Author POV
Lyora keluar dari dalam toilet yang berada di ruangan khusus CEO itu. Ada banyak sekali fasilitas disini, bahkan Sean sengaja menyediakan kamar khusus untuk dirinya beristirahat. Tidak— tidak untuk sekarang, setelah kehadiran Lyora di hidupnya.
Lyora melihat Sean yang tengah berbincang prihal perusahaan bersama Rachel— sekertarisnya itu. Alhasil, ia memilih duduk di sofa, menunggu calon suaminya itu selesai bicara. Lagipula kedatangannya kesini hanya untuk mengantarkan makan siang, ia akan segera pamit pulang.
"Kau boleh keluar," kata Sean dingin. Rachel mengagguk patuh, lalu berjalan meninggalkan ruangan setelah melempar senyum andalannya pada Lyora, jelas Lyora membalas senyuman itu— Lyora tau Rachel wanita yang baik.
Sean— pria itu menatap Lyora dengan tatapan yang sulit diartikan. Berjalan perlahan sembari melepas jas serta melonggarkan dasinya yang terasa sesak.
"Aku akan menghukumu, sayang.." ucapnya serak. Lyora menelan ludahnya susah payah, bodoh! Tentu saja Sean tak akan membiarkannya lepas.
Lyora harus menyelamatkan dirinya sendiri kali ini, "Sean aku tau ini tidak benar, tap--
"Berhenti membuat alasan sayang," tukasnya.
Grep!
Sean berhasil menggapai tubuh Lyora, pria itu memeluknya erat.
Ayolah Lyora, kau harus berpikir!
Tubuh Lyora menegang kala Sean tak melakukan apapun padanya, pria itu hanya memeluknya dengan begitu erat tanpa mengucapakan sepatah katapun pula. Ada apa? Dengan keterdiaman Sean membuat Lyora merasa was-was.
"Sean, hei? Apa semuanya baik-baik saja, hm?" tanya Lyora sembari membalas pelukannya. Wanita itu merasa khawatir dengan tingkah Sean yang terlalu tiba-tiba ini.
Sean mengagguk, lantas melepaskan pelukannya dari wanita yang amat sangat ia cintai, "Aku akan menghukumu nanti, sayang. Sekarang tidurlah, kau harus tidur siang."
"Lalu kau?"
"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu, nanti malam— ada yang ingin ku tunjukan."
Lyora mengagguk, ia tak ingin membuat Sean merasa kalut. Baru satu langkah menuju pintu kamar, Sean sudah menariknya terlebih dahulu, "Kemana?" Alisnya terangkat seolah pertanyaan itu sengaja membuat Lyora bingung setengah mati.
"Bukankah kau menyuruhku untuk tidur siang?"
"Bukan di kamar, tapi—
Pria itu tampak menggantungkan ucapannya di udara, menarik lengan Lyora dengan lembut, kemudian mendudukan tubuhnya di atas pangkuannya, "Disini.. bersamaku, sembari memeluk ku."
***
"Tuan—
Sean melempar tatapan tajam seolah menyuruh Robert untuk tetap diam, membuat pria dengan perawakan tinggi itu mampu memahami hanya dengan lewat tatapan mata saja.
Dilihatnya wajah cantik Lyora yang sudah tertidur pulas dipangkuannya dengan damai. Tanpa Sean sadari, senyumnya terbit walau begitu tipis, lalu ia bangkit— membawa tubuh mungil calon istrinya itu ke dalam kamar yang ada di ruangannya. Menurunkannya perlahan, mengecupnya penuh kasih sayang dan, "Aku mencintaimu." bisiknya.
Sean keluar setelah menutup kembali pintunya, tatapannya menajam, rahangnya tiba-tiba saja mengeras seolah tau akan informasi apa yang Robert— kaki tangannya itu bawa.
"Apa informasi yang kau bawa, Robert?" tanyanya seraya duduk di kursi kebanggaannya itu.
Robert tampak ragu, namun mau bagaimana pun juga ia harus mengatakan itu.
"Berkas perusahaan bocor, tuan. Salah satu karyawan anda yang melakukannya," tuturnya.
Sean mengagguk, pria itu tampak sangat santai dengan apa yang Robert katakan. Dirinya memang membenci hama, membenci pengkhianat dan para pengusik hidupannya, namun bukan berarti dia akan mengacau di ruangan ini seperti orang sakit jiwa.
"Seperti biasa, lakukan yang terbaik untuk ku. Kau tau bukan, calon istriku akan pergi jika aku yang melakukannya." Sean tampak menjeda ucapannya itu, bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Robert.
"Biarkan dia mati perlahan dengan kesakitan, aku akan memeriksanya setiap satu pekan sekali, sayat seluruh tubuhnya tapi jangan biarkan hama itu mati," sambungnya.
Robert mengagguk patuh, "Baik tuan!"
Sean tersenyum devil, bukan senyum manis yang selalu ia tunjukan pada Lyora, melainkan senyum penuh misterius dengan sejuta rencana yang ia simpan. Mungkin memang benar Lyora melarang Sean melakukan hal itu, namun tetap saja pria dengan sejuta caranya mampu melakukan hal gila tanpa menyentuh.
"Ada lagi?" tanyanya.
"Tidak, Tuan."
"Kalo begitu kau boleh pergi!" tegasnya.
Robert tampak membungkukan tubuhnya setelah itu pergi dari hadapan sang tuan.
Sean kembali memeriksa seluruh berkas yang tampak membosankan, ingin rasanya ia segera menyelesaikan seluruh pekerjaannya dan berbaring di atas tempat tidur bersama Lyora. Andai saja dirinya dapat mempercayakan seluruh pekerjaan yang menyangkut perusahaan pada Rachel— sekertarisnya. Mungkin semuanya akan lebih mudah, namun jangan lupakan sosok pria yang tak pernah percaya pada siapapun selain dirinya sendiri dan belahan jiwanya.