Saat kami berdua telah sampai di Villa itu, Rai menyuruh beberapa pelayan nya untuk membantuku. Ia ingin aku membersihkan diri dan mengganti pakaian kotor ku dengan yang baru, begitupun dengan Arora. Aku sempat mengeluh karena Arora sudah tidak sadarkan diri dan ia harus segera di tolong. Namun, ia berkata,
" Tuan Izen akan menolong mu, hanya jika kau bersih. Arora akan selamat, percayalah padaku."
Dengan mengelah nafas ku yakinkan diri ku untuk mempercayai semua itu.
Di dalam pikiran ku saat itu, aku mengira Rai tidak berbeda jauh umurnya dengan ku, tapi saat itu aku salah sampai mereka itu mustahil untuk diyakini.
Sementara Arora di bantu oleh 2 pelayan wanita, aku memilih untuk melakukan semuanya sendiri.
Setelah selesai, pelayan menyuruh ku untuk keluar dari kamar dan berjalan menuju sebuah ruangan dengan pintu berwana hitam. Beberapa kali ku perhatikan diriku dengan pakaian yang mewah dan bersih, sambil berkata "aku berharap bahwa ini bukan mimpi."
Saat meninggalkan kamar ku dan mencari Arora, aku sudah menemukan nya di baringkan di atas sebuah tempat yang nampak seperti meja beralaskan kain berwarna putih. Aku menghampiri nya dan mencari orang di sekitar tapi tidak menemukan siapa pun.
Aku keluar lagi dan melihat Rai sudah ada di balik pintu tadi dan berkata,
" Masuk dan duduk lah di sofa itu, Tuan Izen akan segera menuju ke mari."
Aku bersama Rai duduk di sofa yang sama. Tak pernah sekalipun aku melirik ke arahnya Karena merasa takut, aku hanya memperhatikan keadaan Arora saat itu dan berkata dalam hati,
" Jika bisa aku ingin menggendong nya saja."
Suara langkah kaki sudah terdengar sangat dekat dari arah pintu dengan berirama.
Saat terbuka nya pintu itu aku segera berbalik dan melihat sesosok laki laki tinggi, berambut panjang berwarna hitam yang di ikat rapih ke arah belakang. Perasaan yang muncul saat pertama kali melihat Tuan Izen adalah Terpukau. Jika aku seorang wanita saat itu, bisa saja aku mati beku di hadapan nya.
Auranya terlalu mendominasi setiap orang yang ada di sekeliling nya.
Ia kemudian berjalan menuju Arah Arora dengan hanya melihat ku sekali, tanpa bertanya, dengan ekspresi wajah yang menampakkan senyum tipis.
Ia memegang sebuah buku di tangan kanannya. Sebuah buku yang memiliki warna hitam dan emas, yang menampakkan ukiran di atas buku itu. Saat itu aku belum tau untuk apa buku itu, sampai akhirnya ia menggunakan nya pada Arora.
Proses yang ku lihat saat itu membuat seluruh Indra ku merasa tidak percaya.
Saat membuka buku itu, ia berada di sisi kiri Arora, sehingga aku bisa melihat dengan jelas apa yang di lakukan nya. Dengan menggunakan sebuah belati, ia membuat luka di tangan kiri nya lalu memberikan tetesan darahnya pada buku dan di atas dahi Arora.
Tak butuh waktu lama, darah itu segera menyerap ke dalam kulit Arora, setelah itu ia terlihat menuliskan sebuah kata di buku itu dan membacanya. Kata kata yang ia keluarkan begitu rumit dan aku tidak tau apapun artinya.
Setelah selesai membaca, ia melihat ke arah Rai, dan tanpa berkata Rai sudah mengetahui apa yang di perintahkan Tuan Izen padanya.
Dengan membawa dua gelas berisi minuman berwarna merah, Tuan Izen kembali memberikan darahnya kedalam gelas itu.
Sebuah kata terlontar dari mulutnya yaitu,
" Bangunlah Kim Arora."
Tanpa sadar aku berdiri Karena terkejut melihat Arora bangun dari tidur nya.
Aku tak berkata apa apa, aku hanya menetes kan air mata, karena harapan ku menjadi kenyataan.
Rai kemudian memberikan salah satu minuman itu kepada Arora, dan ia meminum nya. Setelah selesai memberikan itu kepadanya, Rai berjalan ke arahku dan memberikan minuman lain nya.
" Kau juga harus meminum ini." kata Rai.
" Aku tidak sakit mengapa harus di minum."
balas ku kepadanya.
" Agar sumpah setia mu bisa terwujud."
Lalu aku segera meminumnya, Rasanya sangat pahit, aku mengernyitkan alisku karena efek yang ku rasa.
Kemudian Rai memberikan gelas lain padaku yang berisi minuman berwarna merah dan memberitahukan bahwa aku juga harus memberikan darah ku ke dalam gelas itu.
Ia Menyodorkan belatih pada ku. Lalu dengan melukai tangan kanan ku, ku masukkan tetesan darah kedalam nya.
Terasa perih dalam genggaman ku, tapi hanya berlangsung 1 menit, luka itu sembuh kembali. Aku sangat terkejut, lalu melihat ke arah Rai yang sedikit tertawa meledek saat membawa nampan berisi tetesan darah tadi ke arah Ruan Izen.
Saat Rai kembali dari sana ia membawa Arora ke arah tempat duduk kami, ia terlihat sangat sehat, dan langsung memeluk ku saat ia sudah ada di hadapanku.
Ia tidak mengatakan apapun, aku sempat heran biasanya ia sangat suka bertingkah. Tapi Arora lebih bisa bersikap tenang saat ini.
Kami bertiga duduk di sofa itu sementara Tuan Izen sudah berada di balik meja kayu yang besar, dengan duduk di kursi berwana hitam.
Minuman yang berisi darah ku tadi, telah di minum nya hanya dalam sekali tegukan.
Lalu ia berkata padaku,
" Aku sudah memenuhi keinginan mu.
Dan aku juga harus mendapatkan keinginan ku. Kau harus menjadi kuat untuk mewujudkan itu dan besok adalah awalnya."
Suaranya menggema di dalam ruangan itu seperti sebuah kata sumpah untuk ku.