Chereads / Arora and The Moon Book North / Chapter 27 - Keinginan tersembunyi

Chapter 27 - Keinginan tersembunyi

" Apakah kau sudah merasa lebih baik ?" tanya wanita itu sambil berjalan ke arah ku dengan membawa sebuah tas.

" Iya. Tentu, aku sudah merasa lebih baik."

" oh tentu itu adalah kabar yang baik. Berbaring lah, aku akan melakukan pemeriksaan terhadap mu sekali lagi sebelum kau pulang."

Ia kemudian mengeluarkan beberapa alat kedokteran dari tas yang ia bawa tadi dan mulai memeriksa ku.

" Tarik nafas mu secara perlahan lalu hembuskan dengan lembut."

Lalu aku melakukan sesuai dengan permintaan nya.

" Keadaan mu memang sudah lebih baik, tapi hanya saja kau masih harus mengonsumsi beberapa obat agar bisa pulih total."

" Terimakasih karena sudah menolong ku."

" Tentu saja. Tapi, yang lebih membutuhkan kata itu adalah Tae, karena tanpanya kau tidak akan bisa selamat."

Kata kata begitu menusuk dan mendalam, membuat ku teringat bahwa aku pernah melihat nya sekilas saat aku terbaring di sini beberapa hari yang lalu dan dialah yang menemani ku.

Walaupun hanya sekilas aku melihat nya, tapi begitu jelas.

Ia begitu baik, namun apa ia hanya melakukan ini demi permintaan Tae Yu.

" Kau bisa bangun sekarang. Dan ini adalah obat yang harus kau minum sampai semuanya habis agar kondisi mu cepat pulih."

" Terimakasih."

" Dan satu hal lagi, besok kau belum bisa melakukan aktivitas seperti bekerja. Kau perlu beristirahat sehari saja dan setelah itu kau baru bisa melakukan aktivitas mu kembali seperti biasa."

" Tentu. Aku akan melakukan nya."

" Kalau begitu sampai nanti. Semoga lekas sembuh."

Dia berbalik dari arah ku dan menuju pintu kamar, namun sebelum dia keluar aku bertanya lagi padanya,

" Tunggu.. bisakah aku mengetahui nama mu ?"

" Tisya" ia menyebutkan namanya dengan tersenyum di akhir dan meninggalkan kamar ini.

"Sebuah nama yang manis untuk orang secantik dirinya. Aku bahkan bukan apa apa di banding dirinya. Jika dia memang pacarnya mereka berdua sangat serasi."

Suara ketukan pintu mengagetkan ku dan Itu adalah Tae Yu. Dengan berjalan ke arah ku ia berkata,

" Kau masih bisa tinggal jika tak ingin pulang sekarang."

" A..aku sudah selesai. kita bisa pergi sekarang"

" Apa kau butuh sebuah gendongan?"

pipi ku rasanya panas saat ia menanyakan hal hal intim seperti itu, aku hanya menggeleng kan kepala untuk merespon nya karena tak tau harus berkata apa apa lagi. Debaran di dadaku saat ini sungguh luar biasa cepatnya.

Aku dengan Tae berjalan beriringan, saat menuruni anak tangga satu persatu, aku kesulitan dan ia membantu ku, tentu saja hal itu membuat perhatian beberapa pelayan yang sedang bekerja di rumah yang luas ini tertuju padaku. Tapi, tak begitu lama karena seperti nya ia tau kegugupan ku, dan Tae membuat seluruh pelayan nya pergi hanya dengan menatap dengan wajah sinis.

Saat tiba di lantai dasar rumah nya, sudah ada seorang laki laki yang menunggu kami, lalu Tae Yu berjalan lebih dulu dan menghampiri nya.

Ia berbicara dengan singkat kepada orang itu, dan tak lama kemudian Tae memanggil ku dan membawaku menuju mobil yang sudah terparkir di depan pintu utama rumah nya.

Tidak dengan 1 mobil, tapi 2 mobil mewah sekaligus. Aku takjub melihat nya saat itu, tak ku sangka Tae Yu yang sekarang ada di hadapanku adalah orang yang berbeda di masa lalu ku.

Aku tak pernah tau bahwa ia adalah orang yang kaya raya seperti ini.

Tae membuka pintu sebuah mobil Porsche 911 berwarna hitam dan mempersilakan aku masuk ke dalamnya.

Sementara di belakang ku terdapat mobil BMW X6 yang di kendarai oleh pria tadi.

Tak butuh waktu yang lama, Aku dan Tae berada sudah meninggal rumah nya.

Tempat yang ia tinggali sekarang adalah sebuah pemukiman elit di negara ini, bahkan tak sembarang orang bisa masuk ke sini.

Bagi ku sangat lama untuk keluar dari lingkungan ini, sampai akhirnya tiba di tengah jalan kota Helsinki. Sementara Tae mengantar ku pulang, temanya tadi berpisah arah dengan kami.

" Apakah kau tau di mana aku tinggal ?"

tanyaku pada Tae Yu.

" Tentu saja."

Keheningan mulai tercipta kembali di antara kami, sesekali aku melirik ke arah nya dan melihat nya hanya fokus ke arah jalan.

Lalu belum sempat aku mengalihkan pandanganku, ia mendapati ku sedang memandangi nya.

Lalu aku refleks mengalihkan pandangan, dan mendengar ada beberapa suara tawa yang keluar dari nya.

itu sungguh membuat ku Malu.

" Kita berdua belum sarapan pagi. Apakah kau keberatan untuk makan bersama ku sekarang sebelum ku antar pulang ?"

" Ohh.. tentu tidak. Aku juga lapar saat ini."

Aku rasa semakin lama ia memberikan perhatian seperti ini, itu bisa membuat ku kembali jatuh hati kepadanya.

Apakah aku sudah melupakan semuanya, dengan rasa sakit yang masih siap datang kapan saja seperti dulu.

Ataukah aku harus berhenti dan menyadarkan diri bahwa ia sudah memiliki orang lain.