
" Aaa.. apa." Aku terkejut mendengar itu.
Lalu tanpa melihatnya lagi aku segera lanjut untuk menghabiskan makananku.
Saat aku makan ia lebih memilih untuk tidak berada di samping ku. Aku selalu bertanya-tanya mengapa ia bisa memahami setiap kondisi yang tidak membuat diriku nyaman. Ia pergi keruang kerja nya yang berada di sebelah ruang tidur ini, Karena jika ia duduk di samping ku dan memperhatikan ku makan, aku akan sangat kesulitan untuk menghabiskan makanannya.
Setelah selesai menghabiskan makanan ku, sebisa mungkin aku ingin beranjak dari tempat tidur untuk menaruh piring dan gelas nya pada troli penyajian. Namun belum sempat bergerak Tae Yu kemudian berkata,
" Jangan melakukan hal yang dapat membuat dirimu terluka lagi. Tubuh mu belum mampu untuk bergerak sendiri."
Lalu ia berjalan dan menghampiri ku, mengambil piring dan gelas tadi lalu menyimpan nya pada troli penyajian.
" Maaf karena sudah merepotkan dirimu."
Ia hanya membalaskan perkataan ku dengan senyuman. Aku bahkan tak mengalihkan pandangan ku dari nya, ia masih sangat tampan seperti dulu, tidak ia bahkan sangat luar biasa di bandingkan dulu.