Chapter 14 - Panik

Pukul 07:15 alarm ku mulai berbunyi, menandakan bahwa aku harus segera bangun dari tidur yang nyaman ini untuk kembali beraktivitas seperti biasa di kantor.

Hari Senin sudah menunjukkan betapa sibuknya orang-orang di pagi hari untuk memulai aktivitas setelah libur akhir pekan. Lalu lintas mulai padat dengan kendaraan umum, dan kendaraan pribadi di tengah jalan kota Helsinki.

Setelah selesai sarapan, aku menunggu taxi online yang sudah ku pesan 5, menit yang lalu. Aku tidak bisa menaiki kendaraan pribadi hari ini karena salju di jalan sangat tebal, dan tidak memungkinkan untuk mobil ku melewati nya. Walaupun mobil itu adalah mobil tua, tapi aku sangat bersyukur bisa memiliki kendaraan sendiri.

Aku tidak ingin hidup bermewah-mewah di sini, karena aku lebih memilih untuk mengirimkan uang hasil kerja keras ku kepada ibu yang ada di Korea Selatan. Aku ingin meringankan beban mereka di sana terutama kakek dan nenek yang sering sakit.

Aku tiba di kantor tepat pada waktunya. Setibanya di ruang kerja, aku segera mengecek beberapa berkas yang akan di rapatkan hari ini.

Ibu Rania tiba 5 menit lebih awal dari ku, dan ia sudah mengirimkan beberapa hal kepada ku sebagai hasil revisi dari pekerjaan ku dan aku mulai memperbaiki nya kembali.

jadwal rapat akan di adakan sebelum jam makan siang, sekitar pukul 10:43 dan akan selesai pada saat jam makan siang tiba.

Sania hari ini tidak akan makan siang bersama ku oleh karena dia akan pergi bersama dengan Aiden, ku pikir wajar dia banyak menghabiskan waktu bersama nya Karena tak lama lagi mereka berdua akan terpisah jarak.

Setelah selesai rapat aku segera mengantarkan beberapa catatan mengenai poin poin penting hasil dari rapat ini untuk ibu Rania.

Saat makan siang aku lebih memilih untuk makan di luar karena aku tidak suka bila ada yang menggangguku, atau aku menjadi bahan gosip mereka di saat aku sendirian. Aku sebenarnya memiliki beberapa teman lainnya yang berada satu divisi dengan ku, karyawan di sini tidak semua nya buruk hanya saja aku dengan sengaja menjaga batasan untuk diriku sendiri.

Menjelang sore beberapa karyawan sudah mempersiapkan diri untuk segera pulang pada pukul 17:00. Hari ini ibu Rania pulang lebih awal karena ia memiliki beberapa urusan penting di luar, dan tentu saja itu berkaitan dengan perusahaan. Di Perusahaan ini sebenarnya masih bisa di berikan kebijakan untuk urusan lain saat kau ingin izin, namun tidak mudah jika itu bukan urusan yang sangat penting.

Sebelum ke apartemen aku menyempatkan diri untuk singgah makan malam di restoran yang tidak jauh dari BUG, aku memilih untuk berjalan kaki, karena jaraknya masih wajar jika aku berjalan.

Restoran ini cukup terkenal karena menyediakan beberapa menu dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan.

Sebelum selesai makan aku lebih dulu memesan taxi online, agar setelah nya aku bisa segera pulang.

Selama berada di taxi aku hanya memperhatikan handphone ku, dengan sesekali membalas pesan dari Sania.

Ini masih pukul 20:06 malam, tapi jalanan sudah mulai sepi, aku mulai berpikir aneh karena tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di sekitar jalan ini, aku mulai memperhatikan jalan yang di lalui oleh taxi ini dan benar ini bukan jalan menuju apartemen ku.

" Maaf tapi kau salah jalan, ini bukan jalan menuju ke apartemen ku. !" kata ku pada supir taxi

" Ah,, ini adalah jalan lain menuju alamat mu karena jalan utama tertutup dengan salju yang mengharuskan kita berkendara cukup jauh. Kau tidak perlu khawatir." kata supir taxi.

" Aku sedikit gelisah, seharusnya tadi aku tidak bermain dengan handphone ku, dan memperhatikan jalan dengan lebih baik. aku hanya bisa diam karena tadi aku tidak memperhatikan jalan sehingga tidak tau apa perkataan nya benar atau tidak." kata ku dalam hati.

Aku mulai memberikan pesan kepada Sania, sehingga ia bisa mengetahui lokasi ku saat ini, aku juga memberi tau detail yang terjadi padaku saat ini, namun sialnya pesan ku tidak terbaca oleh nya.

" Oh sepertinya handphone Sania mati. Apa lagi yang harus ku lakukan." aku cemas dalam hati dan mulai berpikir bagaimana agar aku bisa selamat dari ini, aku pikir orang ini tidak menunjukkan perilaku yang baik.

Aku sudah menempuh jarak yang sangat jauh saat ini.

" Bisakah ku menurunkan ku di sini, aku sepertinya ketinggalan beberapa berkas di perusahaan. aku akan membayar mu di sini. "

kata ku pada supir taxi.

Namun ia tidak menjawab, ia malah menambah kecepatan mobil nya dan itu membuat ku yakin bahwa ia akan penjahat.

Aku panik, aku mulai berteriak minta tolong, namun ia membentak ku dan meminta ku untuk diam, aku berkata padanya,

" Jika kau ingin uang, aku bisa memberikan nya, tapi tolong jangan sakiti aku, lepaskan aku. kau bisa membawa barang-barang ku ini."

Dan ia tidak menjawab ku. Aku memberontak di atas mobil memberikan nya pukulan pada kepalanya namun tidak berhasil, itu hanya membuat mobil yang ku naiki saat ini menjadi tidak stabil. Kemudian ia mengeluarkan senjata tajam dan mengancam ku, aku mencoba melawan, dan terluka di bagian lengan kiri. Saat aku meringis dan sedikit lengah ia menyemprotkan cairan ke arahku yang membuat pandang ku kabur lalu tidak sadarkan diri.