Chereads / LYORA IS MINE / Chapter 7 - BAB 7 - LYORA IS MINE

Chapter 7 - BAB 7 - LYORA IS MINE

Lyora POV

Sudah pukul sebelas malam, namun aku masih berada di sebuah mansion keluarga besar calon suamiku. Canggung rasanya, aku tak pernah bisa menghilangkan rasa canggung ku saat berkerumun dengan orang banyak. Sean yang tengah bercengkrama dengan paman, bibi dan sepupu-sepupunya. Lucian— ayah Sean tengah menyambut kedatangan para tamu yang datang, Elisa— ibu Sean masih sibuk berbincang pula dengan keluarga besarnya.

Karena merasa tak nyaman, aku mengatakan pada Sean jika aku ingin pergi ke toilet, jika tidak begitu mungkin Sean akan terus melarangku pergi. Oh tidak, aku tak bisa bertahan di sana dengan pertanyaan-pertanyaan ambigu yang akan membuat ku bingung.

Disinilah aku berada...

Di sebuah taman yang terletak di samping kanan mansion, menikmati dinginnya angin malam sembari menatap air kolam yang begitu jernih, kadang aku berfikir untuk menjadi air saja. Tenang, damai seolah tak ada pikiran, mungkinkah? Kurasa tidak, tak akan ada keajaiban setinggi itu.

Ibu...

Ayah...

Entahlah, aku tak mengingat apapun!

"Apa kabar?" tanya seseorang sembari datang menghampiri ku dengan membawa dua gelas di tangannya.

Aku mengalihkan arah pandang ku, belum sempat aku menjawab, pria itu sudah menyodorkan gelas berisi cairan kuning padaku—

"Aku tau kau tak meminum alkohol, maka ku bawakan jus saja."

Aku tersenyum, sembari menerima uluran tangannya.

"Kabar ku baik. Bagaimana dengan mu, Marcel?" tanya ku berbasa-basi meski pikiran ku masih merasa buntu, bagaimana jika Sean melihat dan malah mengacaukan pesta?

Marcel tampak memandang lurus ke depan, "Seperti yang kau lihat."

"Lyora?"

Aku menatap Marcel— adik sepupu Sean dengan tatapan bertanya.

"Aku beruntung Sean memilih mu."

"Kau tau bukan keluarga besar kita terkenal dengan kesetiaannya, sekali memilih dengan keyakinan dan akan tetap sama bahkan sampai di ambang kematian sekalipun."

Aku mengaggukan kepalan ku, aku tau akan teori itu. Lucian pernah mengatakan itu padaku dan aku percaya pada Sean. Lihatlah Sean, dia yang selalu ada di sampingku sekalipun ingatanku hilang, dia satu-satunya pria yang khawatir akan apa yang menimpaku, tak ada alasan untuk ku merasa ragu.

"Ku harap kau mau tetap menerima kehadirannya kala kau tau sesuatu yang besar," kata Marcel lagi.

Apa itu pembunuhan? Bahkan aku tau akan hal itu.

Aku menghembuskan nafasku, "Tanpa kau beritahu pun aku sudah tau."

"Baguslah."

Hening!

Tak ada perbincangan diantara kita lagi, aku yang hanya fokus pada air yang bergerak ulah angin sedangka Marcel, hanya memandang lurus ke depan.

Aku tak tau bagaimana caraku mengakhiri semua ini, pergi dan menjauh dari Marcel. Aku tak ingin terjadi kesalah pahaman.

"Sayang."

Deg!

Sean

Ya, pria itu!

Aku mengalihkan arah pandang ku, dan segera menghampiri pria yang sedari tadi ku takuti, ternyata datang. Rahangnya tampak mengeras membuat ku merasa was-was. Berbeda dengan Marcel, pria itu tampak sangat santai memandang Sean dengan sebelah alisnya yang ia naikan.

"Berani sekali kau mendekati milik ku," desisnya sembari menatap Marcel marah.

Lengan kekar Sean tampak mencengkram pinggang ku erat, tak ada yang aku lontarkan, aku hanya menunduk takut. Aku yakin, Marcel dapat membela dirinya sendiri tanpa harus aku yang menyangkalnya.

Marcel mengangkat bahunya acuh tanpa menjawab apa yang telah Sean lontarkan.

"Akan ku urus kau nanti," desisnya pada Marcel.

Kemudian Sean menatap ku dengan tatapan yang begitu sulit diartikan, "Pulang."