Suara dering handphone memecah keheningan di antara aku dan Sania.
" Oh.. ini dari ibu."
" Ia pasti khawatir, angkat lah." Sania membalas.
" Ibu.."
" Rora.. kenapa kau membuat khawatir ibu sampai seperti ini ? Kenapa lama sekali kau mengabari ibu ?."
" Maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud membuat ibu khawatir. Hp ku rusak beberapa hari yang lalu, dan baru saja selesai di perbaiki tadi. Aku terlambat mengabari ibu karena kerjaan ku di kantor sedang banyak. Maaf ya ibu.."
" Kau ini, kenapa tidak berhati hati. Aku sudah menelfon Sania agar aku bisa bicara padaku, tapi dia bilang kau sedang bekerja di luar kantor saat hp mu rusak."
Sambil menatap ke arah Sania,
" Terima kasih". Dengan nada berbisik padanya, lalu aku berbicara lagi kepada ibu,
" Oh iya ibu, Hari itu memang aku berkerja di luar, selama 2 hari jadi Sania mendapat kabar dari teman ku kalau hp ku rusak. Aku tidak sengaja menjatuhkan nya ke kolam."
" Syukur lah kau tidak apa-apa. Kau sehat kan ?".
" Tentu ibu, aku selalu baik di sini. Jangan khawatir. ohya, ibu bagaimana kabar kakek dan nenek ? Aku sungguh merindukan kalian semua."
" Kami semua juga baik di sini. Kakek dan nenek sangat merindukan mu. Mereka selalu saja bertanya kapan kau bisa pulang ke Seoul."
" Mereka ada di mana sekarang?, aku ingin bicara."
" Meraka ada di rumah. Ibu sekarang ada di ladang karena sedang menunggu pak Mung Do untuk mengambil stroberi yang sudah di panen."
" Waahhh.. aku semakin merindukan suasana di sana. Pasti menyenangkan melihat Stroberi sebanyak itu."
" Nak.., Kapan kau bisa pulang ?".
" Soal itu aku masih belum terlalu yakin Bu, karena sekarang aku sedang ada proyek. Tapi, aku berjanji setelah ini selesai aku akan langsung mengambil cuti. Tunggu aku ya.."
" Rasanya tak sabar menunggu mu untuk pulang. Ajak juga Sania kalau bisa ya.. . Oh pak Mung Do sudah datang, nanti kita bicara lagi ya Nak, sampaikan salam ibu pada Sania."
" Ibu jaga kesehatan ya. Sampaikan salam cintaku pada kakek dan nenek. Katakan aku akan segera pulang."
" Tentu. Kau juga jaga diri. Sudah ya ibu tutup telfon nya."
" Daaahhh ibu."
Lalu aku mematikan telfon dan berkata,
" Ahh aku berbohong lagi pada ibu." Dengan nada sedih dan wajah murung.
" Tak apa, itu kan agar ibu mu bisa tenang. Percaya lah ini semua baik." Sania berkata.
" Terima kasih ya, karena sudah membantu mencarikan alasan pada ibu."
" Tak Masalah sayang. Ohya aku kembali ke apartemen ku dulu. Setelah ganti pakaian aku akan kembali lagi ke sini dan yang pasti aku akan bermalam di sini dan tidur dengan mu."
" Oke. Baiklah."
Setelah Sania keluar aku baru sadar bahwa hari sudah malam.
Kerena sudah beberapa hari aku tidak di rumah rasanya kegiatan membersihkan harus ku lakukan dengan segera, sebelum apartemen ku benar benar menjadi tidak nyaman untuk di tinggali.
Walau belum pulih, sebisa mungkin aku hanya mengerjakan yang ringan saja dan itu pun sudah membuatku cukup lelah.
Aku memutuskan untuk membersikan sisanya nanti saat aku sudah benar benar sembuh.
Aku teringat akan perkataan Tae Yu yang di mana, jika aku sakit lagi entah apa yang akan di lakukan nya padaku.
Tapi mengapa dia se-peduli itu. Walaupun dia sudah punya pacar.
Rasa penasaran ini sungguh membuat ku lebih tidak nyaman.
Pukul 20:18, Sania kembali ke sini dan aku menghabiskan waktu bersamanya dengan makan, nonton TV, dan bercerita banyak hal.
Saat mulai lelah kami berdua pun pergi tidur dan tentunya saat tidur Sania tak pernah berhenti untuk memeluk ku.