Suara pintu tertutup dan langkah kaki Arora seketika menyadarkan ku dari kisah masa lalu. Kemudian ia datang menghampiri dan berkata,
" Berfikir terlalu serius tidak baik untuk mu."
" Ah.. aku hanya sedang mengenang masa lalu. balasku.
Dan ia menjelaskan padaku hampir semua hal yang ingin ku ketahui tentang kondisi Arora tanpa bertanya lagi.
" Aku sudah mengobati luka nya, di sana ada sedikit jahitan yang ku berikan. Semua bagian fitalnya baik, aku juga sudah menambahkan obat ke dalam cairan infusnya agar luka nya bisa segera sembuh. Aku tadi mengambil sampel darah nya, agar aku bisa memeriksa nya di laboratorium. Kakak bisa masuk sekarang, dan aku akan kembali ke kastil. ohya,, sepertinya ia baru akan sadar setelah 1-2 hari karena efek obat itu terlalu kuat untuk tubuh nya dan lagi itu sudah masuk ke paru parunya."
" Terima kasih Tisya, kirimkan aku detail hasil lab nya, jika kau telah selesai."
Dengan menganggukkan kepalanya ia kemudian pergi. Tisya selalu bisa ku andalkan, dan aku tau ia ingin penjelasan dari ku, tapi ia sangat mengerti kondisi saat ini.
Keadaan Mension ku kembali sepi seperti biasanya di malam hari, aku segera berjalan menuju kamar ku, dan melihat pemandangan langkah, bahwa saat ini Rora sedang terbaring di atas tempat tidur ku.
Setelah menutup pintu kamar, aku berjalan ke arahnya, dan menatap wajah pucat nya yang masih terlihat sama cantiknya seperti dulu, wajah yang sangat mempesona walaupun dalam kondisi yang kurang baik.
Inginku menyentuh nya, tapi aku memutuskan untuk membersikan diriku terlebih dahulu lalu, segera aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuh yang kotor akibat kejadian beberapa jam yang lalu.
Ku biarkan tubuh ku terkena siraman air dingin agar kelapa dan seluruh tubuh ku bisa menahan dan melupakan hasrat yang timbul saat melihat Rora ada di atas ranjangku.
Ini sangat menyakitkan, mengingat diriku yang tidak pantas ini, masih memiliki keinginan untuk menyentuh nya bahkan dalam kondisinya yang sakit.
" Apakah aku terlalu serakah saat ini ataukah terlalu merindukan mu. Hanya dengan diam mu saja kau sudah mampu membuat panas seluruh Indra di tubuh ini."
Saat sudah merasa cukup dengan diriku di kamar mandi. Ku persiapkan diriku lagi agar mampu menahan hasrat, karena tak ingin menambah penderita Arora.
Setelah selesai berpakaian, aku kembali menuju Arora, saat ini aku tidak lagi berdiri di samping nya, melainkan berada di atas ranjang bersama nya, dan saat itu aku hanya memperhatikan dirinya dan tidak menyentuh apapun dari kulit yang putih itu.
" Bisakah kau memberikan maaf kepadaku suatu saat nanti. Maafkan aku yang dulu pernah meninggalkan mu saat seharusnya aku ada bersama mu di sana, melewati setiap kesulitan yang kau alami. Maafkan aku karena hanya bisa menyelamatkan mu saat itu dan membuat anak kita yang berada di dalam kandungan mu menjadi korbannya."
"Aku tidak tau mengapa Dewa membuat ku memilih hari itu. Jauh dari dalam hati ku, aku ingin kau dan juga calon anakku bisa selamat. Tapi, sepanjang penderita yang pernah ku alami, adalah yang paling menyakitkan saat harus menjauh dari mu dan di hukum dalam pengasingan."
"Akankah semua yang ku jelaskan suatu saat nanti bisa kau terima, dan memberikan ku kata maaf. Aku tak pernah memiliki niat untuk sekali pun ingin meninggalkan mu."
"Memiliki malam berharga seperti ini dengan mu, membuat ku ingin menghentikan waktu. Aku takut saat kau terbangun nanti, kau akan pergi meninggalkan ku lagi."
"Menatap dirimu membuat ku haus saat ini."
Dan Karena tidak ingin kehilangan kontrol atas emosiku, aku segera berjalan menuju ruang kerja ku yang masih berada dalam 1 ruangan dengan tempat tidur ku. Aku memang sudah menyiapkan beberapa minuman bercampur darah di dalam lemari khusus yang telah ku buat. Aku memilih wife saat ini, walaupun masih banyak varian minuman lainnya. Yang ini adalah favorit ku.
Dari kejauhan dengan meminum wine, aku memperhatikan Arora. Sempat terlintas dalam benak ku untuk membuat mu menjadi milikku lagi malam ini.
"Bagaimana aku bisa melihat ekspresi wajah mu memerah karena malu, melihat seluruh keindahan yang berada di balik pakaian dan selimut yang kau kenakan saat ini. Bagaimana aku merasakan puas atas kegelisahan yang buat di antara nafas mu yang tak beraturan saat menyentuh bagian bagian kulit putih mu."
Sepanjang malam ini aku tak pernah meninggalkan pandang ku darinya. Setelah selesai meminum wine, aku kembali ke sisi Arora dan membuat diriku senyaman mungkin dengan menatapnya walaupun dalam pikiran ku penuh dengan hasrat liar.
Tetapi aku lebih mengkhawatirkan Arora sehingga aku masih mampu untuk menahan diri dan mengontrol emosi ku saat ini.